Raven Hendak Menyewa Bodyguard untuk Claire

Bab 3.

"Tuan Raven, tampaknya Nona Claire seorang yang pencuriga, ya?” Rachel memberanikan diri mengutarakan komentar yang sejak kemarin terasa ingin membuncah keluar dari dadanya.

“Kau juga berpikir demikian?” Raven merasa takjub karena Rachel mempunyai pikiran yang sama dengannya.

Ruang kerja Raven sama dengan Rachel, hanya dipisahkan oleh sebuah sekat tipis.

Sekarang Rachel berada di depan mejanya, mengantarkan berkas-berkas yang perlu dibaca oleh Raven.

“Iya, kemarin ia menatapku dengan tatapan yang aneh, seolah-olah aku makhluk yang patut untuk diwaspadai. Padahal ia kan baru melihatku. Aku jadi berpikir, apakah ada yang salah dengan diriku? Apa mungkin ia sudah terlebih dahulu membaca data-data pegawai di sini sebelum bertemu dengan orangnya,” Rachel menyerocos begitu saja. Mukanya menunjukkan ketidaknyamanan. Tampaknya ia tidak begitu segan walaupun sedang berhadapan dengan Raven.

“Ha… ha…,” Raven tertawa begitu saja. “Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan dirimu. Tapi mungkin, dandananmu itu,” katanya serius.

“Dandananku? Memangnya kenapa?” Rachel berdiri sejenak dan memperhatikan dandanannya sendiri mulai dari kedua tangan sampai ke ujung kaki. “Rasanya tidak ada yang salah dengan dandananku,” katanya sambil menghentak sepatu tumit tingginya.

Raven memperhatikan Rachel sejenak. Lalu berkata, “Iya, kau sendiri tidak sadar kalau kau berpakaian terlalu modis untuk ukuran orang yang sedang bekerja di kantor.” Sesaat ia menatap pada tubuh seksi Rachel yang dibalut pakaian ketat dan sedikit terbuka sehingga menonjolkan bagian-bagian tertentu yang bisa mengundang pikiran negatif dari lawan jenis.

“Oooh…, rupanya begitu…,” Rachel tertawa lepas. Sepertinya ia merasa lucu karena setiap hari ia selalu berpakaian seperti itu walaupun sedang bekerja. Tapi tidak pernah ada seorang pun yang protes dengan dandanannya. Ia merasa biasa-biasa saja, karena sedari dulu ia memang berpakaian seperti itu. Susah mengubah kebiasaan seseorang yang sudah mendarah daging bukan? Dan sekarang, Nona Besar pemilik baru perusahaan, tiba-tiba merasa tidak nyaman melihatnya. Bagaimanakah ini?

“Sebaiknya mulai besok, kau berpakaian lebih sopan, jangan sampai kau ditegur olehnya,” saran Raven lalu memperhatikan kembali berkas-berkasnya.

Rachel menghela napas panjang dan duduk kembali di hadapan Raven. “Aku takut…,” kata Rachel sambil mengetuk-ngetukkan jari tangannya di atas meja Raven.

“Apa yang kautakutkan?” tanya Raven merasa heran.

“Aku takut, mungkin saja Nona Claire sedang merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan aku, karena aku merasakan ketidaksukaannya padaku lewat pandangan matanya.”

“Apa kau tidak percaya padaku?” tanya Raven. “Kau adalah anak buahku langsung, jadi jangan berpikir yang tidak-tidak. Ia tidak mungkin melakukan hal itu padamu.”

“Tapi ia kan Big Boss di sini,” kata Rachel. Aku bahkan sudah mendengar dari Caroline kalau Nona Claire sempat mencela dirinya.”

Raven terpaku sejenak dan menghela napas panjang. “Sebenarnya, Claire bukan orang seperti itu. Sejak kecil aku selalu bersamanya. Ia mempunyai keperdulian yang tinggi terhadap sesama. Cuma saja, ia mudah tersinggung. Keras kepala, semuanya harus menurut kehendaknya, tidak boleh dibantah sedikit pun perkataannya.”

Rachel mendengarkan sambil mengerutkan dahi. “Tampaknya, kau mengenal betul dirinya?” tanyanya ingin tahu.

“Tentu saja aku mengenalnya,” jawab Raven. “Ia sangat posesif. Oh iya, apa agenda kerjaku hari ini, Rachel?” tanya Raven bagai teringat.

“Hari ini kau harus bertemu dengan klien kita yang kaubatalkan pertemuan dengannya kemarin,” jawab Rachel cepat. “Ya, apalagi kalau bukan demi Nona Besar itu,” dengusnya tak jelas.

Raven melirik Rachel sedetik, lalu tersenyum kecil. “Apa kau punya saran?” tanyanya setelah melihat Rachel seperti ingin mengutarakan suatu pendapat.

“Aku pikir, bagaimana kalau Nona Claire diberikan seorang asisten pribadi saja, jadi ia tidak perlu lagi mengganggumu. “Lagipula, ia kurang memahami tentang kegiatan perusahaan, jadi kurasa seorang asisten yang terampil, akan sangat membantunya.”

“Benar juga saranmu,” puji Raven.

“Kau memang sekretarisku yang pintar.”

Rachel tersenyum senang. Ia selalu betah berlama-lama duduk di depan Raven, apalagi bila bisa sampai di dekatnya.

Bila seorang wanita menyukai seorang pria, ia selalu ingin tubuhnya berada di dekat pria itu. Bahkan kadang seolah tanpa sengaja, ia ingin mereka bisa bersentuhan, walaupun cuma sekadar bahu atau tangan.

Bila Raven sedang membaca berkas-berkas yang dibawa olehnya, maka Rachel sengaja mengulur waktu untuk pergi dan menatap sepuas hati laki-laki di depannya itu, betapa cool dan macho.

Tapi laki-laki itu tidak pernah menunjukkan gelagat kalau ia pun menyukainya. Laki-laki itu memperlakukannya dengan biasa saja, layaknya seorang bawahan, atau tepatnya seorang teman. Karena Raven hanya lebih tua sedikit darinya dan mereka juga sudah lama bekerja sama, jadi pertemanan di antara mereka tampak akrab.

“Jadi, kau kenal orang yang tepat untuk Nona Claire?” tanya Raven

membuyarkan lamunan Rachel.

Rachel tampak tersentak, lalu berpikir-pikir sejenak. Kemudian ia berkata, “Aku punya seorang teman lama, laki-laki. Ia baru pulang dari luar negeri. Dua hari lalu, ia menghubungiku, katanya sedang mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, yaitu perhotelan. Menurutku, ia orang yang cocok untuk pekerjaan ini, karena selain ia sudah berpengalaman di luar negeri, ia juga orang yang amat sabar dan perhatian. Oya, ia juga tamatan imu bela diri. Kurasa, amat cocok untuk Nona Claire yang sulit dipahami itu.”

"Baiklah, kalau menurutmu orang itu cocok untuk Nona Claire, kau boleh membawanya menghadapku besok. Tapi sebelumnya hal ini harus kubicarakan dulu dengan Claire, supaya ia tidak terkejut lalu marah.”

"Apa Tuan Raven akan ke ruangan Nona Claire sekarang?” tanya Rachel lalu bangkit dari duduknya.

“Iya, aku pikir aku akan ke sana sekarang,” Raven membereskan berkas-berkas yang tadi dibacanya, lalu ia pun bangkit. “Masih ada waktu dua jam lebih sebelum aku harus pergi dan menemui klien kita,” katanya sambil melirik jam tangannya.

 

.* * *

Raven mengetuk pintu ruangan Claire lalu membukanya setelah terdengar sahutan dari dalam.

“Hai…, Raven,” Claire tersenyum menyambut kedatangan laki-laki itu. “Kebetulan, ada yang ingin aku tanyakan padamu.”

“Ohya?” Raven merasa tertarik, lalu melangkahkan kakinya perlahan mendekati gadis itu.

“Apa itu, Nona?” tanya Raven yang sudah mengambil tempat di samping Claire.

Claire duduk di atas kursi sambil memperhatikan pada berkas-berkas yang ada di map, sementara Raven berdiri di sampingnya dengan menaruh sebelah tangannya di atas sandaran kursi Claire yang tinggi.

Claire menahan napas. “Di sini dikatakan, proyek pembangunan hotel kita yang ada di Utara baru dikerjakan setengah tahun belakangan ini, padahal kita sudah membeli lahannya dan direncanakan untuk dibangun sebuah hotel sejak sepuluh tahun lalu. Kenapa lama sekali dibiarkan baru dikerjakan?”

Raven turut memperhatikan kertas berkas berisi laporan itu. Lalu ia berkata, “Sebenarnya tanah yang kita beli itu bermasalah dengan penduduk setempat. Mereka menganggap tanah itu adalah tanah mereka karena sudah lama tinggal di sana. Tapi kita membelinya dari pemilik aslinya. Dan butuh waktu lama untuk membicarakan dan menyelesaikan hal ini. Karena papamu cukup disibukkan oleh banyak hal, maka hal ini jadi terbengkalai.”

“Oooh…, jadi begitu?” Claire manggut-manggut. Tangan kirinya menyentuh tangan kanan Raven yang bersandar di kursinya. Lalu ia mendekatkan tangan kekar itu ke pipinya. Merasakan sejenak sejuknya tangan laki-laki itu.

Raven membiarkan saja Claire mendekap tangannya. Ia tahu betul keinginan gadis itu. Dengan lembut ia mencium kepala Claire, membiarkan gadis itu merasakan kasih sayangnya.

"Jadi, untuk apa kau ke sini?” tanya Claire memecah keheningan.

Raven melepaskan tangannya dari genggaman Claire, lalu berjalan memutar dan duduk di hadapan Claire. Sejenak ia diam, tak tahu harus memulai dari mana.

“Ada apa, Raven?” Claire menatapnya serius, seolah tak sabar ingin segera tahu apa yang akan dikatakan oleh laki-laki itu.

“Claire…,” Raven menyebut namanya dengan lembut. “Aku pikir, sebaiknya kau ada yang menemani setiap saat, semacam asisten yang selalu ada di sampingmu. Jadi kau bisa bertanya padanya tentang segala hal yang ingin kauketahui. Menyuruhnya melakukan apa saja yang ingin kaulakukan. Dan sebagai bodyguard pribadimu.”

“Bodyguard? Orangnya laki-laki maksudmu?” tanya Claire langsung.

:Iya, kalau kau tidak keberatan,” jawab Raven. “Aku tahu orang yang cocok untukmu dan bisa bekerja sama denganmu. Kalau ada apa-apa, kau tinggal membicarakannya dengan dia, dan ia akan melakukan segalanya untukmu. Jadi kau tinggal terima saja pekerjaannya, bagaimana?”

Claire terdiam sejenak. “Ia bisa melindungiku?” tanyanya tertahan.

"Laki-laki itu juga tamatan ilmu bela diri. Kau bisa mengandalkannya.”

Claire menggigit bibir. Tampaknya ia cukup susah memutuskan untuk berkata “ya”.

 

“Kalau kau kenal orang itu dan menurutmu baik, aku terima saja,” Claire menunduk.

“Thanks, Claire, ini akan memudahkan pekerjaanku,” Raven meraih kedua tangan Claire yang tekepal di atas meja. Lalu ia mencium kedua tangan itu dengan lembut. “Aku perduli padamu Claire. Aku sayang kamu.”

Claire tersenyum dipaksakan. Ia tahu Raven mengucapkan kata-kata itu cuma untuk menghiburnya. Karena Raven takut ia tersinggung. Tapi demi menyenangkan hati laki-laki itu, ia mau saja memenuhi permintaannya. “Jadi, kapan kau akan membawanya menemuiku?” tanya Claire.

“Akan kutanyakan pada Rachel nanti.”

“Rachel?” Claire mengernyitkan alis.

“Iya, dia itu teman lamanya Rachel.”

“Ooh…, jadi Rachel yang mengenalkan ia padamu?” Claire manggut-manggut. “Apa ia sudah pasti setuju bekerja untukku?”

“Rasanya tidak akan ada orang yang menolak kesempatan dan tawaran sebagus ini,” jawab Raven.

“Baguslah kalau begitu!” tutup Claire.

* * *

Terpopuler

Comments

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

likeeee

2021-04-12

1

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

likeeeeee

2021-04-12

1

Dewi Ws

Dewi Ws

❤❤

2020-11-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!