Di clubbing, sekarang mereka berada. Meneguk beberapa gelas wine tidak membuat keduanya kapok untuk berhenti mesti hampir seluruh kesadaran sudah dikuasai oleh minuman beralkohol itu.
"Kamu bodoh, Sayangku. Kamu memang bodoh," racau Syahnaz menepuk-nepuk lengan Dion.
"Iya, aku memang bodoh. Kamu tahu, aku bodoh karena dia," ucap Dion tidak kalah melanturnya.
"Gadis kecil yang judes itu, haha, aku membencinya. Menyebalkan sekali dia," kata pria itu yang meracau lagi.
"Siapa yang menyebalkan, Honey?" Syahnaz bertanya.
"Dia," jawabnya.
"Bukan aku, kan?"
Pria itu menggeleng, "Bukan, tapi dia, gadis bergigi kelinci itu."
"Syukurlah, bukan aku yang kau benci, haha. Karena kamu harus tetap mencintaiku, maka aku dapat menggenggammu semauku," ucap nyeleneh dari bibir Syahnaz.
Tidak kalah mabuknya, mereka terus saja membicarakan hal-hal yang tidak jelas.
Jepret, jepret, jepret.
Tidak disangka jika ternyata terdapat paparazi yang mengabadikan momen dua orang itu yang sedang bersama dan saling menggenggam tangan dengan posisi yang tidak sadar di atas meja.
Dua Minggu Pasca Pernikahan, Crazy Rich Ini Kepergok Telah Mendua.
Prasasta melemparkan sebuah surat kabar yang memberitakan isu perselingkuhan yang cucunya lakukan.
"Jelaskan padaku, apa benar berita ini?" tanya pria berusia hampir satu abad itu.
Cucu pertamanya itu diam seribu bahasa.
"Jelaskan! Kau bahkan belum memperkenalkan istrimu dengan baik padaku, kenapa kau sudah membuat kekacauan seperti ini?"
"Kau harus menjaga nama baik keluarga, Dion. Jangan buat kakek kecewa karena sudah sepenuhnya percaya padamu," kata Prasasta.
"Jawab, benar apa yang diberitakan media?" tanya kakek itu lagi.
Akhirnya pria itu mengangguk.
"Memalukan!" hardik sang kakek.
"Sekian kalinya kau menjadi bahan perbincangan semua orang. Kakek tidak bisa tinggal diam jika kamu masih saja seperti ini. Untuk itu, maka kakek ambil alih semua perusahaan yang kau tangani."
"Tapi, Kek?!"
Tentu itu menjadi berita buruk untuk Dion, tetapi tidak menjadikan dunianya hancur selama dia masih bisa bersama dengan sang kekasih hatinya.
Di kamar hotel, tempat keduanya menghabiskan waktu bersama. Memanjakan kekasihnya dengan belaian lembut yang memabukkan, seakan dunia hanya milik mereka berdua sehingga tidak ada yang berhak mengganggunya.
Sembari merapikan anak rambut wanita tercintanya, ia ingin mengakui satu hal, "Sayang, apa kau akan selalu di sisiku saat aku dalam keadaan apapun?"
Syahnaz, dia yang berada di dekapan Dion menoleh ke atas, "Keadaan apa? Tentu saja aku akan selalu ada di dekatmu."
"Saat semua meninggalkanku, apa kau berjanji akan ada untukku?"
Syahnaz, wanita itu memutar tubuhnya, menangkup wajah kekasihnya dan menatap mata pria itu lekat-lekat. "Kamu jangan meragukanku. Percayalah padaku, hanya aku yang akan selalu ada untukmu. Percaya, kan, padaku?" tanya Syahnaz memastikan.
"Jika kau meragukan, beritahu aku maka kau boleh membuangku, meninggalkanku sejuah mungkin," kata wanita itu meyakinkan.
"Aku bukan lagi pemimpin perusahaan," kata Dion tiba-tiba.
"Maksudmu?"
"Karena isu perselingkuhan itu, kakek mengambil alih semuanya lagi dariku. Dia menghukumku," jelas Dion.
Namun, Syahnaz bangkit dari posisinya seketika. Dia langsung menggunakan pakaiannya secara tergesa-gesa.
"Syahnaz, kamu mau kemana?"
"Aku harus pergi, ada janji yang nyaris aku lupakan," kata wanita itu menggunakan semua pakaiannya secara lengkap.
"Tunggu, kenapa tiba-tiba sekali. Kamu harus jelaskan dulu mau kemana?"
"Nggak, aku ada pertemuan penting. Aku harus pergi," kata wanita itu yang terlihat terburu-buru.
Namun, Dion tidak bisa membiarkan semua berlalau begitu saja apalagi kepergian Syahnaz yang secara tiba-tiba dan terlihat gugup seperti itu.
Dia meraih tangan wanitanya, "Ada apa? Biar aku antar kamu mau kemana?"
"Tidak perlu, aku bisa sendiri,"
"Kamu tidak sedang mau kabur, kan?" Akhirnya pikiran yang sejak tadi ada di kepalanya keluar juga dengan gamblangnya.
Syahnaz kemudian termangu, menatap kekasihnya yang menyorotkan wajah ketakutan.
"Kamu jangan khawatir, aku tidak akan kemana-mana. Kita akan bersama lagi, tapi bukan sekarang karena aku ada pekerjaan. Jadi, biarkan aku pergi dulu," ucap Syahnaz yang bertutur lembut seraya perlahan menyingkirkan tangan Dion dari pergelangan tangannya.
Sebagai pendukung kalimatnya, dia pun mencium sekilas bibir pria itu.
"Aku tidak sedang mencoba kabur darimu. Percayalah padaku," ucapnya dan diakhiri dengan kecupan singkat sekali lagi.
"Aku takut kau pergi setelah mendengar kabar aku bukan lagi pemimpin perusahaan keluargaku," cuap Dion.
Syahnaz, wanita itu membelai wajah kekasihnya, tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan dia seorang diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments