Chapter 12. Ternyata...

Dilihat dari sudut pandang mana pun, orang sombong akan terus saja menampakkan ciri kesombongannya. Seperti Dion yang selalu memungkiri perkataannya hanya demi gengsinya semata.

"Jadi, apa kamu mulai menyukai gadis itu?" tanya Syahnaz di tengah acara makan malam mereka.

Matanya mengerut pada dia kekasih hatinya yang gagal dinikahi tempo hari, "Bagaimana mungkin kau bertanya padaku seperti itu, Beib?"

"Jujur saja padaku," pinta Syahnaz.

"Tidak akan," jawabnya lugas.

"Bibirmu mengatakan 'tidak akan', tetapi sikapmu sebaliknya," ucap Syahnaz santai seraya menyantap menu makan malam mereka.

"Honey, bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu? Sikapku yang mana yang membuatmu cemburu?"

"Kemarin malam saat kamu mengantarkannya ke tempat konser. Padahal itu tidak penting untukmu, tapi mengapa kamu bersikap seolah dia penting? Padahal ada aku di sana," pengakuannya.

"Hahaha. Kamu cemburu karena itu?"

"Lebih dari itu, karena kini dia berstatus istrimu. Keberadaanku tidak lebih kuat daripada dia," ucap Syahnaz yang merasa posisinya terancam.

"Kalau begitu, kenapa kamu kabur di hari pernikahan kita?" tanya Dion.

Pletak. Pisau dan garpu diletakkan secara kasar oleh Syahnaz, "Jangan membuatku mengingat hal itu, aku membencinya. Ayahku berniat menikahkan kitaďq karena harta, dia hanya ingin keuntungan, tapi aku tidak mau hidupku dikendalikan dia. Aku ingin mencintamu tulus apa adanya, bukan karena ada apanya," ucap Syahnaz yang kini berderai air mata.

Gustavel, ayah Syahnaz yang gila kekuasaan di dunia perbisnisan. Anak semata wayagnya, Syahnaz yang dijodohkan dengan anak teman lamanya, tidak lain adalah Dion. Bukan karena perjodohan biasa antar anak dari teman lama, tetapi hanya untuk menguasai bisnis keluarga menantu dengan menjadikan anak perempuannya sebagai alat untuk kepentingan invansi bisnisnya.

"Aku tidak mau jika kita disatukan hanya untuk saling merugikan." ucap Syahnaz.

Dion bangkit, berpindah tempat duduk di samping wanita itu, "Tenanglah, jangan merasa bersalah seperti itu. Aku akan selalu menjadi milikmu, selagi aku mampu. Kita akan bersatu karena cinta murni," ujar pria itu yang kini memeluk erat tubuh wanita kesayangannya.

"Mana hadiah ulang tahunku?"

"Hem?"

"Hadiahku? Ini sudah telat sehari, jangan bilang kamu tidak menyiapkan hadiah untukku," terka Syahnaz yang mendongak menatap wajah lelakinya.

"Ah, tentu kau tidak akan lupa. Ini dia," Dion memberikan amplop yang entah apa isinya.

"Tiket liburan ke Maladewa? Sungguh? Kita berdua? Really?" mata wanita berbinar terang, sorot mata berembun penuh keharuan terpampang jelas setelah mendapati jika sang kekasih tidak mengabaikan hari pentingnya.

"He em, sure. Bukalah," jawab Dion yang langsung membuat tubuh wanita itu menegang dan berdiri tegak sempurna.

Menubruk tubuh kekasihnya dengan penuh suka cita dan pelukan erat, "Terima kasih,"

"Kamu suka dengan kejutannya?"

"Tentu saja, sudah lama sekali kita tidak berlibur berdua," riang Syahnaz dalam posisi memeluk tubuh prianya.

Saat sedang memeluk kekasihnya, di depan mata Dion dia melihat seorang gadis yang tidak asing di matanya. Gadis berambut hitam dan tebal, tampil sederhana dengan balutan pakaian casual ala anak muda usia seperempat abad–Meiska.

Bedanya, saat ini dia tengah berbincang berdua dengan seorang pria yang berbeda dengan pria kemarin datang di pesta itu.

Matanya menyipit, mencoba memfokuskan seluruh indranya untuk memastikan seseorang yang berada di depan mata.

"Meiska, dengan siapa dia? James? James Guildan?" hatinya berbisik ketika mendapati seseorang yang sedang bersama dengan gadis itu adalah putra keluarga Guildan.

Namun, tidak lama karena setelah itu Syahnaz melepaskan pelukannya. "Ayo, hari ini bermalam di tempatku?" ajak wanita itu.

"Hem, apa harus?"

"Iya, itu permintaanku di hari spesial ini. Hanya bermalam, apa tidak bisa?" bujuk Syahnaz.

"Ya, baiklah."

Namun, hatinya berkemelut, pikirannya penuh dengan bisik tanya, "Ada hubungan apa dia dengan Guildan? Siapa dia sebenarnya? Aku harus mencari tahu lebih dalam tentang gadis itu," ucap Dion di dalam hatinya.

"Bang, apa kau mengenal keluarga Prasasta?"

Laki-laki di depannya mengangguk-angguk, "Ya, siapa yang tidak mengenal mereka? Pemilik perusahaan ekspor kopi terbesar se Asia, tentu aku mengenalnya."

"Kau tahu berita gelap tentang putra mereka yang ditinggal nikah? Kenapa bisa terjadi? Dan siapa wanita penggantinya itu?" tanya Meiska.

"Iya, berita itu sudah menjadi rahasia umum, Mei. Sayangnya, aku tidak bisa hadir pada saat itu," jawab James–pria berkulit putih, rambut cepak, tubuh tegap dan ideal. Mirip Oppa-Oppa dalam drama Korea.

"Kamu tahu siapa wanita penggantinya, Bang?"

"Hem, katanya gadis biasa ya? Entah, aku dengar kabarnya, katanya gadis muda yang menjadi petugas katering di acara itu," kata James.

"Menurutmu, Bang, apa itu sebuah kemalangan?"

"Dia tidak mungkin memilih sembarang wanita, mesti ada poin plusnya, Mei. Atau ada alasan lainnya," terang James.

"Tapi, dia terlihat biasa saja. Apa wanita yang bersanding dengannya harus sepadan dengan dia? Bagaimana jika ternyata dia gadis kampung? Maksudnya gadis biasa yang tidak cantik seperti mantannya sebelumnya? Apa dia akan merasa malu?" tanya Meiska.

"Entah, Mei. Yang kutahu, wanita sebelumnya merupakan anak Gustavel. Kamu tahu, bagaimana ambisi dia untuk menaklukan dunia perbisnisan, Mei?"

"Maksud abang, Syahnaz?"

"Darimana kamu tahu nama wanita itu, Mei-Mei?"

"Aku-Aku, aku tadi dari–"

"Jangan bilang, kamu gadis katering yang dinikahi pria itu, Mei? Karena setahuku, kamu juga bekerja di katering kan, Mei?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!