"Darimana saja kau? apa kau sengaja ingin menelantarkan kami? kami ini masih dalam masa perkembangan tubuh juga otak! aku dan juga Justine butuh nutrisi, kenapa kau hanya menyiapkan makanan yang itu-itu saja?"
Keinna seketika menghela nafas dalam saat mendapati makian dari mulut Chelsea malam itu,
"Maafkan aku Chelsea, diriku memang tak sempat memasak untuk kalian, aku sungguh minta maaf!"
"Sudah lah kak jangan dengarkan dia! kakak pasti lelah bukan? beristirahat lah sekarang," Justine yang melihat wajah lelah sang kakak nampak menggandeng lengan Keinna untuk duduk bersama nya.
"Aku butuh uang untuk membeli beberapa perlengkapan untuk tugas sekolah ku! kapan kau akan memberikan uangnya?" masih dengan tatapan mata yang begitu tajam, adik tiri dari Keinna itu nampak menuntut jawaban.
"Chel, aku akan mengusahakannya! tapi tidak sekarang atau besok pagi, diriku sama sekali belum memegang uang untuk saat ini."
"Aku tak mau tahu! pokoknya lusa kau sudah harus memberikan uang itu padaku! aku malu sama teman-teman sekolah ku, Keinna! kau bisa kesana-kemari sesuka hatimu! sedangkan aku dan Justine hanya bisa diam di rumah dengan perut lapar kami! dirimu itu sungguh kakak yang tak bertanggung jawab!"
Keinna hanya terdiam sembari menunduk dan memejamkan matanya,
"Kak ..., jangan dengarkan dia!" suara lembut dari bibir Justine masih tak membuat Keinna bergeming.
Dengan menahan segala nyeri dalam dadanya, Keinna akhirnya mencoba tersenyum dihadapan wajah cemas adik lelakinya.
"Maafkan kakak Justine! aku janji akan bekerja lebih keras demi kalian,"
"Beristirahat lah kak," pria yang masih berusia sepuluh tahun lebih muda dari Keinna itu nampak beranjak dan meninggalkan saudara perempuannya.
Terbaring lelah di atas ranjang kamarnya, pikiran Keinna kembali melayang, bayangan masa lalu tentang ayah serta ibunya tampak membuat gadis itu tersenyum dan memejamkan mata menuju alam bawah sadar.
Pagi itu keributan terlihat kembali terjadi, Keinna beserta kedua adiknya terlihat panik saat beberapa orang dengan tubuh tinggi kekar nampak memaksa masuk dan mengacak-acak rumah mereka.
"Kakak! Justine takut,"
"Kalian masuklah ke kamar terlebih dahulu, biar aku yang berbicara pada mereka."
"Tapi kak!"
"Masuklah ke kamar mu Justine!" meskipun tubuhnya sedikit gemetar, Keinna tak ingin memperlihatkan hal itu pada adiknya.
"Tuan! tolong hentikan! kenapa kalian melakukan ini di rumah ku?"
"Rumah mu? dengarkan Nona, sertifikat rumah ini telah ada padaku! ibumu, Nyonya Alena yang telah menggadaikan nya padaku?"
"A-apa? itu tidak mungkin Tuan, ini rumah peninggalan dari ayah, tidak mungkin ibu melakukan hal itu!"
"Apa kau ingin membantah ini semua?" pria garang itu nampak menghamburkan beberapa lembar kertas perjanjian antara ibu tiri Keinna dengan dirinya.
Gadis itu seketika lemas tak berdaya,
Darimana aku dapatkan uang sebanyak itu?
Tuhan, cobaan apalagi ini? ayah, lihatlah kelakuan istri tercinta mu, kenapa ayah melakukan hal ini padaku? aku harus bagaimana sekarang ayah?
Buliran air mata nampak jatuh seketika di pipi Keinna,
"Bagaimana nona? kau sudah mengerti kan? jadi tolong segera tinggalkan rumah ini, aku mungkin akan menjualnya kembali!"
"Tolong beri saya waktu Tuan, saya janji akan mengembalikan uang yang telah dipinjam oleh ibu saya dari Anda! saya mohon!"
"Tiga hari, aku masih sedikit berbaik hati karena paras cantik mu ini Nona!" pria itu nampak melayangkan tatapan nakalnya pada Keinna sebelum akhirnya meninggalkan rumah itu.
Tidak Keinna, jangan menjadi wanita lemah seperti ini, semua pasti memiliki jalannya, dirimu harus kuat demi adikmu juga dirimu sendiri,
Dengan segala kekalutan dalam benaknya, Keinna meraih hoodie abu-abu miliknya dan berlalu meninggalkan rumah,
"Apa bibi bisa menolong ku? gadis itu nampak berbicara seorang diri saat melihat bibi Wilhelmina yang tengah sibuk berkutat di cafe.
"Bibi ...,"
"Kau kemari? bukankah kau harus bekerja terlebih— dahulu di toko buku? ada apa kau kemari? jawab!"
"Bolehkah diriku meminjam uang pada bibi, ibu ..., dia menggadaikan kediaman ayah bi," gadis cantik itu terlihat begitu sendu dihadapan sang bibi.
"Apa kau mampu untuk mengembalikan uangnya padaku nanti? aku tahu siapa kau Keinna! pekerjaan mu saja masih serabutan seperti ini!"
"Tapi bi, saya dan adik saya harus tinggal dimana jika rumah itu dijual? saya mohon bi, saya mohon bantu saya kali ini saja ...,"
"Itu bukan urusan ku Keinna! kau pergilah! dan jangan lagi bekerja disini, dirimu hanya membuat ku semakin pusing!"
Disisi lain seseorang nampak memperhatikan percakapan serius antara Keinna dan bibi Wilhelmina,
Sungguh gadis yang malang, manusia-manusia berekonomi rendah, stupid people, dan sama sekali tak memiliki sesuatu yang positif dalam diri mereka,
Aaagh, aku benci pemandangan seperti ini!
Pria dengan rahang tegas itu kembali berlalu melangkah dengan di iringi oleh beberapa orang yang mengawalnya.
"Maaf Tuan! informan menyampaikan bahwa pendistribusian barang kita nampaknya sedikit tersendat dan mungkin akan mengalami keterlambatan,"
"Apa? bagaimana bisa?"
"Pemeriksaan di bandara terlalu ketat akhir-akhir ini Tuan,"
"Berapa banyak biaya yang telah ku gelontorkan untuk menyuap para boneka di negeri ini? apa mereka masih tak mampu mengakalinya?"
"Beberapa dari mereka yang berada di pihak kita masih belum bisa bergerak karena protes dari beberapa masa Tuan!"
Cedrick Rionard, pria itu kembali diam dengan pemikiran nya,
Aku harus memikirkan cara lain, jika terus seperti ini, semua akan semakin kacau ...,
Tunggu! gadis itu? mungkin aku bisa memanfaatkan nya, sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui ...,
Kakek, sepertinya aku harus berterima kasih padanya berulang kali
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
apa maksud Cedrick...
2024-05-17
0