Bab 11. Misteri Teguh 2

Teguh tampak berendam melawan arus sungai, ia kemudian berjalan pelan menuju ke tengah sungai. Seorang anak buahnya menaburkan kembang telon. Di tempat pria itu melakukan ritual. Hembusan angin malam membawa hawa dingin yang menusuk ke tulang.

Suara burung Kokok beluk seakan menambah suasana semakin mencekam. Aroma dupa di tambah wangi bunga membuat bulu kuduk merinding. Anak buah Teguh sesekali menyentuh tengkuknya saat melihat sekelebat bayangan hitam mulai muncul dari permukaan air.

Teguh menyeringai saat melihat bayangan hitam itu. Ia merasa jika ritualnya berhasil kali ini.

Senyumnya mengembang saat melihat pusaran air mulai bergerak.

Anas yang berjalan terengah-engah tiba menghentikan langkahnya. Ia terkesiap saat melihat Teguh tengah melakukan ritual yang tidak biasa. Sebagai seorang anak dukun ia tahu benar jika ritual pemanggilan arwah orang yang hilang bukan seperti itu.

Rasa penasaran mulai memenuhi benak Anas. Ia pun melupakan tugasnya untuk menjemput Teguh. Ia malah lebih tertarik untuk melihat apa yang dilakukan dukun sakti itu.

Saat semua orang melihat sosok bayangan hitam keluar dari dasar sungai, Anas justru melihat sosok Ular besar berkepala manusia.

Rasanya Anas hendak pingsan saat melihat makhluk mengerikan itu. Matanya yang merah membara seolah hendak memangsanya. Bibirnya mengatup saat kedua bola matanya tak sengaja bertemu dengannya. Anas hanya bisa menelan ludah sambil menahan takut. Bahkan ia nyaris kencing di celana saat makhluk itu benar-benar menatapnya nyalang.

Apa aku ketahuan??

Anas berusaha untuk pergi namun kakinya tiba-tiba membeku. Ia tak bisa bergerak. Matanya mulai berair saat beberapa kali ia sudah berusaha membaca ayat suci, namun tatapan mata makhluk itu tetap mengerikan dan tertuju padanya.

"Doa mu tanpa isi le, bacaanmu tanpa iman, jiwamu kosong, kau tak bisa mengusir ku dengan kalimat itu." ucap makhluk itu menyeringai

Tiba-tiba Anas mengigil mendengar ucapan makhluk itu. Wajahnya memucat saat makhluk itu menampakkan wajahnya yang sangat besar dan berada tepat di hadapannya .

Bahkan ia nyaris kencing di celana saat tak ada jarak antara dirinya dengan makhluk itu.

Ia bahkan lupa jika dirinya punya ayah dan tiga makhluk gaib yang senantiasa akan menjaganya. Air matanya mulai jatuh membuat tawa makhluk itu memecah keheningan malam. Seumur hidup baru kali ini ia mengalami rasa takut yang luar biasa saat melihat sosok makhluk gaib. Wajar saja, selama ini ia tidak takut karena merasa dilindungi oleh sang ayah dan ketiga khodam penjaganya.

Tapi sekarang mereka semua tak ada. Bukan karena mereka meninggalkannya, tapi karena ia sendiri yang meminta mereka untuk pergi. Ia tak mau lagi dijaga oleh ayah ataupun ketiga makhluk gaib yang selalu melindunginya. Bukan tanpa alasan ia melakukan semua itu, tentu saja karena Anas ingin mengetahui jatidirinya. Selain ingin mandiri ia juga ingin mengetahui, apakah ia memiliki kemampuan supranatural seperti sang ayah?.

Atau ia layak menggantikan sang Ayah menjadi seorang dukun?.

Tak seorangpun yang tahu kondisi Anas saat itu yang tengah diteror penunggu sungai, termasuk Teguh yang hampir menyelesaikan ritualnya.

Senyumnya mengembang saat ia melihat bayangan hitam itu pergi dan meninggalkan sesuatu diatas batu besar. Ia merasa ritualnya sudah berhasil. Namun sayangnya ia tidak mendapatkan keris sakti yang diharapkannya. Ia hanya mendapatkan sebuah batu mustika berwarna hijau.

"Apa ini, bagaimana bisa ia hanya memberiku batu mustika setelah aku memberikan banyak tumbal untuknya!" gerutu Teguh

Bayangan makhluk itu tiba-tiba menghilang saat Roni dan anak buahnya berjalan menghampiri Teguh.

Anas mengusap dadanya. Ia merasa lega saat makhluk itu akhirnya pergi.

"Alhamdulillah, akhirnya dia pergi juga," ucapnya lega.

*Srak, srak, srak!

Anas seketika menoleh saat mendengar langkah derap kaki mendekat kearahnya.

Kembali ia terkejut saat melihat Roni datang bersama dengan anak buah Teguh yang lainnya membawa sebuah karung besar.

"Maaf saya datang terlambat Mas," ucap

Roni menundukkan kepalanya saat Teguh menoleh kearahnya

"Apa yang kau bawa!" seru Teguh

"Seperti prediksi Mas Teguh, Ustadz Ali diam-diam mengikuti kami. Tapi tenang saja aku sudah membereskannya seperti yang Mas Teguh pesankan," jawab Roni kemudian membuka isi karung yang dibawanya

Anas buru-buru menutup mulutnya yang mengangga saat melihat sosok mayat Ustadz Ali. Ia tak mengira jika Roni membunuhnya.

"Kita apakan mayat ini?" tanya Roni

"Buang saja ke sungai, dan kalian beritahu warga jika Ali meninggal kerena tak percaya dengan keberadaan Eyang Bromo Sengot penguasa sungai ini, makanya ia seperti ini," terangnya!" seru Teguh

"Baik Mas,"

"Jangan lupa serahkan mayat Aji kepada Ibunya setelah ini,"

"Inggih Mas," Roni kemudian melempar mayat Ustadz Ali ke sungai

*Byuuur!!

Anas mengangga mendengar ucapan Teguh, ia tak mengira jika pria itu sudah membunuh Ustadz Ali. Ia pun kemudian mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Daisah istri Ali. Namun wanita itu tak ada di sana.

Ia yakin jika Daisah tidak mengikuti ritual itu.

Teguh menyipitkan matanya saat melihat semak belukar dihadapannya yang tampak bergoyang-goyang. Tentu saja hal itu membuat Teguh merasa curiga. Ia kemudian menyuruh anak buahnya untuk memeriksa tempat itu untuk memastikan apa ada orang yang melihat ritual mereka atau tidak.

Anas buru-buru menyingkir dari tempat itu.

Sayangnya Teguh melihat pemuda itu dari kejauhan. Ia pun menyuruh anak buahnya untuk menangkapnya.

*Grep!

Anas melotot saat dua orang anak buah Teguh berhasil menangkapnya.

Tamatlah riwayatku kali ini. Ternyata manusia lebih mengerikan daripada lelembut.

Keringat dingin mengucur deras membasahi keningnya. Ia hanya menelan ludah saat Roni mencengkram lehernya.

"Apa yang kau lakukan malam-malam di sini!" tanyanya dengan tatapan mata elangnya

"A...a... Aku ...."

"Cepat jawab atau aku akan menghabisi mu!" hardiknya membuat Anas benar-benar ketakutan

"Apa kau menguping pembicaraan kami hah!"

Anas yang tak mau mati di tangan anak buah Teguh pun mencari alasan agar bisa lepas dari pria itu.

"Saya tidak mendengar apapun yang sampean bicarakan, intinya saya datang ke sini karena di suruh pak Gunawan untuk memanggil Mas Teguh, Ibu kumat lagi Mas," ucap Anas berusaha menjawab dengan lugas

Roni kemudian melirik kearah Teguh. Teguh memiringkan kepalanya memberikan isyarat kepadanya untuk melepaskan Anas.

Teguh melihat ekspresi jujur di wajah Anas sehingga menyuruh Roni melepaskannya.

Ia pun menghampiri Anas dan menepuk pundaknya.

"Apapun yang kau lihat dan dengar, segera lupakan!" ucap Teguh kemudian meniupkan sesuatu kepada Anas

Tidak lama Anas merasa seperti orang linglung. Teguh kemudian mengajak anak buahnya untuk mendampinginya menuju kediaman Gunawan.

Setibanya di kediaman Gunawan Teguh langsung menghampiri Rusmini yang sudah tak bernyawa.

"Dia sudah meninggal!" seru Teguh

Tangis Isak Gunawan pun merebak membuat semua orang yang datang ikut merasakan kesedihannya.

"Aku sudah tahu siapa pelakunya!" seru Mbah Paing

Terpopuler

Comments

Arie

Arie

😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱

2024-01-19

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

hayooo siapa kita" yg akan di sebutkan mbah paing

2023-12-16

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

mengerikan.... intinya mbah oaing ma anaknya teguh pen ilmu dn kekayaan deng cara menimbulkan warga..... pesugihan....... serem berada di kampung itu....

2023-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!