"Kakak akan tetap disini bukan, kak Keinna jadi lebih sering tersenyum semenjak kakak kemari?" Justine tampak tersenyum dan meraih tangan Edmund.
"Apa yang kau katakan Edmund, pria ini harus segera pulang dan istirahat! dia sudah bukan pria yang santai sekarang." Keinna tampak membelai kepala sang adik dengan penuh kasih sayang.
Chelsea yang sedari tadi duduk terdiam di sudut ruang rawat Edmund tampak berdecak kesal, entah apa alasannya tapi gadis itu benci melihat Keinna bahagia, meskipun Keinna selalu mengupayakan sebuah kebahagiaan untuk Chelsea adik tirinya.
"Pulang lah, kau tampak lelah!" senyum tulus kembali nampak terlampir dengan begitu nyata di paras cantik Keinna.
"Apa kau mengusir ku, Keinna?" pria berkacamata itu menatap Keinna dengan lembut dan hangat saat mendengar perkataan gadis di hadapannya.
"Bukan seperti itu maksud ku, Edmund! kau telah menemani ku dalam menjaga dan merawat Justine disini hampir seharian, aku sungguh berterimakasih,"
"Aku tak ingin ucapan terima kasih darimu!"
"Lalu?" mata indah berwarna amber itu kembali tampil mempesona hingga Edmund enggan beranjak dari hadapan Keinna.
"Apa kau tak merindukan ku? masa kecil kita? rumah pohon usang itu! aku telah memperbaiki nya,"
"A-apa?" Keinna tak percaya dengan ucapan Edmund, pria yang selama ini ia anggap sebagai sahabatnya.
"Setelah hampir sepuluh tahun meninggalkan Melbourne, aku langsung menuju tempat itu setelah tiba dan mendarat disini, kunci rumah itu bahkan telah berkarat!" Edmund tampak terkekeh.
"Apa kau sama sekali tak pernah mengunjunginya?"
Keinna menggeleng perlahan, "Maaf! aku bahkan tak memiliki waktu untuk sekedar melihat rumah masa kecil kita!" gadis pemilik mata amber nan menawan itu tampak tertunduk atas rasa bersalahnya.
"Tak apa! tapi berjanji lah untuk meluangkan waktu dan kita harus pergi ke sana sama-sama!" pria berkacamata itu tampak menyodorkan jari kelingkingnya dan tersenyum pada Keinna.
"Tentu saja!" Keinna kembali dibuat tersenyum karena ulah Edmund,
Kedua sahabat lama itu tampak berjalan beriringan, Keinna sengaja mengantar Edmund hingga ke luar ruangan.
"Berkendara lah dengan hati-hati! dan tolong sampaikan salam ku untuk paman dan juga bibi,"
Edmund mengangguk, pria itu tampak kembali meraih dan menggenggam tangan Keinna seolah enggan untuk pulang ke rumahnya.
"Jaga lah dirimu baik-baik! jangan sampai kau turut jatuh sakit, aku ...," kalimat Edmund terjeda, pria berkacamata itu tampak kembali menggigit bibirnya yang tiba-tiba berat untuk bersuara.
"Ada apa? apa kau baik-baik saja?"
Haruskah aku menanyakan dan meminta jawaban darinya sekarang?
****
Cedrick Rionard, pria pemilik rahang tegas itu tersenyum saat mengingat kebersamaan dan juga perkataan Felicia, entah mengapa rasa hati pria itu tampak getir di sepanjang penerbangan nya menuju Melbourne.
Apakah aku sedih karena harus berpisah dengannya? atau karena sesuatu yang lain?
Pria berahang tegas itu akhirnya memilih untuk memejamkan matanya,
Tuan seharusnya pria seperti Anda itu jauh lebih berhati-hati, bagaimana jika orang yang membenci Tuan memanfaatkan Tuan melalui nafsu birahi Tuan yang tak terkendali itu? ..., Tuan akan lemah dan terperdaya, dan pada akhirnya Tuan akan hancur seorang diri.
"Keinna!" bayangan wajah gadis bermata amber itu tampak membuat Cedrick berucap tanpa sadar, matanya tetap terpejam, ia juga menghela nafas dalam, mencoba untuk menghilangkan kekhawatiran dalam dirinya.
Tiba di Melbourne Airport VIC, senyum lebar tampak menghiasi wajah Cedrick, entah apa yang ada dalam pikiran pria arogan yang cukup tampan dan handal dalam memikat hati perempuan di sekitar nya.
My sweetie doll! i miss her, haruskah aku menyusul nya ke rumah sakit lebih dulu?
Langkah kaki Cedrick terlihat begitu semangat dan antusias saat berjalan menuju sebuah mobil sedan mewah yang telah terparkir serta menanti kedatangan nya.
"Selamat datang kembali Tuan Rionard!" senyum ramah itu tersaji indah pada wajah mister Donovan.
"Bagaimana kabarmu Donovan? apa kau bersenang-senang selama kepergian ku?" Cedrick menarik sudut bibirnya ke atas, tersenyum remeh dan tentu saja, ia sama sekali tak membutuhkan jawaban dari ketua bodyguard yang selalu melayani nya.
"Apa Tuan ingin mengunjungi suatu tempat terlebih dahulu? atau mungkin Tuan menginginkan untuk segera beristirahat ke mansion?"
"Bagaimana keadaan gadis itu? apa kau melayani nya dengan baik?" Cedrick melontarkan pertanyaan sembari melepas kacamata hitam yang semula dikenakan nya.
"Tentu Tuan! semua sesuai dengan instruksi dan perkataan Tuan!"
"Baiklah! antar diriku ke Limerence Sky Hospital sekarang!"
Sang kepala bodyguard tampak mengangguk patuh, pria itu pun membawa Cedrick menuju sebuah rumah sakit dimana Justine tengah dirawat dari beberapa hari sebelumnya.
Derap langkah kaki Cedrick kembali terdengar memburu saat ia melihat sosok gadis bermata amber yang berjalan dan hampir memasuki sebuah ruang rawat.
"Sweetie! i got you, don't you miss me?" lengan kekar itu tampak membelenggu tubuh Keinna dengan seketika.
"Lepasss! siapa ka-u?" Keinna tampak memberontak sampai akhirnya, Cedrick membalikkan tubuh gadis itu hingga mereka saling menatap satu sama lain.
"Bagaimana keadaan mu?"
"T-tuan sudah kembali?" perlahan Keinna mencoba melerai lengan Cedrick yang melingkar pada tubuhnya.
"Tentu saja! aku tak mungkin bisa jauh darimu walau hanya untuk satu Minggu! jadi ..., apa kau baik-baik saja sweetie?" pria itu kembali membelai pipi Keinna dengan tersenyum.
"Tuan bisa lihat sendiri bukan? saya baik-baik saja! lagipula yang dirawat itu Justine, adik saya! kenapa Tuan justru menanyakan kondisi ku?" Keinna kembali berdecak kesal dan menampik sentuhan lembut dari Cedrick.
"Aku tidak peduli dengan adikmu! aku hanya ingin memastikan bahwa kau baik-baik saja Keinna!"
"Benarkah?" Keinna menatap Cedrick dengan tatapan yang tak biasa, hingga pria itu dibuat gugup olehnya.
"T-tentu ..., tentu saja Kei!"
"Tuan tenang saja! saya pasti akan baik-baik saja! saya cukup bisa menjaga diri, Tuhan pasti bersama ku, Dia selalu melindungi ku selama ini, jika memang diriku harus terluka ataupun mati, itu pasti sudah berada dalam rencana terbaik Nya,"
"Apa maksudmu Keinna?" Cedrick tercengang, raut wajahnya seketika berubah saat mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Keinna.
"Bukan apa-apa Tuan! bukankah hidup dan mati memang sudah menjadi takdir kita?" gadis pemilik mata amber itu kembali tersenyum dan meninggalkan Cedrick didepan ruang rawat Justine.
Apa yang terjadi? kenapa diriku merasa jika Keinna tampak berubah? atau mungkin hanya perasaanku saja?
Masih berdiri diam di depan kamar rawat Justine, Cedrick tampak mengusap wajahnya dan tampak begitu frustasi,
Tak berselang lama, tangan kekar itu kembali terlihat meraih ponsel dalam saku leather jacket hitam miliknya.
T Mobile Melbourne ..., pria yang begitu berpengaruh di perusahaan terbesar dan ternama di kota Melbourne,
Apa sebenarnya hubungan mereka?
Cedrick memicingkan matanya, mencoba memeriksa setiap informasi dengan detail yang telah ia terima dari orang kepercayaan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
kenapa kau risau tentang Keinna sedangkan kau keasyikan dengan Felicia.....
2024-05-17
0