Chapter 9. Seimbang

Di dalam ruangan pesta yang didekorasi mewah dengan kemerlap lampu temaram membuat suasana pesta semakin menyatu dengan tema penyamaran malam itu.

"Kak, apa aku boleh menyamarkan namaku juga di sini?"

"Tentu, Mei. Sesuai dengan tema pesta malam ini, kau boleh mengganti identitasmu sesuka hati," jawab Andy.

"Aku ingin mengganti namaku menjadi Queen, sebut saja begitu," ucap Meiska.

"Ouh, it's pretty nickname, My Queen!" puji Andy yang setuju.

"Hello, Are you Mr. Andy, right?" seorang pria tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Waduh, aku gagal menyamar Mei, oh Queen," bisik Andy yang belum sempat mengganti identitasnya, tetapi sudah ada orang yang mengenalnya meski separuh wajahnya tertutup oleh topeng.

"Yes, you are Mr. Dave?" kata Andy membenarkan.

"Ternyata mengenali seseorang yang sudah berteman dekat tidaklah sulit meski wajah tertutup bagaimanapun itu," komentar pria yang berjabat tangan dengan Andy.

"Who is she?"

"Dia tunanganku, panggil saja Queen, but don't add 'my' to the beginning of her name 'cause she is mine," ucap Andy berbisik.

Keduanya tertawa mendengar gurauan Andy. Bukan hanya kedua pria itu, tetapi Meiska pun turut tersenyum kecil mendengarnya.

"She is looking so pretty, like is a really-really Queen," pujian yang Meiska terima dari seorang pria di depannya.

"Dimana Mr. Pras?" Tanya Andy pada pria di depannya.

"Dia sedang bersama dengan tamu lain, sebentar lagi pasti akan melihat Anda. Ayo medekat," ajaknya pada Andy dan Meiska.

Pria itu membawa keduanya pada seorang pria paruh baya yang menjadi tuan dalam pesta ini, "Helo, Mr. Seseorang tengah mencari Anda,"

"Yah, siapa?" pria itu berputar balik, menatap siapa yang datang.

"Oh, Andy! What a heaven, thank you for your time! Terima kasih sudah datang," pria itu menyambut riang kedatangan Andy.

"Congrats, Tuan Pras. Anda memang tidak pernah gagal dalam berbisnis, selamat dan sukses selalu," ucap Andy memberikan salam dan pelukan hangat.

"Yes, tapi ini karena bantuan dari cucuku ini. Dia menyalurkan sedikit akalnya untuk kemajuan perusahaan, tapi hanya sedikit, kalau saja dia menggunakan banyak akalnya mungkin dia tidak akan menikah dengan gadis sembarangan," ucap Prasasta seraya menepuk lengan cucunya, memuji sekaligus menyindurnya.

Pria yang disindir itu adalah Dion. Dia tidak memikirkan ucapan kakeknya, yang menjadi fokusnya saat itu ialah wanita yang berada di depannya yang terus menunduk.

"Dion,"

"Dion?"

"Oh ya, Opa? Ada apa?" kejut pria itu setelah sang opa menepuk punggungnya.

"Ini, Tuan Andy. Teman Opa," kata Prasasta.

"Oh ya, selamat datang," Dion mengulurkan tangannya.

"Dengan siapa Anda datang?" Tanya Dion.

"Bersama dengan kekasihku, My Queen. Her name is really Queen, just call her Queen," kata Andy.

"Hem, ya, ya," Dion menyalami tangan gadis yang berada di samping Andy. Terasa telapak tangan gadis itu tidak asing saat menyentuh telapak tangan Dion.

Cukup lama mereka bersalama karena Dion seraya mengingat siapa pemilik telapak tangan itu yang tidak asing baginya.

"Ekhem! Tuan, dengan siapa Anda datang?" Andy bertanya untuk mengalihkan fokus mereka yang masih saling tatap.

"Ya, ini istri saya. Mei, panggil saja begitu," ucap Dion menggenggam tangan wanita di sampingnya, lalu mengecup ujung tangan wanita itu.

"Mei? Wow, it's...."

Namun, Meiska segera merangkul lengan Andy untuk menyadarkan pria itu yang hampir saja kelepasan akan menyebutkan nama Meiska karena nama istri Dion terdengar sama dengan sapaan Meiska–yakni Mei.

"Selamat datang tamu-tamuku yang terhormat. Terima kasih karena sudah menyempatkan waktunya untuk datang kemari dalam acara peresmian dan gala dinner hotel baru kami. Saya ucapkan selamat berpesta dan bersenang-senang. Now, it's time to dancing!" ucap Prasasta membuat gemuruh seisi ruangan.

Saat yang ditunggu-tunggu para hadirin pesta, puncak acara yang mana mereka akan melakukan dansa bersama dengan pasangan masing-masing.

"Yes, ladies and gentlemen, dansa kali ini bukan sembarang dansa. Dansa shuffle, yang mana kalian akan berdansa dengan pola memutar dan bebas memutar dan berganti pasangan saat ketukan musik berbunyi dan dansa harus selesai saat musik berhenti. Semua pasangan akan bergantian mendapatkan girilan yang sama untuk melewati pusat lingkaran ini, dan jika ada satu pasangan dansa yang masih dalam posisi sempurna dan berdiri tepat di dalam pusat lingkaran saat musik berhenti, maka itulah pemenangnya," kata pemandu acara malam itu.

"Siap? Mulai," musik pun mengalun sesuai dengan aba-aba pembawa acara.

Alunan musik waltz mulai mendayu-dayu, membawa tubuh mereka meliuk-meliuk bergerak seirama dengan irama musik.

Meiska bersama dengan Andy turut itu berdansa, "Kita harus memenangkan ini, Mei," kata Andu saat menyentuh lembut pinggang Meiska dan menuntun gerakan kaki gadis itu untuk maju dan mundur.

"Ya, semoga saja," jawab Meiska.

Dalam keadaan tenang karena irama musik yang syahdu dan mendamaikan, tidak banyak dari mereka melakukan ciuman pada pasangan masing-masing. Termasuk Dion yang mencumbu pasangan dansanya yang tidak sengaja tertangkap oleh netra Meiska.

Bukan sekadar kecupan, tetapi ciuman intens yang dilakukan dalam waktu cukup lama.

Tut, suara ketukan pertama berbunyi saatnya berpindah posisi.

Kali ini musik salsa yang meriah menjadi pengiring gerakan dansa. Lika-liku gerakan kaki yang cepat mengikuti tempo musik salsa.

Tut, mereka berganti posisi.

Grab! Tubuh Meiska terlempar dan jatuh di tangan seorang pria yang refleks menangkapnya.

Namun, mata itu seketika membelalak saat tahu siapa yang berhasil menangkapnya. Lebih mendebarkan saat bibir pria itu tersenyum miring padanya.

"Jadi, inikah alasanmu tidak mau pergi denganku, Mei?" ucap Dion berbisik tepat di depan wajah Meiska.

Tempo musik salsa semakin cepat membuat tubuh Meiska diombang-ambingkan atas panduan Dion menyeiramakan dengan alunan musik dansa. Maju, mundur, dan memutar dengan sangat cepat tanpa ada jeda untuk mengambil napas dengan benar.

"Jaga langkah kakimu tetap seimbang atau kau akan malu jika sampai terjatuh di lantai," ucap Dion.

"Apakah dia kekasihmu?" tanya Dion.

"Lebih dari kekasih," jawab Meiska.

"Tapi aku tetap yang jadi pemenangnya karena aku suamimu," kekeh Dion.

Grab! Meiska jatuh dalam dekapan Dion karena pada saat itu musik telah berhenti tanda bahwa dansa berakhir dan posisi mereka tepat berada di pusat lingkaran.

"Ya, kita mendapatkan pemenangnya!" seru pembawa acara.

"Keren, so cool! Memukau Queen, sayangnya bukan denganku, tapi tidak masalah kau tetap juaranya."

"Hem, thanks, Kak." Kata Meiska seraya tangannya bergerak akan membuka ikatan tali topeng wajahnya yang berada di belakang kepalanya.

"Tunggu, Mei," Andy menghentikan gerakan tangan Meiska.

"Biar aku bantu, seperti talinya tersangkut pada gelungan rambutmu," ucap Andy yang memperhatikan. Di lantas membantu Meiska melepaskan ikatan talinya.

"Sudah, Mei," ujarnya. Namun, tidak segera ia kembali ke posisinya. Andy menatap lekat mata Meiska dan jemarinya berangsur menuju pipi Meiska dan membelai lembut pipi Meiska secara teratur.

"Kak?"

"Sebentar, Mei. Bolehkan aku melakukannya sekali saja?" kata Andy yang kini sudah memiringkan wajahnya, menyusupkan tangannya ke belakang leher Meiska dan menguncinya supaya tidak ada ruang untuk gadis itu mengelak.

Wajah mereka semakin dekat dan embusan napas pria itu sudah terasa dingin menyapa wajah Meiska, matanya kian terpejam dan menarik perlahan leher Meiska untuk lebih dekat padanya. Namun, mata Meiska masih terbuka dan dia melihat ada seseorang yang berdiri di depan mobilnya dari kejauhan yang sedang melihat ke arahnya.

"Tuan Dino?" ucap Meiska dalam hatinya. Gadis itu membelalakkan matanya seperti seseorang yang sedang tertangkap basah bermain belakang.

"Kak, ini tidak mungkin," kata Meiska yang menahan bibir Andy yang hampir menyentuh miliknya.

Ucapan Meiska mengacaukan segalanya, "Aku tidak bisa," ucap Meiska menggelengkan kepalanya ada dia yang sudah berada beberapa senti di depan wajahnya.

"Huuft..." Hela napas Andy termbus untuk menekan emosinya dan bersabar hati karena keinginnya tidak tersampaikan.

Sepanjang perjalanan, mereka hanya hanyut dalam kesunyian. Tidak ada satu suara pun yang terucap dari keduanya. Sampai tiba di halaman rumah Meiska, keduanya masih saling diam dan menjadi canggung.

"Sudah sampai, maaf aku tidak bisa antar ke dalam, Mei," Andy yang mengawali perbincangan.

"Kak, aku minta maafyang tadi itu, tapi..." ucap Meiska sebelum ia menurunkan kakinya.

Andy tersenyum, "Hem. Iya, aku sangat paham. Santai saja, Mei. Istirahatlah," kata Andy meski terlihat gurat kekecewaan di wajah pria itu yag mampu Meiska tangkap dengan jelas di balik senyumnya.

"Mau mampir dulu buat ketemu ibu?" tawar Meiska pada Andy.

"Tidak, ini sudah larut. Aku takut mengganggu, sampaikan saja salamku untuk ibumu," ucap Andy sebelum ia menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan halaman rumah Meiska dan ibunya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!