ISUP bab 10

Tania seketika tersenyum kecil seraya menerima kartu kredit milik suaminya. Dia membolak-balikkan kartu tersebut lalu mendongakkan kepala menatap wajah Orion.

"Kartu apa ini?" tanya Tania polos.

Orion seketika tersenyum menyeringai, "Masa kamu gak tau ini kartu apa? Baca dong, Tania. Baca!" tanyanya seraya menggelengkan kepala samar.

"Kartu kredit?" sahut Tania membaca kartu tersebut, "Tapi aku gak tau bagaimana cara menggunakan kartu ini, Mas Oreo. Maaf, aku memang berasal dari kampung, jadi aku ini kampungan, kucel, dan kumal persis seperti yang kamu katakan tadi."

Tania seketika menunduk sedih. Rasa percaya diri yang selalu dia tunjukan kepada Orion pun seketika hilang. Ya, selama ini dia memang tinggal di kampung bersama orang tuanya sebelum mereka meninggal dunia karena kecelakaan. Diana dengan senang hati membawanya ke kota dan tinggal bersamanya selama 1 bulan ini.

"Astaga, wanita ini!" decak Orion seraya mengusap wajahnya kasar, "Ya sudah, jam makan siang saya jemput. Saya akan mengantarkan kamu belanja pakaian, sekalian kita ajak putri jalan-jalan," sahut Orion seraya berjalan meninggalkan Tania di dalam kamar.

"Serius? Kamu akan mengantar aku belanja?" tanya Tania seketika tersenyum lebar, seraya mengejar suaminya dari arah belakang.

Sementara Orion hanya menggelengkan kepalanya samar tanpa menanggapi pertanyaan istrinya. Dia pun berjalan dengan langkah kaki lebar agar istrinya itu tidak dapat mengimbangi langkah kakinya. Orion mulai menuruni satu-persatu anak tangga dengan setengah berlari.

"Mas Rion, tunggu aku!" pinta Tania mempercepat langkah kakinya juga dengan setengah berlari mulai menuruni anak tangga, tapi teriakannya tentu saja diabaikan oleh suaminya.

"Ish, dasar kulkas dua pintu, nyebelin," decak Tania menatap punggung Orion dengan perasaan kesal, dia pun semakin mempercepat langkah kakinya.

Naas, karena ke dua mata Tania terlalu fokus dalam menatap punggung suaminya membuat ke dua kakinya hilang keseimbangan. Kaki Tania tanpa sadar melangkahi 3 anak tangga sekaligus membuat tubuhnya seketika melayang dan hilang kendali.

"Mas Oreo, awas!"

Tepat sesaat setelah Orion tiba di ujung tangga, Tania tiba-tiba saja berteriak kencang membuat laki-laki itu sontak berbalik dan menatap tubuh Tania yang seolah sedang melayang ke arahnya. Ke dua mata Orion seketika membulat sempurna. Dirinya pun tidak sempat menghindar. Beberapa detik kemudian ....

Bruk!

Tubuh Tania benar-benar menimpa tubuh suaminya membuat keduanya terjatuh di atas lantai dalam keadaan terlentang. Tubuh Tania berada di atas tubuh Orion dengan bibir yang saling menyatu, juga bagian tubuh lainnya yang benar-benar menempel sempurna.

Untuk beberapa saat, keheningan pun benar-benar tercipta. Ke dua mata Orion nampak membulat sempurna seraya menatap wajah istrinya. Kenyalnya bibir Tania pun seolah membuat otaknya tidak dapat berfungsi dengan semestinya.

"Mommy Tania sama Daddy lagi ngapain?" tanya Putri yang baru saja keluar dari dalam kamarnya yang memang berada di ruangan tersebut. Dia sudah memakai seragam lengkap dan siap untuk berangkat sekolah.

Bruk!

Orion secara refleks mendorong tubuh istrinya hingga dia tersungkur ke arah samping.

"Arghh! Kepala saya," decak Orion seketika bangkit seraya memegangi bagian belakang kepalanya yang sempat membentur lantai keras.

Sementara Tania berusaha untuk bangkit seraya memegangi bibirnya sendiri yang terasa nyeri entah mengapa.

"Argh! Bibirku sakit," sahut Tania sembari berdiri tegak.

"Astaga, Mom. Bibir Mommy berdarah lho!" teriak Putri berjalan menghampiri, "Sebenarnya kalian kenapa? Ko bisa jatuh kayak gitu? Apa kalian bertengkar di tangga?" tanya Putri seraya menatap wajah ke dua orang tuanya secara bergantian.

Orion tidak menanggapi pertanyaan putrinya. Tatapan matanya tertuju kepada bibir Tania yang kini mengeluarkan darah segar. Sepertinya, karena kerasnya benturan bibir mereka, bibir Tania terpaksa membentur gigi Orion keras hingga bibirnya robek dan mengeluarkan darah segar.

"Bibir kamu berdarah, Tania," sahut Orion seraya mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Tania.

"Sakit!" rengek Tania bola matanya seketika memerah dan berair.

"Cepat obati, Dad. Kasihan Mommy Tania," pinta Putri seraya menatap tajam wajah sang ayah.

"Gak apa-apa ko, sayang. Lebih baik kalian sarapan saja dulu. Biar Mommy obati luka ini sendiri," tolak Tania.

Dia merasa tidak enak, karena memang dirinyalah yang salah di sini karena tidak berhati-hati dan nekat berlari di tangga.

"Mana bisa kamu obati luka itu sendiri, darah yang keluar lumayan banyak lho, pasti sakit," ujar Orion seketika mengusap darah yang keluar dari bibir istrinya, "Sini, biar saya obati dulu luka kamu. Gak akan lama ko."

Tania seketika menahan senyuman di bibirnya. Sedikit perhatian yang baru saja diberikan oleh suaminya ini membuat hatinya merasa senang entah mengapa. Andai saja Orion menunjukkan perhatiannya setiap saat, mungkin dirinya akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini.

"Makasih, Mas," sahut Tania seraya merapikan rambutnya sendiri merasa salah tingkah.

"Gak usah berterima kasih segala," decak Orion dengan nada suara dingin seperti biasa, "Putri sayang, coba kamu minta Bibi ambilkan kotak P3K di dapur," pinta Orion mengalihkan pandangan matanya kepada sang putri.

"Baik, Dad," jawab Putri segera berlari ke arah dapur.

Orion memapah tubuh Tania berjalan ke arah kursi, semua itu refleks dia lakukan tanpa sadar. Ke duanya pun duduk secara berdampingan. Orion mendekatkan wajahnya tepat di depan bibir Tania agar dia dapat melihat dengan seksama luka di bibir istrinya itu.

"Bibir kamu robek," sahutnya kemudian, "Makannya kalau jalan itu hati-hati, dasar ceroboh. Udah tahu di tangga, malah lari kayak gitu," ketus Orion kembali memundurkan kepalanya.

"Ko jadi aku yang disalahin? Kamu juga salah, Mas. Aku udah manggil kamu ko," jawab Tania seketika mengerucutkan bibirnya sedemikan rupa.

"Ya gak usah lari juga kali, jalan 'kan bisa," decak Orion menatap sinis wajah istrinya, "Kepala saya sakit tau karena membentur lantai tadi, kalau saya sampai geger otak, terus hilang ingatan, gimana?"

"Bagus dong kalau kamu hilang ingatan?"

"Hah? Bagus?" Orion seketika membulatkan bola matanya merasa kesal.

"Kalau kamu hilang ingatan, siapa tahu sifat, ketus, cuek dan dingin kamu juga hilang."

"Kamu menyumpahi saya?"

"Tidak!"

"Nah, itu?"

Belum sempat Tania menjawab, Bibi datang dengan membawa kotak P3k dan memberikannya kepada sang majikan.

"Ini kotak P3k-nya, Tuan," sahut Bibi.

"Terima masih, Bi," jawab Orion menerima kotak tersebut lalu membukanya kemudian. Sementara Bibi segera berbalik dan meninggalkan sang majikan.

Orion mengeluarkan tisu untuk membersihkan darah segar di bibir istrinya dengan sangat hati-hati. Ke dua matanya nampak menatap lekat bibir mungil sang istri yang terlihat memerah akibat darah segar. Meskipun begitu, Tania tetap saja meringis kesakitan saat tisu tersebut mulai menyentuh permukaan bibirnya.

"Argh! Pelan-pelan, Mas. Perih," ringis Tania seketika memundurkan kepalanya.

"Iya, ini udah pelan-pelan. Diam dulu, belum juga di obati," decak Orion lagi-lagi menatap sinis wajah istrinya.

Tania seketika memejamkan ke dua matanya. Dia pun mencoba untuk menahan rasa perih saat tisu tersebut kembali menyentuh permukaan bibirnya, juga saat obat luka mulai dioleskan tepat di lukanya. Buliran air mata pun bergulir dari ujung pelupuk mata seorang Tania, akibat rasa perih dan nyeri yang dia rasakan.

"Sakit?" tanya Orion dan hanya di jawab dengan anggukkan kepala oleh Tania, "Tahan, sebentar lagi selesai," pinta Orion, nada suaranya tidak seketus sebelumnya.

Selesai mengoleskan obat luka di bibir Tania. Orion nampak menatap lekat wajah istrinya, dia menyisir setiap jengkal wajah Tania yang terlihat begitu cantik natural tanpa polesan make up sedikit pun. Tanpa sadar, ada rasa kagum yang terselip di dalam lubuk hati seorang Orion. Ternyata istrinya ini memiliki kecantikan yang tersembunyi dan tidak dia sadari.

"Kamu lagi liatin apa, Mas?" tanya Tania tiba-tiba saja membuka ke dua matanya membuat Orion seketika merasa terkejut.

Orion terlihat gugup dan salah tingkah. Dia meletakan kotak P3k di atas pangkuan Tania secara kasar.

"Ini, o-obati luka kamu sendiri," ketusnya dengan wajah memerah lalu berdiri dan meninggalkan Tania.

'Astaga, ada apa dengan saya? Kenapa saya jadi ngeliatin Tania kayak gitu?' batin Orion seraya mengusap wajahnya kasar.

(Jangan lupa like ya, Reader.❤️)

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Rabiatul Addawiyah

Rabiatul Addawiyah

Lanjut thor

2023-11-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!