"Belanja kebutuhan dapur untuk di apart, Mei," sesingkat itu pesan yang Dion kirimkan di siang hari yang bolong itu.
Meiska yang sedang membuka laptop dan menyesap thai tea di kafe dekat kampusnya merasa terusik saat ponselnya bergetar, dia membaca pesan itu dan dengan segera membalasnya,"Nggak," balasan singkat yang dia kirimkan.
"Tolong...."
Senyum di bibir gadis itu tersungging, hanya itu yang ingin dia dengar dari pria yang sejak awal datang ke kehidupannya yang selalu memaksakan kehendak tanpa pernah berkata 'tolong' atau pun berucap 'maaf', sekali pun tidak pernah pria itu mengatakan hal itu.
Biarlah, kali ini kata sakti itu tersampaikan hanya melalui chat, Meiska sudah dapat menerimanya. "Oke, sore nanti akau datang ke apart setelah selesai kuliah," jawab Meiska membalas pesan itu lagi.
Setelah mendapatkan kata 'tolong' jangan berharap ada mengapresiasi atas usaha Meiska yang telah menyanggupi permintaannya, ucapan 'terima kasih' tidak mungkin gadis itu dapatkan setelahnya.
Benar, tidak ada balasan apapun lagi selain hanya tanda pesan yang sudah dibaca dan pria itu memberikan reaction berupa tanda jempol pada pesan terakhir yang Meiska kirimkan.
"Huh, dasarnya maunya enak sendiri," dumal gadis itu.
"Kenapa, Mei?" tanya seorang teman yang duduk di hadapannya.
"Eh, Nay. Nggak ada, bukan apa-apa," jawab Meiska kikuk.
Teman di depannya meringis, "Nggak jelas, kurang waras dari tadi kamu senyum-senyum sendiri," komentar Kayanara yang takut pada kondisi mental temannya yang berada di akhir masa kuliah S2 nya.
"Mei, malam nanti jadi datang ke konser, nggak?'
"Hah, konser apa?"
"Bla*k Pink, Sis. Jangan bilang kamu nggak tahu atau jangan-jangan kamu lupa?" terka Kayanara.
"Konser apa? Ah, iya! Gila, aku lupa! Ini kan konser Bla*k Pink yang kita war tiket enam bulan lalu, ya?!" Meiska baru tersadar.
"Aku lupa, Nay. Gimana dong? Belum siap-siap lagi,"
"Ish, aku belum prepare. Kamu mau temani aku beli outfit buat malam nanti, gak?" Meiska gundah, ia benar-benar lupa akan ada agenda nonton konser itu.
Kayanara meneguk iced coffee-nya, "Nggak bisa, Mei. Aku jam 4 udah harus ke salon, hair styling dan make-up dulu soalnya aku harus tampil sempurna di konser bla*k pink itu, mau sekalian nge-date sama pacarku setelah 3 tahun LDR, nih."
Meiska mengerutkan wajahnya, ia benar-benar lupa hari penting ini. "Ya udah, deh. Aku pergi dulu mau siap-siap," kata Meiska yang beranjak pergi dari tempat duduknya.
Ia segera mencari outfit yang pantas yang bisa digunakan untuk acara konser malam nanti, girl band itu bukan sembarang girl band karena itu kesukaan Meiska dan bahkan dia sudah ikut war tiket sejak enam bulan lalu, tapi entah mengapa dia bisa lupa kalau acara konser itu terlaksana di hari ini.
Saat sedang sibuk mempersiapkan hari spesial ini, tidak terasa hari sudah menjelang malam. Dia kemudian terlupa dengan perkataannya siang hari tadi sehingga kini dia harus siap mendapat teror telepon dari pria yang sudah diberikan janji siang tadi.
"Halo?" Kata Mesika sedikti dengan nada meninggi.
"Kamu dimana, Mei? Kenapa belum sampai? Sedang dimana? Kau bilang akan datang sore ini? Ini sudah magrib!" suara pria di seberang teleponnya yang tidak kalah juga suara kencangnya.
"Tidak bisa datang, maaf. Aku ada urusan mendadak," jawab Meiska.
"Urusan apa? Apa yang lebih penting daripada perintahku?"
"Hah? Urusanku jauh lebih penting," Meiska tidak mau kalah.
"Datang atau aku hancurkan urusanmu itu, Mei." Ancam Dion yang lagi-lagi terlihat serius.
"Kalau saja bisa, silakan saja."
"Okey, aku akan menghubungi temanmu itu, siapa dia namanya? Kayanara? Iya dia kah?"
Mata gadis itu melotot, "Bagaimana dia bisa tahu nama temanku?"
"Ufft," Meiska meniup poninya yang menutupi matanya.
"Cepatlah, belanja kebutuhan dapur dan masaklah yang enak akan ada tamu penting di apart," kata Dion sebelum akhirnya dia mengakhiri teleponnya.
Sekian banyak pakian yang tersebar dan menjadi pilihan untuk dipakai datang ke acara konser malam nanti, Mesika akhirnya memilih satu di antara beberapa yang sudah dijajar di atas ranjangnya. Kemudian, dia bergegas pergi ke supermarket untuk belanja bahan makanan.
"Aku hampir terlambat," cemasnya yang masih mengantre di line kasir.
Tangannya sibuk memencet tombol on-off power ponselnya mengamati setiap waktu yang berjalan karena satu jam lagi acara konser akan dimulai.
Sampai akhirnya tiba pada gilirannya, dia segera membayar dengan uang tunai tanpa menunggu kembalian.
Di apartemen dia membuka pintu dengan tergesa-gesa dan terdengar kisruh, "Tuan Dino, ini ya, aku taruh belanjaannya di sini," kata Meiska meletakkan tas belanjaan di ruang tamu.
"Hei, tunggu! Mau kemana kamu?" Dion yang keluar dari dalam kamar menghentikan langkah Meiska.
"Aku harus pergi, ini sudah sangat terlambat."
"Tunggu, enak saja mau pergi, kembali!" cegahnya.
"Gak, aku harus pergi. Ini penting, nggak setiap hari ada, kamu kalau butuh aku kapan pun aku bisa tapi tidak untuk hari ini, please," pinta Meiska memohon.
"Nggak, masakkan dulu sesuatu untuk kekasihku," ucap Dion.
"Apa?"
"Masakkan sesuatu untuk kekasihku, cepat! Dia sudah jauh-jauh datang ke sini, berikan sambutan yang baik padanya."
"Hah? Apa urusanku dengannya, urus saja sendiri, dia kan kekasihmu," bantah Meiska.
"Cepat, Mei. habis itu kau boleh pergi dan aku beri waktu seminggu untuk kau bebas kemana pun,"
"Nggak,"
"Sebulan, janji sebulan setelah ini aku tidak akan mengganggu hidupmu,"
Meiska tertarik dengan ucapan itu, tapi konser malam ini sangat penting baginya.
"Huft, baiklah apa yang harus aku masak?"
"Bebas, menu yang bisa dimakan untuk makan malam untuk tiga orang," kata Dion.
"Tiga?"
"Aku, dia, dan kamu,"
"Aku tidak perlu dihitung. Okey, setengah jam lagi jadi," kata Meiska yang segera memasak menu makan malam yang menurutnya simple.
Udang saus asam manis pedas.
Sedangkan, jangan ditanya kemana pria tiu setelahnya, dia masuk ke dalam kamar bersama dengan 'kekasihnya' yang tadi dia sebutkan.
Setengah jam berlalu. Meiska malas megetuk pintu kamar itu, ia hanya menelepon dan mengatakan jika makanannya sudah siap.
Tidak lama kemudai saat dia yang sedang berkemas untuk pergi dan mencuci tangannya, tiba-tiba dua orang datang menghampirinya.
"Baunya menggugah selera, inilah alasanku menikah dengannya. Tidak salah aku menggaet petugas katering untuk dijadikan istri, berasa punya koki pribadi," kata Dion berkomentar setelah melihat makanan yang masih terkepul asap karena baru matang dari panci penggorengan.
"Ouh, tampilannya seperti menu masakan restoran berbintang, pasti rasanya lezat," ucap seorang wanita yang memakai rok sependek pantatnya.
Body-nya sungguh bohay dan terlihat ideal, Meiska memperhatikan wanita itu dengan tatapan yang menghujam dan tidak berpaling sedikit pun.
Dipandang mata saja begitu enak, padahal dia sendiri seorang wanita tetapi masih saja merasa jika dirinya kurang cantik dan tidak secantik wanita yang ada di depan mata.
"Mei, duduklah kita makan bersama," ajak Dion.
"Tidak, aku harus–," elak Meiska.
"Duduklah, aku ingin berkenalan denganmu, makanlah bersama kami sebentar saja," kata wanita itu yang berujar lembut.
"Duduklah, Mei," ajak Dion menarikkan satu kursi untuk Meiska.
"Kenalin aku Syahnaz," ucap seorang wanita yang mengawali mengulurkan tangan pada Meiska.
"Syahnaz?" Alis Meiska menyatu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments