PETUALANGAN ANAS
Seorang pemuda tampak termenung di bawah pohon mangga. Sesekali ia menengok ke halaman rumahnya dimana banyak orang yang mengantre untuk mendapatkan pengobatan dari sang ayah.
Sebagai putra seorang paranormal terkemuka Anas seharusnya menuruni kemampuan sang ayah. Namun nyatanya tidak, itulah yang membuat Anas kadang merasa minder.
Ia merasa tak berguna saat tak bisa membantu sang ayah yang sedang kewalahan mengobati pasien yang berjibun.
Tidak seperti sang Kakak Rinjani yang justru mewarisi kemampuan sang ayah.
Seperti hari ini, ia hanya bisa menatap sang ayah yang tampak letih dari pagi mengobati ratusan pasien yang mengantri di halaman rumahnya.
Janie yang baru pulang kuliah pun segera membantu sang ayah untuk menjadi mediator.
Merasa tak bisa melakukan apa-apa, Anas pun pergi meninggalkan rumah.
Pukul sepuluh malam Anas kembali. Bukannya sepi, pasien justru semakin membludak.
"Fiuh, kapan orang-orang ini pulang!" celetuknya
"Jangan ngarep cepet kalau kamu gak bantuin!" seru Mentari ibu Anas
"Gimana mau bantu, kalau Anas gak punya ilmunya," saa bantu apa gitu sesuai kemampuan kamu. Bantu manggil antrian, bantu mendata pasien, atau yang lain yang kamu bisa," jawab Mentari
Mendengar ucapan ibunya, Anas pun segera bergegas masuk. Ia mulai membuat barisan antrian dan memanggil satu persatu pasien.
Pukul dua belas malam, antrian pasien pun sudah habis. Anas merebahkan tubuhnya diatas bangku panjang, di susul Lingga yang duduk di sampingnya.
"Kamu pasti capek ya?" tanya Lingga
"Gak kok dad, capean juga Daddy," jawab Anas segera bangun
"Hmm, kamu gak usah minder le. Setiap orang memiliki kelebihan masing-masing. Mungkin saat ini kamu belum memiliki kekuatan supranatural seperti daddy atau Janie, tapi kamu itu punya hati yang ikhlas. Itu adalah kelebihan mu yang tidak dimiliki oleh orang lain," ucap Lingga seolah mengetahui keresahan putranya
"Tapi emang ikhlas bisa merubah segalanya Dad?"
"Bisa dong Le, apa kamu inget dengan Neng Siti?"
Lingga mengangguk.
"Dia berhasil mendatangi Karuhun dan kekuatan supranaturalnya dari keikhlasannya, jadi tidak ada yang tidak mungkin. Semuanya akan indah pada waktunya," jawab Lingga
"Kaya judul lagu Dad?"
"Emang iya,"
"Dad," suara Anas Parau membuat Lingga langsung menoleh kearahnya.
"Ono opo cah bagus?"
"Boleh gak kalau Anas pergi merantau?" tanya Anas
"Merantau untuk apa?" tanya Lingga
"Anas pengin mencari jatidiri. Aku ingin menggali potensi apa yang ada dalam diriku,"
"Terus kamu mau merantau kemana terus mencari apa?" tanya Lingga
"Aku ingin keliling Indonesia, mau nyari wangsit," ucapnya membuat Lingga tersenyum mendengarnya
"Kalau mau nyari wangsit mah gak usah jauh-jauh Le, datang aja ke makam Eyangmu,"
"Emang pasti dapat Dad?"
"Tergantung amal perbuatan sih Le," jawab Lingga disambut wajah cemberut Anas
"Jangan bercanda Dad, aku serius loh," jawab Anas
"Ya, daddy juga serius. Terus piye kamu mau kemana dengan siapa, nyari apa?" tanya Lingga lagi
"Pengin ke Jawa Timur dulu Dad. Pojok di sebuah desa yang terkenal dengan mistisnya. Selain mau uji nyali aku juga mau nyari kerjaan di sana. Semoga saja aku bisa berguna bagi masyarakat sana." jawab Anas
"Dimana itu le?"
"Bromo," jawabannya mantap
"Itumah kamu mau liburan?" jawab Lingga
"Malang Dad, aku mau mengikuti jejak Om Gilang. Kali aja aku bisa jadi kaya Om Gilang gitu," jawab Anas
"Hmm, sebenarnya Daddy tidak keberatan kamu merantau, kalau itu memang maumu ya silakan. Sebenarnya kalau kamu mau mendapatkan kekuatan supranatural seperti Daddy, aku bisa bantu. Lagipula ada Kakekmu, Om Gilang dan Om Barra untuk apa kau harus mencari kekuatan supranatural. Aku yakin mereka akan selalu menjagamu, jadi meskipun kau tidak punya kekuatan apapun mereka akan siap menjaga dan melindungi mu,"
"Tapi aku tidak mau seperti itu Dad, aku ingin mandiri. Aku ingin melindungi diriku sendiri dengan kekuatan ku. Jangan khawatir aku bisa jaga diri, jadi daddy gak perlu meminta mereka untuk mengikuti ku," ucap Anas
Kali ini Lingga tak bisa menahan keinginan putranya. Tekadnya sudah bulat. Ia bisa melihat kesungguhan di wajahnya.
Keesokan paginya Lingga pun melepas kepergian Anas. Pemuda itu sengaja menggunakan sepeda motornya meninggalkan kediamannya.
Meskipun Anas sudah melarang Lingga meminta tolong kepada Barra dan Gilang untuk menjaganya, tetap saja diam-diam meminta bantuan keduanya untuk mengawal Anas.
Meskipun Anas tak memiliki kemampuan untuk melihat makhluk gaib, entah kenapa ia bisa merasakan kehadiran kedua makhluk itu.
"Sebaiknya Om Barra sama Om Gilang pulang saja. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Insya Allah dengan bantuannya aku bisa mengatasi semua masalahku nanti,"
"Hmm, apa kamu yakin Le?" jawab Gilang
"Aku yakin Om. Aku ingin mengikuti jejak Om Gilang. Aku pengin jadi kesatria seperti Om. Bukankah dulu om juga sama sepertiku, tidak memiliki kemampuan supranatural, hanya bermodalkan tekad dan keberanian?" tanya Anas
"Hmm, tapi semuanya itu ada harganya le,"
"Santai saja Om, berapapun harganya akan aku bayar?" jawab Anas
"Astaga, ngeyel banget cucuku Ran!" keluh Gilang menepuk keningnya
"Yaudah Lang kalau dia maunya gitu biarkan saja. Sebaiknya kita lihat saja dari monitor. Kalau sudah mendesak, baru kita turun gunung," jawab Barra
"Ok,"
Gilang dan Barra akhirnya meninggalkan Anas. Berbeda dengan kedua sahabatnya, Rangga yang merupakan kakek dari Anas justru tetap mengikuti Anas.
"Grandpa masih ada di sini?" tanya Anas sontak membuat Rangga terkejut
"Bagaimana kamu tahu Grandpa ada bersamamu?" jawab Rangga balik bertanya
"Bau Grandpa begitu khas, jadi tentu saja aku bisa tahu kalau Grandpa belum pergi,"
"Hmm, sepertinya mulai besok aku harus pakai deodoran, agar tak terendus oleh mu Le," jawab Rangga
"Pakai yang mahal Grandpa, yang kaya di iklan biar banyak cewek-cewek nempel,"
"Jangan dong Le, bahaya. Begini aja banyak yang nempel gimana kalau pake deodoran kapak. Kasian nasib para jomblo nanti," jawab Rangga
"Kalau begitu Anas pamit ya Grandpa, aku mohon Grandpa bisa menghargai keputusan Anas dan tidak mengikuti Anas. Kalau khawatir pantau saja Anas pakai GPS, dijamin ketemu,"
"Tapi Grandpa gak punya aplikasinya, nanti download dulu deh,"
"Ngapain download wong Grandpa punya semua. Jadi GPS itu Guna-guna, Pelet, dan Santet," jawab Anas membuat Rangga terkekeh mendengarnya
"Sue, kirain beneran GPS ternyata malah prosotan. Yaudah kalau begitu Grandpa restuin kamu Le. Semoga kamu segera bisa menemukan jati diri kamu dan segera pulang,"
"Terimakasih Grandpa sudah percaya dengan Anas,"
Anas kemudian melesatkan sepeda motornya menerobos jalanan ibukota.
Cukup lama Anas berkendara menuju ke sebuah kota yang belum pernah dikunjunginya.
Tujuan pertama ialah ke Bromo, selain berwisata ia juga ingin mencari sesuatu di tempat yang konon terkenal dengan cerita mistisnya.
To be continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
DK.Tzu
buahahhahaha... sejak kapan anak dukun manggil bapak nya deddy.. papa aja ogah. mau muntah gw
2024-07-25
1
Dewi faza Rahma
yg oh oh
oh
2024-04-20
0
Dewi faza Rahma
al fTih
2024-04-20
0