ISUP bab 8

Dengan sangat terpaksa dan perasaan malas, akhirnya Orion kembali ke hotel di mana istrinya berada. Dia melakukan hal itu semata-mata demi Putri dan Diana sang ibu yang memarahinya habis-habisan. Orion berdiri di depan pintu hotel, dia membuka pintu kamar tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

Ceklek!

Pintu pun di buka, Orion masuk ke dalam kamar dengan wajah datar. Tania baru saja selesai berpakaian, dress polos berwarna putih nampak membalut tubuh langsingnya. Namun, wanita itu merasa kesulitan menarik resleting di punggungnya. Ke dua tangannya nampak berusaha menarik resleting tapi usahanya berkali-kali gagal.

"Kenapa kamu balik lagi, Mas Oreo? Katanya mau pulang duluan," tanya Tania tanpa menoleh, dia masih berusaha menaikan resleting seraya berdiri tepat di depan cermin.

Orion menatap wajah istrinya dengan kening yang dikerutkan, "Kamu sedang apa? Masa naikin resleting gitu aja gak bisa?" tanya Orion dengan wajah dingin.

"Kebetulan kamu datang, bisa tolong naikan resleting ini? Sudah setengah jam lho aku seperti ini," pinta Tania akhirnya menoleh dan menatap wajah suaminya. Dia pun berjalan menghampiri lalu berdiri tepat di depan laki-laki itu.

Orion diam mematung. Dia menatap punggung istrinya di mana tali berwarna hitam melingkar di antara kulit putih nan mulus tanpa noda sedikit pun. Laki-laki itu seketika menelan ludahnya kasar. Kenapa pemandangan seperti ini harus terpampang nyata di depan mata? Jika terus seperti ini, imannya bisa benar-benar tergoda.

"Kenapa kamu diam saja, Mas? Cepat bantu aku, malah bengong gitu lagi," tanya Tania mengerucutkan bibirnya sedemikan rupa, "Masa di mintai tolong gitu aja gak mau sih? Gimana kalau aku minta hati kamu?"

"Iya-iya, dasar bawel!" decak Orion akhirnya meraih resleting tersebut dengan perasaan ragu dan berusaha untuk menaikannya, "Aduh, pengaitnya macet ini, baju murahan ya gini, resletingnya cepat rusak."

"Udah belum?" tanya Tania memutar kepala mencoba melihat punggungnya sendiri.

"Sebentar, ini sedikit lagi. Kainnya nyangkut di resletingnya," jawab Orion berusaha mengeluarkan kain yang terselip di antara pengait, "Astaga! Lain kali beli pakaian yang mahal coba, baju murahan memang kayak gini," decak Orion mulai merasa kesal.

"Baju ini 'kan di beli sebelum aku menikah dengan kamu, Mas Oreo. Sekarang, menjadi kewajiban kamu membelikan aku pakaian yang mahal dan bagus," sahut Tania seraya tersenyum miring.

Breeeet!

Resleting tersebut akhirnya dapat dinaikan dengan sempurna. Orion tanpa sadar tersenyum lebar merasa senang.

"Haaa! Akhirnya," decak Orion senyuman nampak mengembang dari ke dua sisi bibirnya seolah dia baru saja menyelesaikan sebuah tantangan.

Tania seketika berbalik seraya menatap lekat wajah suaminya. Wajah Orion terlihat begitu tampan ketika dia sedang tersenyum seperti itu. Andai saja senyumannya dapat dia lihat setiap saat, mungkin hari-hari yang dia jalani akan lebih berwarna.

"Bisakah kamu tersenyum setiap hari kepadaku seperti itu, Mas?" tanya Tania seraya menarik napas panjang.

"Hah?" Orion seketika merapatkan bibirnya juga menggaruk kepalanya yang tiba-tiba saja terasa gatal, "Cepat kemasi barang-barang kamu, Putri sudah menunggu kamu di rumah. Gara-gara kamu, saya jadi kena marah sama Ibu dan Putri," decak Orion, raut wajahnya seketika berubah dingin dan sinis.

"Kenapa jadi aku yang di salahin? Kan kamu sendiri yang ingin pulang duluan," sahut Tania berjalan ke arah koper, "Lagian, jadi suami itu jangan jutek-jutek banget. Kamu lupa kalau kita akan menghabiskan waktu seumur hidup sebagai suami istri? Seumur hidup itu lama lho, masa iya kamu akan terus bersikap seperti ini kepada istri kamu?" tanya Tania seraya merapikan pakaian miliknya di dalam koper lalu menutupnya kemudian.

"Kamu lupa kalau saya tidak menginginkan pernikahan ini?"

Tania seketika menghentikan gerakan tangannya.

"Saya tahu kalau seumur hidup itu lama, makannya kamu harus siapkan mental kamu menghabiskan sisa hidup kamu menghadapi suami seperti saya," jawab Orion santai.

Tania memutar badan lalu menatap Wajah suaminya lekat, dia pun berjalan menghampiri membuat Orion sontak memundurkan langkah kakinya juga balas menatap wajah wanita itu. Dia tahu Tania adalah wanita bar-bar yang kerap melakukan hal yang di luar dugaan.

"Kamu yakin gak akan jatuh cinta sama istrimu ini?" tanya Tania tubuhnya semakin dekat dengan tubuh Orion suaminya, "Dengarkan aku Oreo kulkas 2 pintu, aku Tania akan berusaha dengan segenap pesona yang aku miliki untuk mendobrak pintu hati kamu, mengobrak abrik isi hati kamu dan membuat kamu jatuh cinta kepadaku bagaimana pun caranya."

Orion seketika mengerutkan kening, langkah kakinya pun terhenti karena sudah tidak ada lagi ruang untuknya melangkah. Punggungnya bersandar tembok seraya menatap sinis wajah istrinya.

"Lakukan apapun yang kamu inginkan, gunakan segenap penosan yang kamu miliki untuk mendobrak pintu hati saya seperti apa yang kamu katakan tadi," jawab Orion dengan nada suara dingin, "Tapi ingat satu hal, saya tidak akan pernah membuka hati saya untuk kamu, Tania. Karena saya hanya mencintai satu wanita di dunia ini, yaitu ibunya Putri."

Tania seketika tertawa nyaring seraya memundurkan langkah kakinya, "Apa? Hahahaha! Kamu pikir cinta sehidup semati itu ada? Gak ada Oreo, gak ada! Cerita seperti itu hanya ada di dunia dongeng," decak Tania menertawakan, "Ibunya Putri sudah tenang di alam sana, kalian sudah beda alam. Astaga orang ini!"

Orion memejamkan ke dua matanya mencoba untuk menahan emosinya dalam-dalam. Dia pun menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara kasar.

"Terserah kamu saja, Tania. Saya tidak peduli," decak Orion dingin.

"Kita lihat saja nanti, aku yakin kamu akan jatuh cinta padaku, karena apa? Karena aku istri kamu. Ingat Mas. Jangan pernah menyepelekan yang namanya ikatan pernikahan," sahut Tania lalu berjalan keluar dari dalam kamar hotel seraya menarik koper miliknya.

'Dasar istri pembawa sial, ngomong apaan sih dia,' batin Orion seraya tersenyum miring.

* * *

Sesampainya di kediaman Orion. Putri segera menyambut kedatangan ibu sambungnya dengan perasaan senang, dia berlari menghampiri sesaat setelah Tania memasuki ruang tamu.

"Mommy Tania!" teriak Putri seraya merentangkan ke dua tangannya lalu memeluk Tania erat, "Selamat datang di rumahku, Mom. Aku senang sekali karena akhirnya aku memiliki seorang Ibu seperti Mommy Tania."

"Iya, sayang. Mommy juga senang sekali karena akhirnya bisa tinggal dan bertemu dengan kamu setiap hari," jawab Tania seraya mendekap erat tubuh putri sambungnya.

Putri seketika mengurai pelukan, "Katanya Mommy di tinggal di hotel sama Daddy ya?" tanya Putri menatap sinis wajah sang ayah yang saat ini hanya berdiri di depan pintu utama, "Mommy gak usah khawatir, kalau Daddy nakal sama Mommy, ada aku yang akan selalu melindungi Mommy."

"Hmm! Terima kasih, sayangnya Mommy, tapi kamu tidak perlu melakukan hal itu. Mommy yang seharusnya melindungi kamu," sahut Tania seraya mengusap kepala Putri lembut dan penuh kasih sayang, "Mommy adalah Ibu kamu, dan sudah menjadi tugas dan kewajiban seorang Ibu untuk melindungi putrinya. Lagian, Daddy kamu ini baik ko, dia gak nakal sama sekali."

Orion seketika tercengang, setelah semua yang ucapkan kepada istrinya di hotel, Tania masih berkata seperti itu kepada Putrinya.

'Apa ini? Apa dia sedang cari muka di depan Putri?' batin Orion menatap lekat wajah Tania dan putrinya secara bergantian.

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Dewi @@@♥️♥️

Dewi @@@♥️♥️

ayo Tania semangat utk mendobrak pintu hati mas Oreo

2023-11-13

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!