Bab 12.
"Nona Claire, Tuan Raven,” terdengar suara seorang wanita memanggil mereka dari belakang.
Dengan spontan, Claire dan Raven membalikkan tubuh mereka, memandang pada Caroline yang ternyata sudah ada di belakang mereka. Di sampingnya, berdiri seorang wanita cantik dengan gaun sexy yang membuatnya tampak anggun.
“Perkenalkan, ini adalah Nona Vanessa, penyanyi yang akan menyanyi untuk hotel kita malam ini,” Caroline memperkenalkan orang yang ada di sampingnya. “Dan ini adalah Nona Claire dan Tuan Raven, pemilik dan direktur perusahaan ini,” Caroline menunjuk pada Claire dan Raven yang sama-sama menatap Vanessa.
“Apa kabar?” Vanessa mengulurkan tangannya pada Claire. Claire menyambut uluran tangan Vanessa.
“Baik,” jawabnya. Kemudian tangan Vanessa berpindah pada Raven. Raven menyambutnya dan mereka menyebutkan nama masing-masing.
“Terima kasih Anda sudah bersedia datang untuk mengisi acara di hotel kami. Aku sangat senang bisa bertemu langsung dengan Anda, seorang penyanyi yang sangat berbakat. Kurasa, orang aslinya lebih menarik daripada di televisi,” puji Raven.
Vanessa tampak tersipu dipuji demikian.
Claire menimpali, “Aku setuju dengan pendapat Raven, kami berdua adalah pengagum Anda. Raven selalu membeli setiap album baru dari Anda.”
“Terima kasih atas perhatiannya,” Vanessa merendah. Tak sengaja matanya bersitatap dengan Raven, dan entah mengapa wajahnya tiba-tiba berubah jengah.
“Tampaknya acara baru akan dimulai pukul tujuh malam nanti. Anda masih punya waktu untuk bersiap-siap sebentar,” kata Claire bagai menyadarkan Vanessa.
Ia merasa tak enak jika Vanessa dan Raven terus berpandangan seperti itu. Terlebih lagi, ia tidak pernah melihat Raven menatap seorang wanita dengan tatapan seperti itu.
“Okey, kalau begitu aku akan ke ruang rias sebentar,” kata Vanessa.
“Permisi…,” ia pamit pada Claire, Raven, dan Caroline.
Setelah Vanessa pergi, Claire berkata, “Ternyata Vanessa orangnya ramah dan tidak sombong, ya? Padahal ia seorang penyanyi yang amat tenar.”
“Tampaknya Tuan Raven tertarik pada Nona Vanessa,” gurau Caroline.
Raven melirik Claire sejenak lalu cepat-cepat memalingkan wajahnya, menghindari tatapan ingin tahu dari Claire.
Ia tidak tahu harus menjawab apa. Untuk mengatasi rasa saltingnya, ia pura-pura bertanya pada Caroline, “Apakah semuanya sudah disiapkan dengan baik dan sempurna, Caroline?”
“Sudah, Tuan,” jawab Caroline yakin. “Aku sudah berpesan pada para pegawai kita supaya memperlakukan seluruh tamu yang datang dengan sebaik mungkin. Tidak boleh ada perasaan tidak nyaman dan kurang puas dari para undangan di acara ulang tahun perusahaan kita hari ini.”
“Baiklah kalau begitu,” Raven mengangguk, lalu mengajak Claire untuk menyambut para tamu yang mulai berdatangan.
Mereka tampak menyalami para undangan yang dikenal dan berbincang-bincang sejenak sambil tertawa, lalu berpindah lagi ke undangan lainnnya.
Sementara itu, suasana ballroom tempat diadakannya pesta yang sudah ditata dengan sedemikian apik dan berkesan mewah itu mulai terlihat ramai dan meriah oleh para tamu yang datang, tetapi itu semua tidak mengurangi rasa nyaman dari mereka, karena ballroom yang besar itu disejukkan oleh hembusan AC
Setelah ballroom itu dipenuhi oleh para undangan yang datang, maka MC pun naik ke atas pentas memberikan kata sambutan, disusul oleh Claire, Raven, dan Caroline.
Setelah itu MC mempersilakan para undangan untuk menikmati hidangan dan dihibur oleh penyanyi pembuka dan tari-tarian.
Di saat suasana mulai memanas, Vanessa pun tampil ke atas pentas.
Tentu saja kehadiran Vanessa yang tiba-tiba itu membuat para undangan terperangah dan spontan mengalihkan pandangannya ke aksi pentas dari penyanyi tenar tersebut.
Suaranya yang memukau dan teknik bernyanyinya yang handal, seolah menghipnotis para hadirin untuk tidak berhenti memandangnya. Vanessa benar-benar seorang penyanyi yang berbakat.
Acara pesta ulang tahun perusahaan itu berakhir dengan memuaskan. Para tamu pun pulang ke rumahnya masing-masing dengan senyum mengembang.
Di salah satu sudut ballroom, Vanessa tampak melayani sejumlah penggemar yang mengerubutinya untuk meminta tanda tangan dan foto bersama.
Dengan ramah, sabar, dan mengumbar senyum, Vanessa pun melayani permintaan mereka, di wajahnya tidak tampak sedikit pun kelelahan. Ia merasa bersemangat karena acara pesta yang diisinya itu sangat meriah dan membuatnya puas.
Setelah para tamu bubar, dan para penggemar Vanessa pergi, tinggallah puluhan pegawai hotel itu yang tampak membereskan segala sesuatu di ballroom tempat diadakannya pesta tadi.
Suasana agak sepi, tidak ramai lagi seperti tadi. Raven berjalan mendekati Vanessa yang bersiap-siap untuk kembali lagi ke ruang rias. Mungkin untuk mengganti kostum panggungnya dengan pakaian biasa.
“Hai…!” sapa Raven.
Vanessa melihatnya, tersenyum dan untuk sementara tidak jadi pergi.
“Hai,” balasnya.
“Pertunjukan Anda tadi sungguh menarik,” puji Raven yang berdiri di depannya.
“Terima kasih,” Vanessa membalas.
“Itu berkat jasa panitia yang telah berhasil mengatur acara ini. Kalau tidak, aku tentu tidak akan tampil dengan baik,” katanya merendah.
“Anda belum akan pergi besok bukan?” tanya Raven.
“Belum,” jawab Vanessa. “Aku sudah dibayar untuk mengisi acara di hotel ini selama seminggu. Aku merasa senang, karena mengisi acara di hotel ini tidak begitu melelahkan bagiku, dibandingkan dengan tour ke mana-mana yang akhir-akhir ini amat menyibukkanku. Hitung-hitung selama seminggu di sini, aku dapat sedikit beristirahat.”
“Syukurlah kalau begitu,” kata Raven.
“Kupikir besok kita akan bertemu lagi. Aku ingin sekali dapat bertukar pikiran dengan Anda selama seminggu ini. Apakah Anda keberatan?”
“Tentu saja tidak,” jawab Vanessa.
“Semenjak tadi berkenalan dengan Anda, aku sudah menganggap Anda adalah seorang teman. Sekarang aku permisi dulu ya, aku mau ke ruang rias sebentar,” Vanessa pamit sambil tersenyum ramah.
“Silakan,” Raven memberi jalan dan menatap kepergian Vanessa yang semenjak tadi membuatnya penasaran.
“Kau belum mau pulang?” tanya Claire yang entah sejak kapan sudah ada di dekat Raven.
Raven tampak kaget disapa seperti itu, namun ia mengangguk juga,
“Sudah,” jawabnya. “Kita sama-sama ya?”
Claire mengangguk.
“Di mana Kyle? Sejak tadi aku tak melihatnya?” tanya Raven ketika ia dan Claire berjalan berdampingan untuk keluar dari hotel dan menuju tempat parkir mobil.
“Kyle sudah pulang sejak tadi,” jawab Claire. “Aku yang menyuruhnya untuk pulang duluan, karena aku bilang akan pulang bersamamu nanti,” tandasnya.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
oyttigiz
boom like kaka
2021-08-08
2
Your name
Maaf ya Thor hadir tak di undang hehe, Semangat terus buat Author.
2021-07-24
2
Whiteyellow
hadir
2021-04-02
2