4. Pertanda

Gunawan menolak mentah-mentah tawaran pembeli misterius tersebut. Ia memilih mendengar ucapan Mbah Paing untuk meletakkan pohon Kelor didepan rumahnya sebagai penangkal teluh atau santet.

Tidak lama ponsel Gunawan berdering. Lastri asisten rumah tangganya memberitahu jika Rusmini istrinya kembali menjerit-jerit kesakitan.

"Ya sudah nanti aku suruh Anas buat nganter air dari mbah Paing," jawab Gunawan

Lelaki itu kemudian meminta Anas untuk mengantar air mineral untuk istrinya.

"Nas, tolong minumkan air ini ke Ibu. Kamu harus jaga dan temenin dia sampai saya pulang," ucap Gunawan

"Baik Pak,"

"Saya akan menemui Mbah Paing dan mengajaknya ke rumah. Jadi tolong jaga istriku selama saya tidak ada,"

"Baik Pak,"

Anas segera menyalakan sepeda motornya menuju kediaman Gunawan.

Setibanya di sana, ia segera menuju ke kamar Rusmini.

Lastri tampak senang saat melihat Anas datang.

"Syukurlah Mas Anas datang, sekarang gantian jaga Ibu, aku mau lanjut bersih-bersih," tutur Lastri

"Iya mbak,"

Anas kemudian duduk di samping Rusmini yang merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.

Anas tersenyum kemudian memberikan air mineral yang dibawanya kepada Rusmini.

"Sekarang ibu minum air ini dulu ya biar sakitnya ilang," ucap Anas

Rusmini mengambil botol air mineral dari tangan Anas. Bukannya meminumnya Rusmini justru membuang air itu ke lantai.

"Loh kenapa di buang Bu?" tanya Anas dengan wajah tegang

Rusmini tersenyum sinis menatap wajah panik Anas.

"Aku tahu kalau semua keluarga Gunawan akan mati, jadi percuma saja aku minum air itu. Sopo sing kepati bakal mati ( Siapa yang terikat pasti mati )," ujar Rusmini dengan mata melotot dan Lidah bergerak-gerak ke kanan dan kiri seolah hendak menerkam Anas hidup-hidup.

Anas mengerutkan keningnya saat melihat perubahan wajah Rusmini.

Kini wajah wanita itu semakin pucat bak mayat. Anas menyadari jika wanita itu bukan Rusmini istri Gunawan. Ia tahu ada sosok lain yang mengendalikan wanita itu hingga berubah menjadi sosok yang mengerikan.

Saat Anas hendak pergi meninggalkannya tiba-tiba wanita itu menahannya.

Ia menepuk pundaknya hingga membuatnya langsung berhenti dan mengurungkan niatnya untuk pergi.

*Grep!

Anas membalikkan badannya. Ia mengumpulkan keberanian untuk menatap wajah wanita itu dengan senyuman yang dipaksakan.

"Ibu kenapa?" tanya Anas

Rusmini tak merespon. Ia hanya menatap lekat pemuda di depannya itu. Tatapannya semakin dalam sampai ia kembali menggerakkan lidahnya ke kanan dan kiri.

Wajah Anas langsung mengkerut saat melihat respon Rusmini.

"Tidak salah lagi, dia pasti kerasukan." Gumam Anas dalam hati.

Ia tahu pasti bagaimana ciri-ciri orang yang kerasukan, dan salah satunya seperti Rusmini.

Aku harus gimana ini Dad?

Anas berusaha melepaskan tangan Rusmini dari pundaknya. Namun Rus justru mendorongnya hingga ia terhempas ke lantai.

*Buughhh!

"Aduh, bokongku!" pekik Anas meringis kesakitan

Saat Anas berusaha bangun, ia melihat bayangan Rusmini berjalan mendekat kearahnya.

*Tak, tak, tak!

Anas mendongakkan wajahnya menatap Rusmini yang sudah berdiri di depannya.

Wanita itu langsung menyerang Anas, ia berusaha mencakar Anas dan terus menyerangnya.

Beruntung Anas selalu berhasil menghindari serangan Rusmini.

Saat gagal menyerang Anas, kini ia menatap kearah pisau yang tergeletak di meja.

Anas tak mengira jika Rusmini akan mengambil pisau itu untuk menyerangnya.

Tangan Anas terluka setelah terkena sayatan pisau.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Anas

Rusmini tak menjawab, ia hanya menyeringai dan terus menyerangnya dengan pisau.

Kali ini Anas harus berjuang sendirian menghadapi Rusmini yang kerasukan.

#Kediaman Mbah Paing

Aroma dupa menyeruak mengisi rumah papan itu.

Asap putih mulai berterbangan mencari celah untuk menghilang. Sementara Gunawan tampak duduk bersila didepan Mbah Paing yang masih bermeditasi.

Wanita tua itu tampak memejamkan matanya sambil merapal mantera.

"Sekarang waktunya, harus ada salah satu Anggota Keluarga Gunawan yang mati," ucap Mbah Paing

Gunawan bergidik ngeri mendengar ucapan wanita tua itu.

Mbah Paing seketika membuka matanya.

"Kita harus segera ke rumah mu sebelum semuanya terlambat!" seru Mbah Paing

Ia buru-buru bangun diikuti oleh Gunawan.

Keduanya kemudian segera naik keatas mobil yang dikendarai oleh Purnomo.

Setibanya di Rumah, Gunawan buru-buru masuk kedalam rumah. Ia terkejut saat melihat pohon kelor miliknya sudah tidak ada di depan rumahnya.

"Dimana pohon kelornya!" seru Gunawan panik

"Ini pertanda tak baik, cepat cari!" seru Mbah Paing

Gunawan dan Purnomo pun langsung mencarinya. Keduanya berkeliling rumah mencari pohon itu.

"Gak ada Mbah!" ucap Purnomo tergopoh-gopoh menemui Mbah Paing.

Mbah Paing menatap lekat ke dalam rumah.

Ia terkejut saat melihat Rusmini yang sedang mencekik Anas.

"Apa yang kamu lakukan Rus!" seru Gunawan berlari menghampiri istrinya

"Dino Iki bakal ono sing kepati (Hari ini pasti bada yang mati)," ucap Rusmini

Gunawan segera mundur mendengar ucapan sang istri. Ia langsung melirik kearah Mbah Paing yang sudah bersiap mengeluarkan keris pusakanya.

*Dreet, dreet, dreet!

Dengan tangan gemetar Gunawan mengangkat ponselnya yang terus berdering.

"Halo?"

Keringat dingin mulai membasahi kening Gunawan. Matanya tampak membulat saat mendengar ucapan si penelpon.

*Praaang!!

Seketika tubuh Gunawan lunglai ke lantai dan ponselnya terjatuh.

"Apa yang terjadi Gun?" tanya Mbah Paing menghampirinya

"Mas Pras meninggal," ucap Gunawan meremas celana

Kristal bening mulai membasahi wajahnya, menunjukkan kesedihannya saat mendengar kabar putra semata wayangnya meninggal.

Seketika Rusmini tertawa terbahak-bahak saat melihat suaminya terisak.

Mbah Paing langsung menampar wajah Rusmini dengan daun kelor hingga wanita itu jatuh pingsang.

Ia kemudian menyuruh Anas untuk memindahkan Rusmini ke ranjangnya.

"Sing wis mati ojo di tangisi, sing penting saiki kowe kudu kuat ( Yang sudah mati jangan di tangisi, yang penting sekarang kamu harus kuat)," ucap Mbah Paing menepuk-nepuk pundak Gunawan

Lelaki itu perlahan bangun di bantu Purnomo.

Sementara itu Mbah Paing tampak mengusap wajah Rusmini dengan air yang sudah diberi doa.

"Sekarang si pengirim santet sudah bergerak, jadi kita tidak bisa tinggal diam, aku akan berusaha mencari tahu dukun mana yang bisa mengobati istrimu. Selama aku pergi kau bisa meminta bantuan kepada Jono, aku yakin dia bisa menggantikan tugasku untuk merawat istrimu," ucap Mbah Paing

"Baik Mbah,"

Mbah Paing menatap Anas begitu lekat.

"Besok ada acara ritual di sungai, aku harap kau bisa hadir. Setidaknya kau harus mengirim orang untuk menggantikan dirimu jika memang tak bisa hadir. Jangan sampai warga marah lagi karena kamu gak datang," ucap Mbah Paing

"Baik Mbah,"

Gunawan kemudian mengantar Paing saat wanita itu hendak pulang. Tak lupa ia memberikan Amplop coklat berisi uang sebagai upah atas jasanya yang sudah membantu menenangkan Rusmini.

Terpopuler

Comments

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

innalillahi turut berduka cita atas meninggalnya mas pras moga husnul khotimah....

2023-12-12

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

napa mas anas g nelpon dadyny yaaa.... setan mana yg telah merasuki rusmini....

2023-12-12

0

✪⃟𝔄ʀ𝐫ᷛ𝐞ͧ𝐲ᷡ𝐲ⷮ𝐞ͧ𝐬ᷢ EFREN

✪⃟𝔄ʀ𝐫ᷛ𝐞ͧ𝐲ᷡ𝐲ⷮ𝐞ͧ𝐬ᷢ EFREN

itu hnya mitos mnrtku, klo setan takut pohon kelor, disekeling pohon kelor g bakalan ada setan, tp dulu, dulu bnget nih, aku pernh lihtbkunti justru dipohon kelor,, trs yg bener yg mn, ngadi2 ini mbh paing, hnya membesar2ksn mitos

2023-11-25

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!