Di dalam kamar, Agatha sedang menyusun rencana agar semuanya berhasil mulus tanpa ada jejak sedikitpun.
"Halo?" Ucap Agatha kepada seseorang di seberang sana dengan nada yang dibuat sehalus mungkin, sesekali menggigit kuku nya.
"Iya Tha kenapa?" Sahut orang orang itu. Suaranya jelas sekali jika dia seorang laki-laki.
"Bagaimana? Aku butuh bantuan mu. Lex!" Berdiri Agatha dengan wajah penuh harap.
"Kamu masih ingatkan yang aku katakan ?!" Lanjutnya mengingatkan laki-laki itu.
"Baiklah! Lalu apa yang akan aku dapatkan?!" Ujar Alex setuju namun berakhir dengan transaksi pertukaran.
"Apapun yang kau inginkan. Lex!" Agatha meyakinkan.
"Oke. Baiklah! Mulai hari ini kita kencan. Bagaimana?!" Seru Alex di seberang sana dengan menaikan kedua sudut bibir menandakan dia tersenyum puas.
"Terserah!"
Jelas Agatha mengakhiri sambungan nya dan membanting bantal dan juga guling yang berada di atas kasur.
"Ah sial! iarlah demi rencana!". Batin Agatha kesal, terpaksa nerima keinginan Alex.
...**...
"Dimana Ruby mom?!" Tanya Revan mengedarkan pandangan ke setiap sudut mencari adik kecilnya.
Mereka sedang berkumpul di meja makan hendak makan malam bersama sekarang tapi tidak mendapati Ruby di sekitar mereka.
"Mom dimana Ruby?" Daddy Luis ikut bertanya pada istri tercintanya dengan tangan merangkul pinggang ramping sang istri dengan posesif.
"Kenapa kalian terus saja bertanya keberadaan Ruby? Kapan giliran mommy?!" Rajuk cemburu Nameera melipat tangan di depan perut, memberengut protes karena dirinya merasa di kesampingkan.
"Apalagi aku mom!" Timpal Agatha. Revin dan Revan melirik tingkah Agatha dan mereka berdua merasa geli sendiri.
"Kau ini. Cemburu pada anak sendiri!" Sentil Daddy Luis pada sang istri. Nameera hanya nyengir saja sekarang.
Ruby tengah bersantai di atas kasur, kaki di selonjorkan dan bertumpu ria. Kepala bersandar di bahu kasur dilengkapi laptop di pangkuan nya. Ruby acuh mendengar suara ribut di bawah, dia tak menanggapinya sama sekali.
Jika ada yang menyadari, mungkin mereka akan berfikir yang ada di depan mereka bukanlah Ruby yang mereka kenal. Wajah tanpa riasan dengan kacamata baca yang bertengger di hidungnya membuat dia semakin cantik dan nampak dewasa.
tok
tok
tok
"By, ayo kita makan malam bersama!" Ajak Revin sambil mengetuk pintu kamar. Tidak ada sahutan dari sang pemilik nama, Revin terus mengetuk pintu dan akhirnya diapun memutuskan untuk masuk.
Klekk
Pintu terbuka, terlihat Revin berdiri di ambang pintu.
"Kaka masuk ya. By!" Izin Revin.
"By, ayo makan malam dulu yuk! Tugas apa yang sedang kau kerjakan sampai tidak menyahuti seruan kakak. eum?!" Protes lembut Revin namun dengan berdecak pinggang di sertai kerutan halus di kening akhirnya sampai di tempat tidur adiknya itu.
Alhasil, Revin hanya mendapat cengiran kuda dari Ruby. "Gendong aku Kak!" Manja Ruby mengulurkan kedua tangan nya pada sang kakak.
"Kemarilah bayi besar ku!" Gemas Revin mencubit kedua pipi Ruby dan kemudian meraih uluran tangan sang adik.
tak
tak
tak
Langkah Revin terdengar menuruni anak tangga. Ruby asyik mengelus-elus rambut sang kakak dengan lembut, dengan kepala dia sandarkan pada pundak. Revin semakin mengeratkan pelukannya karena takut adik tercintanya jatuh.
Sesampainya di meja makan, Revin langsung mendudukkan Ruby dengan hati-hati. Mereka yang telah berada di sana hanya menggeleng-gelengkan kepala akan kelakuan Ruby.
Disela itu terlihat wajah khawatir dari Nameera dan juga Luis, Mereka terlalu takut jika Ruby tidak akan bisa merubah sikapnya walau hanya sedikit saja.
Makan malam berlangsung heboh dengan ocehan Ruby. Ruby bercanda sesekali mencebik kesal membuat mereka gemas terutama kedua kakak laki-laki nya.
"Van,Vin selesai makan temui Daddy di ruang kerja. Ya!" Perintah Luis dengan nada lembut kepada mereka, Revan dan juga Revin mengangguk bersamaan.
...**...
Di ruang keluarga, Ruby tengah sendirian asyik dengan handphone kesayangannya, rebahan itu sudah menjadi kegiatan Ruby di saat senggang. Walaupun dia asyik sendiri tapi pikiran nya melayang entah kemana.
Rasa takut yang tiba-tiba muncul dalam diri membuatnya kadang tidak dapat di kontrol. Pikiran nya selalu takut keluarga nya menjauhi dirinya hanya karena sesuatu yang mungkin tidak pernah dilakukan.
Dirinya memang telah mengetahui sifat asli Agatha, namun sama sekali dia tidak ada niatan untuk mengadu kan hal itu kepada orang rumah. Ruby bersabar dan berdamai dengan diri serta mengikuti alur yang telah di tentukan.
DARRE
"Kak Revan!" Kaget Ruby menepuk lembut dadanya.
"Kamu sedang apa? Jangan melamun seperti itu, tidak baik loh!" Seru Revan terlihat khawatir.
"Kak duduklah di sini!" Ruby menepuk-nepuk sofa di samping nya.
"Kenapa sayang?!" Tanya Revan mengelus rambut adik tersayang nya. Ruby bicara perlahan hingga tak ada yang akan mendengarnya kecuali kaka di samping nya.
"Ka, akhir-akhir ini perasaan Ruby tidak nyaman,. Kenapa ya? Ruby takut akan ada yang terjadi nanti!" Ucap Ruby memandang ke arah Kakak nya.
Terlihat rahang tegas, hidung mancung, bulu mata lentik dan sorot mata tajam membuat kaum hawa yang melihatnya pasti ingin memilikinya.
Rasa gundah tersampaikan pada sang Kakak. Ruby menidurkan kepalanya di atas paha Revan, di elus halus rambut Ruby oleh Revan membuatnya begitu nyaman.
"Kak apakah kakak percaya pada Ruby?"
Helaan nafas Ruby terdengar tercekat kala menanyakan hal itu, takut kaka nya tidak mempercayai dirinya seperti orang tua nya yang semakin kesini kepercayaan nya semakin menipis untuk dirinya.
"Kau sakit ? tidak biasanya kamu seperti ini. Ada apa, eum?!"
Ruby hanya bisa menahan tangisnya, takut akan terjadi sesuatu di hari yang akan datang, takut dirinya berpisah dengan kakak nya, takut berpisah dengan orang tuanya. Itulah hal-hal yang difikirkan nya kala kaka nya bertanya.
"Dengar, kamu adik perempuan Kaka satu-satu nya begitu pun Revin, kita akan percaya kepada kamu apapun itu, karena Kaka tau sifat kamu yang sesungguhnya!" Jelas Revan, suara lembut dengan seulas senyum menenangkan hati.
"Terimakasih Kak"
"Lalu bagaimana dengan Kak Agatha ? Bukankah dia juga adik kalian!" Ucapnya berlanjut.
"Kenapa jadi aku satu-satunya?!" Ruby menatap mata Kaka nya penuh selidik tanda mencari jawaban atas pernyataannya.
Tak terasa obrolan mereka sudah menghabiskan banyak waktu. Sang jarum jam yang berputar terdengar, menandakan jika sekarang ini sudah tengah malam.
"Sudah malam, ayo tidur ! Kakak antar kamu terlebih dahulu!" Revan berdiri menjulurkan tangan nya pada Ruby dengan senyuman merekah di bibir.
Ruby merasa kesal karena tak kunjung mendapat jawaban atas pertanyaannya, berguling-guling dia di atas tempat tidurnya hanya karena penasaran dengan ucapan Revan.
Ruby tidak mengetahui jika kakak nya pun kurang menyukai Agatha semenjak masuk kedalam keluarga, mereka merasa kedatangan Agatha merupakan malapetaka bagi keluarga.
Bukan mereka tidak kasihan kepada Agatha , mereka juga punya hati dan rasa kemanusiaan juga , tapi kenapa harus di bawa kerumahnya. Egois memang tapi harus bagaimana lagi, keputusan orang tua nya tak bisa tolak.
|
|
LIKE
KOMEN
VOTE
FAVORITE
Othor Rekomendasikan juga nih Novel yang lainnya, tidak kalah seru dan Menarik lohh guys. Penuh dengan Emosi dan juga intrik. Romance nya juga adaaa teman-teman!!!
Jangan Lupa Mampir, yesss
Mafia Girls 2 ( Triplets of Red Pheonix )
The Future King
DamnxRich
Kembalinya Sang Bos Mafia
Cinta Yuma
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 209 Episodes
Comments
Abidagani
Tamu..
2022-03-17
0
nyet:)
anak pungut ga ada akhlak
pen gwe potong tuh lidah😒
2021-07-29
2
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
Agatha medusaa😂😂😂😂😎
2021-06-14
1