Chapter 4. Semua Pelayan Pasti Dibayar (done)

Pagi harinya, Meiska menjadi sosok gadis morning person karena tuntutan isi kontrak itu. Bukan main-main ancamannya, jika sekali-kali dia berniat untuk menyudahi kontrak sebelum batas waktunya yakni setahun, maka pria itu mengancam akan menghancurkan perusahaan Mam Julia.

"Jadi, apa lagi yang harus aku lakukan?" tanya dia dengan sedikit lesu.

Sudah cukup lelah sejak pukul 5 pagi, bahkan pelayan lainnya belum bekerja, Meiska sudah harus siap dengan tugas pertamanya membangungkan Tuan rumah dan meladeninya bak raja rimba.

"Sapu lantai ruang tamu," perintahnya.

"Ruang tamu seluas itu, kenapa mesti disapu? Tidak pakai robot cleaner saja? Rumah sebesar ini, tapi masa tidak pakai robot? Kalah dengan Mam Julia," desis Meiska walau tidak dari hati, hanya bergumam saja.

Telinganya masih berfungsi, "Hei, bayar dulu utangmu maka akan aku buat beli penyedot debu super sekaligus bisa menyedotmu juga," ujarnya terkesan sadis, tapi hatinya tertawa saat melihat Meiska yang tampak ogah-ogahan melaksanakan perintahnya.

"Masih baik tidak kubiarkan tidur di kandang anjing!" teriaknya melemparkan kulit kacang pada gadis yang sedang membawa sapu dan kemoceng itu.

"Tidak di rumah tidak di sini sama saja, sama-sama jadi pembantu," desisnya.

Meiska bersiap menuruni anak tangga untuk mengepel lantai ruang tamu.

Sangat luas, dua jam dia habiskan hanya untuk membersihkan seperempat lapangan yang disebut ruang tamu itu. Keringatnya sudah sebesar biji jagung bahkan sampai menetes ke lantai. Saat sedang sibuk dengan alat pelnya, dia melihat Tuan pemilik rumah itu pergi dengan tergesa.

"Bolehkah aku beristirahat sebentar saja?" tanya dia pada diri sendiri, punggungnya begitu lelah dan sakit karena sejak tadi melakukan hal yang sama.

Brug! Dia menjatuhkan diri di sofa ruang tamu itu. Tanpa menunggu menit berikutnya tiba, matanya sudah terpejam dan dia pun mendengkur keras.

Byuurrr!

"Auuhhh, hujan! Hujan turun, jemuraannn!" pekiknya yang panik sendiri seraya mengelap wajah dan tubuhnya yang basah.

Saat sedang berlari ke sembarang arah, dari belakang terasa ada yang menahan sehingga kakinya berlari di tempat.

Ditariknya mundur tubuh gadis itu, hingga dia sadar apa yang sedang terjadi.

"Aku menyuruhmu untuk mengepel lantai, bukan tidur apalagi bermimpi indah di sofa rumahku," ujar Dion mendesis di depan wajah gadis itu.

Sontak, Meiska melotot.

Benar, tadi aku sedang mengepel dan aku tertidur di sofa.

"Enak saja kau bisa tidur nyenyak sampai ngorok seperti itu, cepat selesaikan! Jangan pernah berhenti sampai pekerjaanmu selesai. Paham?!"

Meiska mengangguk patuh.

Saat dia melihat ke jendela, rupanya hari sudah hampir petang.

"Selama itukah aku tertidur? Ya Tuhan, aku seperti sedang hibernasi," ujarnya sendiri.

Namun, saat dia akan kembali mengepel lantai, dicarinya air bekas pel tadi. Namun, ember itu telah kosong.

"Kemana perginya semua air ini?"

Gluk. Dia menelan air ludahnya sendiri.

Mencium kaos yang pakainya tercium wangi khas aroma pewangi lantai.

Menyebalkan!

"Chipmunk! Chipmunk!"

"Nona, cepatlah datang. Tuan tidak suka mengulangi perkataannya dan jika orang yang dipanggil tidak datang setelah lebih dari 3 kali maka dia akan mendapat masalah," Aisya tiba-tiba datang dan langsung menyeret Meiska segera datang ke sumber suara.

"Hosh, hosh, hosh. Ada apa, Tuan?" tanya dia dengan napas tersengal-sengal.

"Untung saja tidak sampai kupanggil ketiga kalinya. Lepaskan sepatuku dan cuci kakiku," perintahnya.

"Yang ikhlas atau kau akan kuhukum lagi, Chipmunk!"

Mengepel lantai ruang tamu saja belum beres, bagaimana mungkin dia menyuruhku kembali mengerjakan sesuatu?

Bahkan sampai gadis itu melepas sepatu, kaus kaki, hingga merendamkan kedua kaki pria itu di dalam wadah berisi air hangat, Meiska tetap diam. Tidak ada ekspresi sungkan di sana membuat Dion sedikit ternyuh pada ketulusannya.

"Cukup, Munk!" ujarnya menarik kaki kanannya yang sedang dibasuh dan sedikit digosok menggunakan telapak tangannya.

Sudut bibir Meiska terangkat. Munk? wkwk

"Satunya belum," gadis itu malah menawarkan bagian sebelahnya.

Sungguh polos atau bodoh dia itu?

Bagai kerbau dicocok hidungnya, gadis itu menurut saja dan malah memberikan pelayanan yang terbaik.

Keberuntungan juga dapat satu pembantu jago pijat.

Dia pun membiarkan kakinya dibasuh, tanpa diperintah pun Meiska sudah tahu tugasnya bukan hanya menggosok, tetapi memberi pijatan di telapak kaki suaminya.

"Sudah selesai," ucapnya saat dia rasa sudah cukup membasuh kaki Tuannya. Sedang dia merebahkan setengah badannya di ranjang dengan mata terpejam.

"Setiap hari lakukan seperti ini," ujarnya saat kakinya sudah kering bahkan membuat tubuhnya menjadi relaks karena pijatan gadis itu.

Lumayan, pedicure gratis.

"Tunggu, ini bayaranmu," ujar pria itu memberikan beberapa lembar uang pecahan terbesar dalam mata uang negaranya.

"Kenapa dibayar?"

"Kau pelayan dan semua pelayan pasti dibayar. Jangan kePD-an, semua yang membuatku puas saat bekerja padaku akan aku bayar dengan setimpal," jawab pria itu masih berbaring di atas ranjangnya berbantalkan kedua lengan yang dilipat di belakang kepala.

Meiska mendekat dan mengambil uang itu, "Terima kasih,"

Kau hanya pelayan, Mei. Sudah pasti kau dibayar dengan uang, bukan yang lainnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!