Di dalam kamar, Julia merias Meiska supaya terlihat mirip dengan Jessica. Dia didandani molek dengan make-up dan gaya rambut yang mirip dengan Jessica supaya semua yang melihat Meiska akan melihat Jessica di sana.
"Dengar, Mei. Selama di sana, kau tetaplah menjadi Jessica karena mereka tidak ada yang tahu siapa kamu. Dan aku punya sebuah misi untukmu. Apa kau mengerti, Mei?" ujar Julia seraya menyiapkan Meiska yang sedang bersiap sebelum ikut ke keluarga suaminya.
"Ya, Mam," jawab Meiska saat Julia menatapnya dan menanti jawaban kesiapan anak angkat itu untuk menjalankan sebuah misi darinya.
Julia merangkul Meiska keluar dari kamarnya dengan drama sedih seperti yang biasa dilakukan ibu saat akan melepaskan putrinya ke rumah suaminya.
"Jessica, Mam sangat menyayangimu. Baik-baiklah di sana, menurutlah pada aturan suami dan keluargamu,"
"Baik, Mam," jawab Meiska seadanya. Dia tidak merasa sedih sama sekali. Berbeda dengan sang ibu yang sudah becek dengan air mata, Meiska tidak merasakan kesedihan apa pun. Dia malah merasa sedikit terbebas dari belenggu Mama dan Kakaknya yang selalu menghantui harinya dengan suara teriakannya dan perintah mereka di setiap hari.
Benarkah aku akan terbebas dari Mama dan Kak Jess? Semoga di rumah keluarga baruku akan menjadi lebih baik dari semua ini.
Pengantin baru yang harusnya sedang mesra-mesranya di hari pertama menikah, tetapi tidak bagi Meiska yang diboyong ke rumah besar suaminya. Meiska tidak diberlakukan sebagai tuan puteri di sana, bahkan para asisten pun tidak hormat sama sekali padanya karena mereka menghormati siapa pun yang diperintahkan Tuannya untuk dihormati.
"Hei, Kau! Ajak dia ke kamar atas," ujar Dion pada pelayannya untuk mengantarkan Meiska.
"Tidak usah kalian bersikap hormat padanya karena posisinya di rumah ini sama seperti kalian hanya saja dia tidak mempunyai tugas khusus," ucapnya saat pelayan itu akan membawakan koper milik Meiska ke atas.
Alhasil, gadis itu pun membawa sendiri kopernya ke atas dan pelayan itu hanya membantunya mengantarkan hingga ke kamar yang dituju.
"Nona, ini kamar Anda," ujar pelayan wanita muda berseragam itu.
"Terima kasih, ya," ujar Meiska.
Dengan napas yang terengah-engah, Meiska memasukki kamar itu dan menyangga punggungnya sejenak sebelum merebahkan diri di ranjang besar yang ada di sana.
Menatap langit-langit kamar yang sungguh megah dengan desain plafonnya. Walau kamar itu nampak kosong, tetapi di matanya tampak besar dan megah dengan ranjang besar bersprei tebal dan berwarna serba putih, sangat mewah di matanya seperti di hotel.
Sebab gadis itu, walau dia hidup bersama dengan ibu dan kakak tiri di dalam rumah bak istana yang mewah dan kehidupan yang bergelimang harta, tetapi dia tidak pernah merasakan enaknya tinggal di rumah mewah dengan ranjang yang empuk seperti ini.
Meiska mengelus-elus permukaan ranjang itu yang sangat halus dan bisa segera mengantarkannya tertidur.
Namun, saat baru saja matanya terpejam sesaat karena sedang merasakan embusan semilir udara dingin dari AC yang dia nyalakan, membayangkan seperti berada di atas pegunungan, tiba-tiba wajahnya terasa panas kala sesuatu menghantamnya dengan keras.
"Hei, bangun! Kau di sini bukan untuk tidur saja!" ujar pria yang melemparkan bantal ke wajahnya.
Spontan, gadis itu membeliak. Kaki yang semula terbuka menganga langsung di tutupnya rapat-rapat, dia bahkan terlupa jika pintunya belum ditutup dengan benar. Bubuh gadis itu langsung bangkit dan berdiri.
"Ya, Tuan. Maafkan aku," ujar Meiska yang malu sekaligus takut.
"Ayo, duduk!" perintahnya pada Meiska untuk menuju ke sofa di dalam kamar itu.
Gadis itu menurut, ia pun duduk di seberang posisi Tuannya.
"Hei, siapa yang menyuruhmu duduk lebih dulu daripada aku? Bangun!"
"Hah?" gadis itu kebingungan menanggapi perintah suaminya yang terdengar plin-plan. Gadis itu pun kembali berdiri.
"Duduk!" perintah Dion lagi saat dirinya baru saja terduduk.
Tadi aku disuruh duduk, lalu salah, sekarang di suruh duduk lagi. Yang benar mana?
"Tidak usah berkomentar, aku dengar hatimu sedang berbicara."
"Cepatlah kau baca dan pahami ini, Carla, jangan bertanya dan cukup pahami saja," ucap pria itu melemparkan sebuah berkas yang cukup tebal di depan Meiska.
"Carla itu siapa? Apa hantu di ruangan ini?" tanya Meiska menoleh ke kanan dan kiri, sepi tiada siapa pun kecuali dirinya.
"Ck, Carla itu gadis culun di depanku," ujarnya.
Entah mengapa melihat wajahnya, di mataku dia mirip seperti chipmunk.
"Oh, aku? Aku Meiska, bukan Carla. Dan aku tidak culun sebab aku tidak memakai kacamata," jelas Meiska dengan polosnya.
"Contract after marriage?" Mesika membaca tajuk dokumen itu.
"Sudah kubilang tidak boleh bertanya!" sentak pria itu.
"Hah? Aku tidak sedang bertanya, hanya sedang mengeja!" ujar Meiska tidak kalah serunya.
"Banyak bicara kau, cepat tanda tangani!" sentaknya.
Segera Meiska menandatangi di bagian akhir tanpa membaca dengan saksama apa yang tertulis di dokumen itu.
Alis pria itu terangkat sebelah, "Memangnya kau tahu apa isi dokumen itu?"
Dengan santainya gadis itu hanya menggelengkan kepala.
"Kenapa cepat setuju?"
"Aku tidak paham bahasa asing, di sini semua pakai bahasa asing. Lalu, kau bilang aku tidak boleh bertanya. Dan kupikir, di sini akan lebih baik daripada kehidupanku di rumah Mam Julia. Benar, kan? Kalau aku tidak setuju dengan kontrak perjanjian ini, aku akan kabur saja. Kita tidak pernah menikah, karena yang kau nikahi Kak Jessica bukan Meiska, jadi aku bebas kemana saja," katanya dengan gembira.
Jari pria itu menunjuk pada wajah gadis di depannya. "Heih, tak semudah itu chipmunk. Di sini tertera bahwa perjanjian kontrak ini atas namamu sebagai pihak kedua, dan aku pihak pertama. Jika kau melanggar, kau harus membayar denda 500 juta setiap kesalahannya," jelas pria itu membuka bagian dokumen yang disebutkan.
"Apa? 500 juta? Aku uang darimana?" Meiska memekik.
"Sayangnya kau tidak berhak bertanya dan terima kasih sudah tanda tangan, jadi terimalah saja konsekuensinya," ujar pria itu lantas melenggang pergi.
"Bagaimana jika aku tidak mampu membayar dendanya?" tanya gadis itu mampu menghentikan langkah kaki pria di depannya.
"Jangan membuat kesalahan atau menebusnya dengan cara lain, mudah saja," jawabnya enteng lalu meninggalkan gadis itu yang termangu menyesali perbuatannya yang ceroboh.
"Cara lain seperti apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments