Kyle Menjadi Bodyguard Claire

Bab 4.

Laki-laki itu ada di hadapan Claire sekarang. Gambaran tubuhnya tinggi dan atletis. Rupa wajahnya pun sangat menarik dengan lekukan-lekukan maskulin layaknya seorang laki-laki sejati. Dan tatapan matanya terasa amat dalam.

Sesaat Claire merasakan hatinya berdebar ketika laki-laki itu menatap dirinya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Bibirnya ingin bersuara tapi tatapan laki-laki itu membuatnya terdiam.

Untunglah Raven memecahkan keheningan di antara mereka.

"Ini dia, asisten barumu, Claire,” kata Raven seolah mengerti ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Claire.

Laki-laki yang dimaksud oleh Raven itu maju dua langkah, dan sekarang dia hanya berjarak satu meter saja dari tempat berdirinya Claire, yaitu di samping lemari buku.

“Perkenalkan, nama saya Kyle, Nona,” ia mengulurkan tangannya yang kekar, dan mau tak mau Claire yang salah tingkah menyambutnya sekilas.

"Claire,” balas Claire pendek. Cepat-cepat ia menarik tangannya kembali dari salaman laki-laki itu. Seolah serius, ia membetulkan letak buku yang tadi diambilnya dari rak buku di lemari besar yang ada di ruang kerjanya itu.

“Nama yang indah, Nona,” puji laki-laki itu.

Claire pura-pura tak mendengar pujian itu. Dengan berlagak tenang ia berjalan di antara Raven dan Kyle, menuju meja kerjanya yang berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Claire menjatuhkan dirinya di atas kursi, kemudian memandang pada Raven dan Kyle yang berjalan ke arahnya. Bibirnya tetap membungkam.

"Kau tidak ingin bertanya sesuatu, Claire?” tanya Raven merasa heran, karena sedari tadi Claire tampak tidak begitu antusias bertanya.

Claire menghela nafas sejenak. Mengetuk-ngetukkan bolpoin di mejanya yang tadi langsung dipegangnya begitu ia duduk. Kemudian ia berkata, “Jadi, namamu Kyle?” tanyanya perlahan. Ia mempertajam pandangannya pada sosok laki-laki di depannya itu.

Dan seolah tak kuasa balas ditatap seperti itu, Kyle pun menunduk, “Betul, Nona!” jawabnya pendek.

Claire memperhatikan dengan lebih teliti pada orang itu, mulai dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Karena Kyle sedang menunduk, maka Claire lebih mudah memperhatikannya. Ia menebak, laki-laki itu hanya lebih tua empat atau lima tahun darinya.

"Baiklah, Kyle. Mulai hari ini, kau bekerja untukku,” Claire memutuskan sambil mencorat-coret selembar kertas bekas.

Raven menarik napas lega. Ia mendekati Kyle dan menepuk pundakknya dua kali. “Nah, Kyle. Nona Claire sudah menerimamu. Bekerjalah dengan baik. Kurasa Rachel sudah memberitahukan padamu apa saja tugasmu bukan?”

Kyle mengangguk. “Di mana ruanganku?” tanyanya.

Claire menghentikan sejenak corat-coretnya. Dengan ujung matanya ia melirik pada dua sosok laki-laki yang berdiri di depannya.

Sama-sama berperawakan besar dan berwajah maskulin, cuma saja Raven lebih tegap sedikit dan lebih muda. Raut wajahnya pun lebih sedap dipandang dengan potongan rambut cool dan macho. Sedangkan Kyle memiliki sorot mata yang tajam, bila memandang seolah ingin menusuk sampai ke tengah jantung Claire.

Raven mengusulkan, “Bagaimana kalau ruang kerja Kyle disatukan saja dengan ruang kerjamu, Claire?” tanya Raven. “Itu akan lebih memudahkan bila ingin menyuruh Kyle melakukan sesuatu buatmu. Kau juga bisa langsung bertanya padanya karena Kyle sudah berpengalaman di bidang ini selama belasan tahun berkat pekerjaannya di luar negeri. Ohya, kurasa tidak ada seorang pun yang berani mengganggumu nanti bila melihat ada seorang body guard di sampingmu.”

"Iya…,” Claire hanya menjawab sepatah kata, lalu kembali melanjutkan corat-coretnya di kertas bekas.

“Kau boleh duduk di sofa dulu, Kyle,” Raven memberitahu sambil menunjuk ke arah sofa yang ada di ruangan Claire. “Sementara kuminta Caroline mengatur segalanya buatmu dan mengadakan tempat untukmu.”

“Iya, terima kasih,” Kyle mengangguk sekali.

“Raven…,” panggil Claire pada Raven yang bersiap-siap hendak keluar.

“Ada apa, Claire?” Raven berbalik kembali dan menunggu sejenak perintah dari Claire.

"Mmm…, kurasa aku tidak membutuhkan lagi seorang supir, karena sekarang sudah ada Kyle. Jadi aku minta mobil khusus untuk kami berdua.”

"Kalau itu yang kauinginkan, akan aku laksanakan,” kata Raven sambil membungkuk sedikit. Lalu ia menatap pada Kyle sekilas dan membalikkan badan keluar dari ruangan itu.

Setelah Raven pergi, Claire kembali menatap pada Kyle. “Kau jangan segan padaku,” katanya tiba-tiba. “Anggap saja aku ini temanmu, seperti Rachel.”

"Ia hanya salah seorang teman lamaku, Nona,” Kyle memberitahu.

“Iya, teman lama yang mengenalkan kau padaku,” kata Claire dengan nada yang mengandung arti yang sulit ditebak.

Kyle menunduk. “Terima kasih karena Nona sudah menerimaku,” katanya perlahan.

Claire tersenyum tipis. Rasanya baru kali inilah Kyle melihat senyum Claire yang sedari tadi dirasanya bersikap dingin. Ternyata gadis itu akan kelihatan lebih cantik dan lembut kalau lagi tersenyum.

"Sebelum kau mulai bekerja padaku, kau harus berjanji tiga hal padaku,” terang Claire memecah suasana hening.

"Apa itu, Nona?” tanya Kyle ingin tahu

“Pertama, kau harus melakukan apa saja yang kusuruh,” beritahu Claire.

“Aku setuju, karena memang itu tugasku,” jawab Kyle cepat.

Claire melanjutkan, “Kedua, kau harus merahasiakan dari siapapun tentang apa yang kusuruh padamu.”

“Rasanya tidak sulit,” lagi-lagi Kyle setuju.

"Dan ketiga, kau jangan lagi berhubungan dengan Rachel.”

"Kenapa begitu, Nona?” tanya Kyle heran.

"Jangan bertanya kenapa! Kau keberatan?” tanya Claire tajam.

“Mmm…, kurasa tidak,” Kyle akhirnya menyetujui.

Claire kembali diam dan melanjutkan corat-coretnya. Merasa penasaran dengan apa yang sedari tadi digambar oleh Claire, Kyle pun berjalan mendekat dan mencuri lihat.

Ia seperti terkejut melihat hasil coretan Claire. Ada sesuatu di sana! Claire melukisnya dengan sangat jelas dan tepat. Kyle tak pernah menyangka kalau ternyata Claire punya bakat melukis yang demikian besar. Secepat itu ia sudah menyelesaikan lukisannya.

“Ini untukmu!” Claire menyerahkan kertas hasil coretan itu pada Kyle. “Kau simpan dulu, nanti baru kujelaskan padamu apa yang harus kaukerjakan. Ohya, jangan sampai orang lain melihatnya. Okey?”

Kyle menerima kertas itu dan hatinya berdebar melihat hasil coretan Claire. Di situ tergambar jelas adegan-adegan yang berturutan seperti layaknya sebuah cergam. Orang-orang yang ada di gambar itu pun amat familiar. Tapi Kyle tidak mengerti untuk apa Claire menggambar semua itu dan menyuruhnya menyimpan gambar itu.

Sesaat kemudian, Caroline masuk dengan dua orang pegawai laki-laki yang membawa meja dan kursi untuk Kyle.

“Tempatkan saja di sana,” Claire memberi petunjuk pada kedua orang itu.

Kemudian datang juga dua orang berikutnya yang membawa komputer dan peralatan kerja buat Kyle. Mereka menyusun komputer dan peralatan kerja itu di atas meja yang tadi baru dibawa masuk.

'Sudah cocokkah begini?” tanya Caroline pada Kyle dan Claire.

“Iya, kurasa sudah,” jawab Claire mewakili Kyle. “Kalian boleh pergi sekarang, terima kasih.”

Setelah Caroline dan orang-orangnya pergi, Claire kembali menatap pada Kyle, “Ingat apa yang sudah kukatakan tadi dan yang telah kaupahami, karena hanya dengan begitulah kau baru bisa bertahan kerja untukku. Kalau tidak, itu berarti kau bukan orang yang tepat untukku dan selayaknya pergi,” katanya tegas.

 

* * *

Terpopuler

Comments

Rosni Lim

Rosni Lim

Audionya bagus. Trims.

2021-08-07

1

Your name

Your name

Candu ini mah aku

2021-07-06

2

Fira Ummu Arfi

Fira Ummu Arfi

lanjuuuttt kakkk

2021-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!