Bab 7.
Caroline mengetuk pintu ruangan Raven dari luar, lalu membukanya perlahan, dan melangkah masuk diiringi oleh seorang wanita muda berusia 20-an.
“Selamat pagi, Tuan Raven,” sapa Caroline begitu ia sampai di depan meja Raven. “Ini adalah Tracy yang aku katakan semalam,” katanya sambil memperkenalkan orang di sampingnya.
Raven menatap sejenak pada wanita muda di samping Caroline itu. Ia berpakaian cukup praktis dengan blus lengan pendek dan rok span di atas lutut. Potongan rambutnya hanya sebatas bahu dengan make-up tipis, tapi ia kelihatan lumayan cantik.
“Apa kabar, Tuan? Namaku Tracy,” ia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan.
Raven berdiri sejenak untuk menjabat uluran tangan Tracy. “Raven,” balasnya pendek. Lalu ia duduk kembali. “Silakan duduk!” katanya sambil mempersilakan Tracy untuk duduk.
Tracy duduk di hadapan Raven. Sedangkan Caroline berdiri di sampingnya.
Raven menatap Caroline sesaat. “Tak apa, Caroline. Kau boleh pergi sekarang,” ia tersenyum kecil. “Kalau ada perlu nanti, baru kupanggil lagi,” katanya.
“Permisi, Tuan,” Caroline pamit lalu mengangguk pada Tracy sebelum keluar dari ruangan itu.
“Tuan, ini adalah data-data pribadiku, ijazah, dan referensi kerja,” kata Tracy sambil menyodorkan map yang dibawanya.
Raven membuka map itu dan membacanya. Semenit kemudian ia berkata, “Kurasa Caroline sudah menceritakan padamu tentang apa pekerjaanmu di sini, bukan?” tanyanya sambil menutup map itu dan menatap Tracy.
“Betul, Tuan,” Tracy mengangguk. “Caroline sudah menceritakan padaku tentang tugas-tugasku nanti. Aku rasa, aku sanggup menerima pekerjaan ini, dan aku akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk bekerja dengan baik.”
Raven mengangguk-angguk. “Baiklah kalau begitu,” katanya setuju, “Kau boleh mulai bekerja besok.”
“Jadi aku diterima, Tuan?” tanya Tracy tak percaya.
“Iya,” Raven mengangguk. “Sampai besok,” katanya sambil tersenyum.
“Terima kasih, Tuan,” balas Tracy dengan mimik gembira. “Aku akan berusaha sebaik mungkin. Sampai besok, Tuan. Permisi….” Lalu ia pun berbalik dan melangkah pergi dengan wajah penuh semangat.
Sekeluarnya dari ruangan Raven, hati Tracy terasa bernyanyi-nyanyi. Ia senyum-senyum sendiri membayangkan berkat jasa Caroline, dengan begitu mudahnya ia bisa menjadi seorang sekretaris dari seorang direktur muda yang sangat tampan, yang senyumnya tadi terasa amat mendebarkan hati. Wanita mana pun akan langsung tertawan begitu melihatnya.
Tracy merasa hatinya berbunga-bunga. Sambil terus berjalan, ia melempar senyum pada salah seorang boy-room yang memperhatikannya dari lobby. Sebentar lagi ia akan menjadi salah seorang dari pegawai di hotel ini, hotel mewah berbintang lima, dan tak tanggung-tanggung jabatannya pun amat empuk, yaitu sekretaris seorang direktur.
Tracy berjalan dengan bersemangat, pikirannya sedikit menerawang, karena itu ia tak sengaja menubruk seorang wanita yang datang dari arah berlawanan sesampainya ia di lobby.
“Oh, maaf, maaf,” katanya buru-buru sambil membantu mengambilkan tas tangan wanita itu yang terjatuh ke lantai.
“Maaf, aku tidak sengaja,” Tracy memberikan tas tangan itu pada wanita yang tadi ditubruknya. Tracy menatapnya sesaat dan bermaksud hendak segera pergi, tapi matanya secara tak sengaja beralih pada seorang pria yang berdiri di samping wanita itu.
Seketika mimik wajahnya berubah kaget, seolah tak percaya. “Hei, Kyle!” serunya surprise.”Kau Kyle bukan? Kenapa kau ada di sini?” Ia bergantian menatap Kyle dan wanita di samping Kyle yang tadi ditubruknya itu. “Eh, dan ini dia siapa?” tanyanya ingin tahu.
Claire, wanita di samping Kyle itu, menatap Tracy dan Kyle silih berganti. Ada mimik sedikit terusik dan curiga pada mereka berdua.
“Kyle, kau tidak mengenalkan aku pada wanita di sisimu ini?” tanya Tracy mendesak.
Claire menahan napas, sedikit kesal menghadapi suasana seperti ini.
Melihat reaksi Claire yang merasa terganggu, Kyle pun cepat berujar, “Tracy, ini Claire Harrington, pemilik hotel ini, dan aku asistennya.”
“Claire Harrington?” Tracy mengulang sambil berdecak. “Jadi dia ini Nona Harrington, puteri dari Tuan Harrington, pemilik hotel ini yang meninggal baru-baru ini bukan? Betulkah begitu?”
“Betul!” jawab Kyle pendek. Rasanya ia ingin cepat-cepat pergi dari situ untuk menghindari Tracy. Sebagai basa-basi ia berkata pada Claire, “Nona Claire, ini adalah Tracy, temanku sewaktu di luar negeri.”
“Oh…,” Claire hanya menggumam sambil melihat Tracy sekilas. “Ya tak apa-apa, kalau kalian ingin bicara, aku jalan duluan,” kata Claire sambil melangkah pergi.
“Eh, Nona…,” Kyle hendak menyusul Claire yang sudah melangkah dengan cepat, tetapi tangan Tracy mencegahnya. “Hei…! Kau!” serunya. “Kau masih harus berurusan denganku, Kyle,” katanya.
“Lain kali saja, Tracy!” Kyle melepaskan tangan Tracy yang menahan pergelangan tangannya. “Aku sedang sibuk! Ohya, untuk apa kau ke sini?” tanyanya bagai teringat.
Tracy mengibaskan rambutnya ke belakang. Dengan bangga ia berkata, “Aku diterima menjadi sekretaris direktur perusahaan ini.”
“Sekretaris? Sekretaris direktur? Tuan Raven maksudmu?” tanya Kyle memperjelas.
“Iya, barusan tadi aku diwawancarai, dan langsung diterima. Besok aku sudah mulai bekerja. Hebat kan?” bangganya.
“Huh! Pasti ada yang mengenalkanmu pada Tuan Raven. Kalau tidak salah…,” samar-samar Kyle berusaha mengingat percakapan antara Raven dan Claire semalam, sewaktu mereka ada di kolam renang.
“Caroline! Caroline, teman mamaku dan juga manajer di sini,” jawab Tracy cepat.
“Iya betul, Caroline!” ulang Kyle setelah berhasil mengingatnya. “Oh, jadi Caroline adalah teman mamamu? Pantas saja kau diterima, karena Caroline adalah pegawai kesayangannya Tuan Raven.”
“Betulkah begitu?” tanya Tracy tertarik.
“Iyalah! Kalau tidak, mana mungkin kau diterima! Ah, sudah dulu ya, aku mau menyusul Nona Claire dulu. Kalau kelamaan ia menungguku, bisa marah nanti,” Kyle berjalan pergi, meninggalkan Tracy yang hanya menggeleng-geleng melihat kepergiannya yang tergesa-gesa.
Kyle membuka pintu ruangan Claire dari luar, lalu ia melangkah masuk, mendekati Claire yang sedang duduk bersandar di sofa.
“Nona Claire,” katanya sambil duduk di hadapan gadis itu. “Maafkan sikap temanku tadi. Dia memang kurang sopan santunnya.”
Claire menatap Kyle yang hampir tak berani membalasnya, lalu ia pun tersenyum simpul. “Tak apa-apa, Kyle. Biasa sesama teman kalau tak sengaja bertemu. Tapi apa betul ia hanyalah temanmu? Tidak lebih?” tanya Claire memancing.
Kyle menunduk. “Sebenarnya, aku tidak ingin berbohong kepada Nona. Karena Nona Claire sudah begitu baik dan percaya padaku selama ini. Dulu, aku dan Tracy pernah berpacaran sewaktu di luar negeri, tapi kami sudah putus sekarang,” terang Kyle jujur.
“Oh, jadi begitu,” Claire mengangguk-angguk. “Jadi, untuk apa ia ada di sini? Tampaknya bukan untuk menginap di hotel ini bukan?”
“Memang bukan, Nona,” jawab Kyle.
“Tracy diterima menjadi sekretarisnya Tuan Raven tadi. Dan besok ia akan mulai bekerja.”
“Sekretaris?” ulang Claire. “Jadi dia orangnya yang diperkenalkan oleh Caroline, seperti kata Raven semalam?” pikir Claire.
“Betul, Nona,” jawab Kyle memperjelas.
Claire bertanya penasaran, “Apakah menurutmu, Tracy itu cocok bekerja untuk Tuan Raven?”
Kyle menjawab ragu, “Sebenarnya kalau dari segi kualitas, Tracy cukup pintar dan tidak mengecewakan. Ia bisa mengerjakan segalanya dengan benar dan cepat. Dulu kami sempat satu kantor, jadi aku tahu betul dirinya. Cuma saja…,” Kyle tak melanjutkan.
“Cuma saja apa, Kyle?” tanya Claire ingin tahu.
“Cuma saja,” Kyle melanjutkan, ”Tracy itu orangnya suka melakukan apa-apa sesukanya, tanpa perduli akan menyakiti orang lain,” beritahunya..
“Apa karena itu kalian putus? Kau tidak suka pada sifatnya itu kan?” desak Claire.
“Dia itu tidak cocok untukku, Claire,” terang Kyle. “Mula-mula kupikir ia gadis yang pintar. Tetapi setelah bersamanya beberapa waktu, aku pun sadar kalau ternyata ia bukan gadis yang tepat untukku.”
Claire menatap Kyle lama. Kali ini Kyle pun membalas tatapannya. Dengan agak berani, Kyle berpindah tempat duduk di samping Claire. Dengan lembut dan hati-hati, ia meraih tangan Claire dalam genggamannya, lalu mengecupnya perlahan.
Hatinya berdebar. Rasanya sudah cukup lama ia memendam perasaan sukanya pada Claire, tetapi gadis itu seolah tak tahu bahwa laki-laki itu amat mencintai sekaligus mengharapkannya. Claire hanya tahu Kyle bekerja untuknya dan selalu siap menerima perintah apapun darinya. Selebihnya, Claire menganggap Kyle adalah sosok laki-laki yang siap melindunginya setiap saat, seperti Raven di waktu dulu.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
triana 13
lanjut
2021-07-23
1
Fira Ummu Arfi
next
2021-05-08
1
Dewi Ws
❤
2020-11-10
1