ISUP bab 16

Orion menunggu di dalam kamar dengan perasaan tidak sabar. Sudah lebih dari 30 menit istrinya masih belum kembali dari kamar sang putri. Dia berjalan mondar-mandir dengan perasaan gelisah.

"Apa mungkin Tania ketiduran di kamar Putri?" gumamnya, seraya menghentikan langkah kakinya sebelum akhirnya berbalik lalu berjalan ke arah pintu dan keluar dari dalam kamar.

Orion berjalan menuju tangga lalu mulai menuruni satu-persatu anak tangga hingga dia tiba di lantai dasar. Dia berjalan menuju kamar sang Putri. Orion berdiri tepat di depan pintu kamar lalu hendak membukanya kemudian.

"Mom, kenapa Mommy mencintai Daddy?"

Samar-samar terdengar suara Putri di dalam kamar membuat Orion seketika mengurungkan niatnya, yang dia lakukan adalah berdiri tepat di depan pintu kamar yang sedikit terbuka.

"Wanita mana yang tidak akan jatuh cinta kepada Daddy kamu, Put? Dia itu tampan, dewasa, dan penuh wibawa. Ya, meskipun kadang-kadang sikapnya agak menyebalkan," jawab Tania meringkuk tepat di samping Putri.

"Apa Mommy jatuh cinta pada pandangan pertama, sama Daddy?" Putri kembali bertanya seraya memeluk tubuh ibu sambungnya.

"Hah? Astaga, Putri. Kamu masih kecil lho, dari mana kamu tahu istilah cinta pada pandangan pertama?" Tania balik bertanya seraya tersenyum ringan.

"Ya, aku tahu aja. Hmm ... sayangnya, Daddy selalu bersikap dingin sama Mommy. Padahal aku ingin melihat Daddy bersikap baik, romantis, dan memperlakukan Mommy dengan penuh kasih sayang," rengek Putri, dia bukannya tidak tahu betapa kasarnya sikap sang ayah kepada ibu sambungnya ini. Putri memiliki mata dan telinga, dia dapat melihat dan mendengar seperti apa Orion memperlakukan Tania.

"Kamu tidak usah sedih, sayang. Mommy yakin suatu saat nanti Daddy-mu pasti akan bersikap baik sama Mommy, karena apa--" Tania menahan ucapannya seraya memegangi dadanya di mana hatinya bersemayam saat ini, "Karena Mommy punya cinta yang tulus untuk Daddy kamu. Mommy yakin, ketulusan cinta Mommy ini akan menyentuh hati Daddy-mu, suatu saat ini."

Putri menganggukkan kepalanya juga semakin erat mendekap tubuh Tania. Ke dua matanya pun mulai terpejam disertai dengan senyuman yang mengembang di ke dua sisi bibirnya. Dia benar-benar merasa bahagia, hidupnya tidak akan merasa kesepian lagi. Dia pun telah memiliki apa yang dimiliki oleh kawan-kawannya di sekolah yaitu, seorang ibu.

"Walau bagaimanapun, terima kasih karena Mommy sudah bersedia menjadi Ibuku. Aku senang sekali," lirihnya dengan nada suara lemah, "Semoga saja, Daddy dapat melihat ketulusan Mommy."

Cup!

Tania mengecup pucuk kepala putrinya seraya menepuk punggungnya lembut dan penuh kasih sayang.

Sementara Orion masih berdiri di depan pintu. Dia mendengar semua percakapan Tania dan Putrinya. Laki-laki itu seketika berbalik lalu menyandarkan punggungnya di tembok. Kenapa dirinya tidak menyadari ketulusan Tania? Selama ini yang dia lihat dari wanita itu hanyalah penampilannya yang terlihat lusuh, meskipun akhirnya dia menyadari ada kecantikan yang tersembunyi dari daster usang yang dikenakan oleh Tania, tapi jauh di dalam sana ada cinta tulus yang jauh lebih berarti dari hanya sekedar kecantikan wajah saja.

Ceklek!

Pintu kamar tiba-tiba saja di buka lalu kembali di tutup. Tania keluar dari dalam kamar dengan perasaan heran tatkala mendapati suaminya berdiri dengan menyandarkan punggungnya di tembok.

"Sedang apa kamu di sini, Mas?" tanya Tania dengan kening yang mengkerut heran.

Orion seketika berdiri tegak lalu menatap wajah Tania dengan tatapan mata sayu, "Mau minum teh di belakang? Sepertinya udara malam ini segar sekali, langit di taburi bintang, bulan pun terlihat begitu terang. Mau menikmati langit malam sebentar?" jawab Orion dengan nada suara lembut, "Kelihatannya kamu masih belum mengantuk."

Tania bergeming di tempatnya. Keningnya semakin dikerutkan. Kenapa sikap suaminya tiba-tiba saja lembut, berbeda dengan sebelumnya? Tatapan mata Orion Dirgantara pun terlihat sayu, tidak lagi tajam dan sinis seperti apa yang selalu dia tunjukkan selama ini. Jantung Tania bahkan di buat dag, dig, dug berdetak tidak karuan karenanya.

"Kenapa kamu diam saja? Apa kamu sudah ngantuk? Kamu mau kita langsung tidur aja?" tanya Orion seraya tersenyum manis.

"Hah? Nggak ko, Mas. Aku belum ngantuk sama sekali, tapi--" Tania menahan ucapannya.

"Tapi?" Orion mengulangi kalimat terkahir yang terpotong.

"Eu ... tapi, apa kamu baik-baik saja? Apa kamu sedang mengigau? Kenapa sikap kamu seperti ini, Mas?" tanya Tania benar-benar merasa penasaran.

Orion seketika meraih telapak tangan istrinya lalu menggenggam dan membawanya berjalan ke arah belakang.

"Jangan banyak nanya. Saya akan meminta Bibi untuk membuatkan teh hangat untuk kita," sahut Orion.

"Bibi udah tidur, Mas. Biar aku saja yang membuatkannya untuk kamu, sekalian aku akan menyiapkan beberapa camilan untuk kita," ujar Tania membuat Orion seketika menghentikan langkah kakinya ketika mereka hendak melintasi area dapur.

"Mas tunggu di luar ya," ucapnya lalu melepaskan tautan tangannya dan berjalan menuju halaman belakang.

"Mas?" gumam Tania seraya menatap punggung suaminya, "Sejak kapan Mas Oreo memanggil dirinya sendiri dengan panggilan Mas?"

'Apa karena dia lagi ada maunya, makannya dia bersikap baik seperti ini? Dia ingin aku memakai pakaian kurang bahan itu dan meminta untuk dilayani di atas ranjang? Akh! Dasar Oreo kulkas 2 pintu, baiknya kalau lagi ada maunya aja,' batin Tania dengan wajah kesal.

Sementara itu, Orion duduk di kursi kayu di halaman belakang di mana kolam renang terhampar dengan airnya yang jernih. Langit malam di atas sana benar-benar terlihat indah dengan ditaburi ribuan bintang lengkap dengan bulan yang bertengger tepat di tengah-tengahnya. Orion mendongak menatap indahnya langit malam ini. Bibirnya nampak tersenyum kecil.

'Terima kasih, Tuhan. Terima kasih karena Engkau telah menunjukkan betapa tulusnya perasaan Tania kepada saya, bahkan setelah apa yang sudah saya lakukan kepada dia, Tania masih saja mengatakan bahwa dia mencintai saya dengan tulus,' batin Orion seketika kembali mengingat percakapan Putri dengan istrinya.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Mas? Hati-hati nanti kesambet lho," tanya Tania berjalan menghampiri dengan membawa nampan berisi 2 gelas teh hangat lengkap dengan camilan di atas piring. Wanita itu meletakan apa yang dia bawa di atas meja.

"Langitnya indah sekali. Seindah wajah kamu, Tania," jawab Orion seketika menoleh dan menatap wajah istrinya.

Tania menghela napas berat, "Aku serius nanya lho, Mas. Sebenarnya kamu kenapa? Apa kamu demam? Apa kepalamu baru saja terbentur dan hilang ingatan?" tanya Tania seraya meletakkan punggung tangannya di kening Orion mencoba untuk memeriksa suhu tubuh suaminya ini.

Orion seketika bangkit lalu berjongkok tepat di depan istrinya, "Maafkan saya, Tania. Maaf, karena saya terlambat menyadari ketulusan kamu. Mulai saat ini, saya akan membuka lebar-lebar pintu hati saya untuk kamu, istriku."

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Melani Sunardi

Melani Sunardi

senangnya, Orion ga keras kepala dan besar ego nya. mau meminta maaf pada istrinya 👍👍👍

2024-07-12

1

Dewi @@@♥️♥️

Dewi @@@♥️♥️

nunggu part mas Oreo kulkas dua pintu bucin

2023-11-21

1

Rahma Inayah

Rahma Inayah

semoga ...bucin nnt oreo nya 🤭🤭🤭🤭

2023-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!