Bab 14.
Sudah hampir seminggu Vanessa berada di Hotel “Harrington”. Selama itu pula, Vanessa selalu mengisi setiap acara nyanyi di hotel itu. Bahkan di siang hari ia bersama dengan Raven meninjau hotel-hotel cabang dan beberapa kali pula Raven mengajaknya menghadiri pertemuan sekaligus pesta kaum high-class.
Mereka sering pergi pada siang hari dan baru pulang menjelang malam tiba. Kalau malam hari tidak ada acara menyanyi di hotel, biasanya Raven mengajak Vanessa pergi ke pesta para atasan.
Claire bukannya tidak tahu kalau selama seminggu itu Raven dan Vanessa selalu bersama dan mereka tampak semakin dekat saja. Tetapi Claire tidak bisa berkata apa-apa, karena menurutnya hubungan antara Raven dan Vanessa bukanlah suatu hubungan yang spesial, melainkan hubungan partner dalam rangka tugas.
Kehadiran Vanessa di setiap acara bahkan mampu mendongkrak popularitas perusahaannya Claire.
Tetapi yang terutama, Claire membiarkan Raven terus bersama dengan Vanessa, adalah karena ia berpikir Vanessa toh hanya akan berada di hotel mereka itu selama seminggu, karena ia memang dikontrak selama seminggu. Sesudah masa kontraknya habis, Vanessa akan pergi dari hotel itu dengan sendirinya, dan otomatis hubungannya dengan Raven akan berakhir. Begitu naïf pemikiran dari seorang Claire bukan?
Ini adalah malam terakhir Vanessa menginap di Hotel “Harrington”. Kamar Vanessa adalah kamar vip room, yang memang diperuntukkan untuk orang yang khusus. Suasana di sekitar koridor kamar vip room itu selalu tampak sepi, karena terletak di lantai paling atas.
Vanessa berjalan keluar dari dalam lift setelah sampai ke lantai yang dituju. Di sampingnya, Raven mengikuti langkahnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
“Acara tadi sungguh menarik, ya?” ucap Vanessa sambil melirik Raven yang berjalan di sisinya. “Aku selalu gembira setiap kali ikut denganmu ke mana-mana. Rasanya tidak pernah aku segembira ini sebelumnya,” Vanessa tertawa keras.
“Kau terlalu banyak minum, lihatlah sekarang kau jadi mabuk,” Raven menanggapi Vanessa yang terlihat agak sempoyonan.
“Kau juga sih, yang terus-menerus mencecokiku dengan bergelas-gelas bir sampai-sampai aku merasa pusing sekarang,” Vanessa mengetuk-ngetuk kepalanya.
“Cepatlah balik ke kamarmu dan tidur, Vanessa. Besok kan kau sudah harus check-out dari hotel ini. Kontrakmu sudah berakhir kan?” Raven mengingatkan.
Vanessa menggerutu. “Ah, sebenarnya aku sudah betah berada di hotel ini, Raven. Aku merasa waktu seminggu ini terlalu singkat bagiku. Aku baru saja merasa mulai dekat denganmu, tapi yah…, akhirnya aku harus pergi juga,” Vanessa menghela napas berat.
Langkah mereka sampai di depan pintu kamar Vanessa. Tidak ada seorang pun yang ada di koridor lantai itu karena suasana sudah amat larut. Para tamu sudah tidur terlelap dalam mimpi-mimpi mereka yang indah di kamarnya masing-masing.
Vanessa menggesekkan kartu ke pintu kamarnya, dan pintu itu pun terbuka. Ia melangkah masuk dan menekan saklar lampu untuk menerangi ruangan itu.
“Sekarang aku pamit untuk pulang, ya,” kata Raven setelah melihat Vanessa sudah sampai ke dalam. “Kalau sempat, besok aku akan mengantarmu ke bandara.”
“Raven, tunggu!” Vanessa menghalangi Raven yang sudah bersiap-siap hendak pergi.
“Ada apa, Vanessa?” tanya Raven sambil membatalkan langkahnya. “Apa ada yang ketinggalan?”
Vanessa agak ragu menjawab. “Raven, akankah kau pergi begitu saja? Tidakkah kau ingin memberi ucapan selamat berpisah padaku?”
“Oh iya,” Raven berpikir sejenak lalu berucap dengan mimik lucu. “Selamat melanjutkan perjalanan Nona Vanessa, mulai besok dan seterusnya semoga hari-hari yang indah akan terus mengiringi setiap langkahmu. Aku tidak akan melupakanmu, karena kau adalah sahabatku, dan selamanya kita tetap bisa saling kontak melalui telepon-teleponan. Nah, begitu sudah cukup bukan?” Raven melambaikan tangannya dan hendak berbalik pergi.
Tetapi kali ini, sebelum Raven sempat berbalik, Vanessa tiba-tiba sudah meraih tangannya dan menariknya masuk.
“Eh, Vanessa, apa-apaan ini?” tanyanya terkejut. “Kau tidak boleh begini!” Raven merasa risih karena Vanessa bukannya melepaskan tarikannya, malah sekarang dengan berani ia sudah memeluk pinggang Raven dengan kedua tangannya.
“Aku tidak akan membiarkanmu pergi,” kata Vanessa. “Bukan kata-kata yang kuinginkan sebagai ucapan perpisahan,” suara Vanessa terdengar aneh, seperti memohon.
“Vanessa, jangan begini. Aku harus pergi sekarang, aku tidak mau merusak persahabatan kita dengan hal sekecil apapun,” Raven berusaha melepaskan tangan Vanessa yang memeluk pinggangnya.
Tetapi Vanessa seolah tahu Raven akan menolaknya, makanya ia mempererat pelukannya dengan sekuat tenaga, sehingga Raven tidak bisa berbuat apa-apa. Tidak mungkinlah ia berbuat kasar pada gadis selembut Vanessa.
Semua wanita yang dikenalnya sama saja, pikir Raven. Ya Rachel-lah, ya Claire-lah, Tracy-lah, dan sekarang malah Vanessa! Raven merasa hatinya kecewa.
“Raven, peluklah aku,” desis Vanessa sambil mendaratkan ciuman ke pipi Raven.
Walaupun hatinya merasa bimbang, tetapi dengan hati-hati, Raven membalas pelukan Vanessa.
Ia membiarkan gadis itu menikmati setiap lekukan di wajahnya yang jantan. Ia biarkan gadis itu berbuat semaunya.
Dadanya terasa bergemuruh. Kepalanya terasa pusing memikirkan ini dan itu. Apalagi rasa takut, sayang, yang bercampur dengan rasa kesal dan kecewanya pada sikap Claire akhir-akhir ini, membuatnya tidak ingin berpikir lebih banyak lagi. Ia ingin pikirannya kosong. Benar-benar kosong! Makanya ketika pikirannya sudah kosong, perasaan pulalah yang muncul menggantikannya.
Seseorang seringkali tidak berpikir panjang ketika ia sudah hendak melakukan suatu kesalahan. Karena perasaan dan keinginan telah mengalahkan akal sehat! Jadi sebenarnya musuh yang terbesar bagi kita adalah diri kita sendiri!
Raven tidak pernah menyangka, kalau kesalahan yang diperbuatnya dengan Vanessa malam ini, kelak akan mendatangkan suatu petaka yang pasti akan membuatnya menyesal! Tetapi, penyesalan seringkali datangnya terlambat.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Dewi Ws
❤
2020-11-10
1
سافيرا ريسكا
Semangatt
2020-11-01
1
Erlina Khopiani
jempol buat author😍😍
2020-09-23
1