ISUP bab 17

"Waaah! Kayaknya benar-benar ada masalah dengan otak kamu, Mas," sahut Tania kembali meletakan punggung tangannya sendiri di kening suaminya, "Katakan, seberapa keras benturan di kepala kamu hingga menyebabkan kamu hilang ingatan seperti ini?"

"Astaga, Tania!" decak Orion seketika bangkit lalu kembali duduk tepat di samping istrinya, "Padahal suasana sudah romantis lho, malam yang indah dengan ditaburi bintang-bintang dan juga bulan yang terlihat begitu cantik di atas sana. Saya sudah berlutut di depan kamu, ehhh! Malah dibecandain."

"Tapi beneran lho, Mas. Sebenarnya kamu kenapa? Sikap kamu berubah 180°, aku heran dan bertanya-tanya," ujar Tania jujur apa adanya, "Apa karena kamu sedang ada maunya? Atau, apa yang baru saja kamu katakan ini tulus dari dalam lubuk hati kamu yang paling dalam?"

Orion tersenyum kecil. Laki-laki itu tiba-tiba saja kembali berjongkok tepat di depan istrinya membuat Tania seketika mengerutkan kening semakin merasa heran. Telapak tangan Orion kembali meraih telapak tangan istrinya lalu mengecup punggung tangannya lembut dan penuh kasih sayang.

"Saya tahu, sulit untuk kamu mempercayai ucapan saya setelah apa yang sudah saya lakukan sama kamu selama ini, Tania," lirih Orion menatap wajah Tania penuh rasa cinta, tatapan yang membuat jantung Tania seolah hendak melompat dari tempatnya, "Tapi apa yang saya ucapkan barusan ini tulus dari lubuk hati saya yang paling dalam. Saya serius, Tania. Kepala saya tidak terbentur apapun dan otak saya pun masih waras, tidak hilang ingatan apalagi demam. Mulai saat ini, mari kita jalani rumah tangga yang sesungguhnya."

Tania bergeming. Dia menatap lekat wajah suaminya dengan bola mata memerah. Wajahnya seketika mendongak ke atas mencoba untuk menahan air matanya agar tidak tumpah. Apakah ini mimpi? Apa Orion benar-benar telah membuka pintu hatinya dan menerima dirinya sebagai seorang istri yang sesungguhnya?

"Kamu menangis?" tanya Orion, meraih dagu Tania hingga wajah istrinya itu kembali menghadap tepat di depan wajahnya.

"Hah? Nggak ko, aku gak nangis," sahut Tania seraya mengusap ke dua matanya menggunakan telapak tangan.

"Kamu pasti terharu, kan? Akhirnya saya, Orion Dirgantara menyerahkan hati saya untuk kamu? Bukan hanya hati saya saja yang akan saya berikan sama kamu, Tania, tapi seluruh jiwa raga juga seluruh hidup saya milik kamu, untuk kamu," sahut Orion dengan penuh rasa percaya diri.

"Ish, dasar narsis," decak Tania seketika terkekeh.

Ternyata, di balik sikap dan sifat dingin seorang Orion, suaminya ini memiliki sisi lain yang baru dia ketahui sekarang. Tania bahkan tidak berhenti tersenyum, wajah suaminya ini terlihat lebih tampan, lucu dan juga menggemaskan.

"Kamu gak mau mengatakan apapun sama saya?" tanya Orion kembali duduk tepat di samping istrinya.

"Mengatakan apa?" Tania seketika mengerutkan kening.

"Ya, semacam ... ucapan terima kasih gitu karena saya telah membuka hati saya untuk kamu," sahut Orion seraya merentangkan ke dua tangannya dengan wajah yang mendongak ke atas.

Grep!

Tania seketika memeluk tubuh suaminya dari arah samping. Orion secara reflek menurunkan ke dua tangannya balas memeluk tubuh Tania mesra.

"Terima kasih, Mas. Akhirnya, kamu dapat merasakan ketulusan cintaku, aku benar-benar bahagia," lirih Tania seraya memejamkan ke dua matanya.

"Saya juga berterima kasih sama kamu karena telah menjadi Ibu sambung yang baik untuk Putri, memberikan apa yang tidak dapat saya berikan selama ini," lirih Orion mengecup pucuk kepala istrinya lembut dan penuh kasih sayang.

Keheningan seketika tercipta, keduanya seolah sedang menikmati suasana romantis yang ada. Semilir angin malam seketika berhembus terasa begitu menyegarkan. Suara jangkrik pun terdengar silih bersahutan. Sepasang suami istri itu terlihat begitu bahagia, Orion baru saja menemukan sandaran hati. Hidupnya tidak akan kesepian lagi mulai sekarang. Keluarganya benar-benar sudah lengkap.

"Kamu tidak kegerahan memakai pakaian yang serba panjang kayak gini?" tanya Orion secara tiba-tiba membuat Tania seketika mengurai pelukannya.

"Apa kamu ingin aku memakai pakaian yang diberikan sama Ibu? Pakaian dinas malam," tanya Tania seraya tersenyum cengengesan.

"Benar juga, ada satu hal yang belum saya berikan sama kamu, sayang!"

Tania seketika mengerutkan kening.

Orion mendekatkan wajahnya di telinga Tania lalu berbisik lirih, "Nafkah batin, gimana kalau malam ini saya tunaikan kewajiban saya memberikan nafkah batin sama kamu," bisiknya membuat bulu kuduk di tubuh Tania seketika berdiri serempak.

Tania sontak memejamkan ke dua matanya. Hembusan napas Orion terasa dingin membasuh permukaan telinganya hingga terasa ke bagian lehernya. Sesuatu yang aneh seketika terasa mengusik relung jiwa seorang Tania. Sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

"Apa kamu siap?" tanya Orion kembali berbisik manja.

"Ish! Geli tahu," decak Tania, mengusap tengkuknya yang terasa merinding.

"Hahahaha! Mau merasakan hal yang lebih dari sekedar geli biasa?" tanya Orion kembali duduk tegak, "Geli-geli nikmat yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Di jamin, kamu bakalan ketagihan."

Tania kembali mengusap tengkuknya seraya berdiri tegak, "Ikh, apaan si, Mas. Sudah akh, aku kedinginan lama-lama berada di luar seperti ini," sahut Tania berjalan memasuki kediamannya.

"Tunggu saya, sayang! Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuk kita berdua, kamu harus bersiap-siap, kamu akan saya bawa melayang ke awang-awang!" ucap Orion dengan nada suara lantang seraya mengejar istrinya dari arah belakang dengan semangat yang menggebu-gebu.

* * *

20 Menit Kemudian

Di dalam kamar, Orion yang semula terlihat begitu bersemangat kini nampak sebaliknya. Sepertinya, rasa gugup benar-benar menguasai jiwa seorang Orion Dirgantara, sudah lama sekali dirinya tidak menyentuh yang namanya kaum hawa. Wajar saja, dia sudah terlalu lama menduda, hingga tidak tahu harus memulainya dari mana.

Hal yang sama pun di rasakan Tania. Dia yang buta sama sekali akan yang namanya se*ks, benar-benar merasa gugup. Keduanya nampak berbaring terlentang seraya menatap langit-langit kamar dengan perasaan campur aduk.

'Astaga! Kenapa saya jadi gugup kayak gini? Kenapa saya malah diam saja? Seharusnya saya buka semua pakaian istri saya,' batin Orion, keringat dingin mulai membasahi wajahnya.

"Mas," gumam Tania tanpa menoleh.

"Hmm!" jawab Orion hanya berupa gumaman.

"Kenapa kamu diam saja?"

"Hah!"? Eu ... saya--"

"Tadi aja semangat 45. Haruskah aku yang memulainya terlebih dahulu?"

Orion seketika menoleh dan menatap wajah Tania. Hal yang sama pun dilakukan oleh wanita itu. Ke duanya saling menatap satu sama lain, sebelum akhirnya saling mendekat dan mendaratkan ciuman sebagai pembuka.

"Rasanya akan sakit, tapi hanya sebentar," bisik Orion sesaat setelah dia melepaskan tautan bibirnya.

"Iya, aku tahu," jawab Tania, telapak tangannya seketika mengusap rahang tegas seorang Orion.

"Kamu siap?"

Tania menganggukkan kepalanya pelan.

Lampu kamar pun segera di matikan hanya menyisakan lampu tidur membuat suasana kamar terlihat remang-remang. Orion mulai menjalankan kewajibannya, memberikan nafkah batin yang sempat dia tunda.

"Argh! Pelan-pelan, Mas!"

"Iya, sayang. Ini udah pelan-pelan. Sebentar lagi masuk ko! Astaga, kenapa sempit sekali! Akhhhhhh!"

BERSAMBUNG

Terpopuler

Comments

Dewi @@@♥️♥️

Dewi @@@♥️♥️

iyalah masih sempit kan masih ori

2023-11-23

2

Rabiatul Addawiyah

Rabiatul Addawiyah

akhirnya di jebol jg sm Orion pertahanan istri yg ngga diinginkannya 😁

2023-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!