Bab. 3. Pelanggan misterius

*Tok, tok, tok!

*Krieet!!

Seorang wanita tua keluar dari balik pintu.

"Ono opo Pur?" tanya mbah Paing

"Ibu kambuh lagi Mbah," jawab Pur dengan wajah gusar

"Hmm, yowes tunggu sebentar aku tak siap-siap dulu,"

"Baik Mbah, nanti biar diantar sama Mas Anas saja, Saya ada urusan dulu sama Pak RT," jawab Pur

Mbah Paing mengangguk kemudian menghilang di balik pintu. Tidak lama wanita itu keluar. Anas segera menyalakan sepeda motornya mengantar Mbah Paing ke rumah Gunawan.

Sesampainya di rumah Gunawan, Mbah Paing langsung menuju ke kamar tempat dimana istri Gunawan berada.

Wanita tua itu langsung membuang sirihnya dan duduk di samping Ibu Rusmini.

Ia meletakkan tangannya diatas perut wanita itu.

Aneh, bukannya mengempes perut Rusmini justru semakin membesar membuat Mbah Paing melotot.

Suara teriakan Rusmini juga membuat wanita tua itu semakin tak bisa berkonsentrasi saat mengobatinya.

"Aduh Mbah, sakit mbah, sakit!" seru Rusmini berteriak sambil memegangi perutnya

Mbah Paing menatap tajam kearah perut Rusmini. Ada sesuatu yang bergerak-gerak di sana.

"Ambil kan beberapa tangkai kelor le!" seru Mbah Paing menoleh kearah Anas

Dengan gugup Anas menunjuk kearah dirinya.

"Saya Mbah?" ucapnya

"Yo kowe toh le, emange sopo neh!" sahut Mbah Paing

Anas Buru-buru keluar dari kamar dan memetik tiga batang daun kelor.

Ia kemudian menyerahkannya kepada Mbah Paing.

Mbah Paing pun memukulkan kelor ke perut Rusmini hingga membuat wanita itu langsung menjerit kesakitan.

Rusmini kemudian memberontak hingga mencekik Mbah Paing. Melihat hal itu Anas dan Pak Gunawan berusaha melepaskan tangan Rusmini yang mencekik Mbah Paing.

Cukup lama keduanya bisa melepaskan tangan Rusmini dari Leher Mbah Paing.

"Sepertinya santet ini sudah mengakar. Sebelum terlambat sebaiknya kita bawa ke tempat teman saya, di desa sebelah. Aku yakin hanya dia yang bisa menyembuhkan penyakit ini, karena sebelumnya ia pernah mengobati santet semacam ini," ucap Mbah Paing

Pak Gunawan mengangguk setuju, ia pun segera meminta Anas untuk membantunya membawa Rusmini ke depan rumah.

Saat mereka sedang berjalan menuju ke depan rumah, tiba-tiba sebuah benda putih melayang kearah Mereka.

*Brakk!!

Beruntung Anas segera menarik Rusmini hingga wanita itu tak terkena lemparan benda tersebut.

Gunawan buru-buru mengambil buntelan putih itu dan membukanya. Wajahnya seketika berubah pucat saat melihat isi buntelan tersebut.

Meskipun bukan kali ini saja ia mendapatkan kiriman benda putih itu, namun baru kali ini Mbah Paing melihatnya sendiri.

Wanita tua itu menghampiri Gunawan. Keningnya mengkerut saat melihat bangkai tikus dengan tiga paku berkarat.

"Sudah berapa lama kamu dapat kiriman benda seperti ini?" tanya Mbah Paing

"40 hari ini Mbah," jawab Gunawan

"Hmm," Mbah Paing menatap nanar buntelan yang ada di tangannya dan menghembuskan nafas kasar.

"Ini namanya santet Tumpas Kelor, bangkai tikus ini artinya mayat atau kematian, sedangkan paku tiga paku ini artinya jumlah anggota keluarga mu. Jadi semua anggota keluarga mu akan mati seperti pesan yang dikirim oleh pengirim santet," ucap Mbah Paing seketika membuat Gunawan langsung lemas dan jatuh ke lantai.

"Terus aku kudu piye Mbah ( terus aku harus gimana Mbah)?" tanya Gunawan dengan suara parau.

"Siapin mobil dan bawa istrimu ke rumah temenku sebelum terlambat!" seru Mbah Paing

"Inggih," Gunawan buru-buru bangun dan berlari ke halaman rumahnya.

Lelaki itu segera membuka garasi mobil dan mengeluarkan sebuah mobil SUV berwarna hitam.

Anas Langsung memapah Rusmini masuk kedalam mobil, sementara Mbah Paing duduk di depan menemani Gunawan.

"Le, kamu bisa ikut kan untuk jagain Rusmini?" tanya Mbah Paing

Anas Pun mengangguk. Ia segera naik keatas mobil dan duduk di samping Rusmini.

Saat dalam perjalanan Mbah Paing terus mengamati spion dan sesekali menoleh kearah Rusmini.

"Sopo sing kepati bakal mati ( Siapa yang terikat pasti mati)" ucap Rusmini dengan tatapan mata yang kosong.

Tentu saja hal itu membuat Anas merinding. Meksi bukan kali ini saja ia berhadapan dengan seseorang seperti Rusmini.

Namun tetap saja Anas merasakan hal berbeda saat bersama Rusmini. Tatap matanya yang tajam penuh kebencian, seringai di bibirnya seolah memberikan peringatan membuatnya merasakan aura mistis yang kental.

Anas hanya bisa berdzikir dalam hati membentengi diri.

Mbah Paing yang mendengar pun langsung merapal mantra untuk menenangkan Rusmini.

Rusmini pun tertidur setelah Mbah Paing mengusap wajahnya.

Satu jam perjalanan Gunawan menghentikan mobilnya tepat di depan rumah sederhana yang halamannya dipenuhi dengan pohon yang rimbun. Mbah Paing keluar dari mobil bersama Gunawan. Sementara itu Anas masih menunggu di mobil. Seorang pria tua keluar dari balik pintu.

Seolah sudah tahu apa yang diinginkan sahabatnya Lelaki itupun mempersilahkan Mbah Paing dan Gunawan masuk.

Anas segera turun dari mobil dan memapah Rusmini setelah Gunawan memberikan kode.

"Awakmu sopo le?" tanya Rusmini menoleh kearah Anas

"Saya Anas Bu,"

"Pasti wong tuamu seneng nduwe anak sholeh koyo kowe ( pasti orang tuamu bangga punya anak soleh seperti mu)," ucap Rusmini

Anas hanya tersenyum mendengarnya.

Ia kemudian membantu wanita itu berbaring di tempat yang sudah disediakan.

Lelaki tua itu langsung mengambil sebuah telur dan meminta Mbah Paing untuk memeganginya sementara ia merapalkan mantera.

Ia kemudian menempelkan telur itu keatas perut Rusmini kemudian memberikannya kepada Gunawan.

"Pecahkan telor itu di depan pintu!" serunya

Gunawan segera membawa telur itu dan memecahkannya di depan pintu sesuai instruksi.

Gunawan melotot saat melihat isi telor itu adalah cacing.

"Isine cacing!" serunya kepada Mbah Paing

Kembali Lelaki itu mengambil sebuah telur dan menempelkannya ke perut Rusmini sambil membaca mantera.

Kali ini Gunawan mendapati belatung dalam telur itu.

Namun Lelaki itu tiba-tiba lunglai dan jatuh ke lantai saat mengambil telur ke tiga.

Wajahnya pucat dipenuhi dengan keringat dingin.

"Sepertinya santet kali ini selain dikirimkan untuk membunuh targetnya juga menyerang orang yang berusaha mengobatinya," ucap lelaki tua itu.

Mbah Paing segera membantunya berdiri.

"Terus aku kudu piye Mas?" tanya Mbah Paing

"Sebaiknya cari dukun lain yang lebih mumpuni, aku sudah tidak kuat lagi," jawab Lelaki itu tiba-tiba memuntahkan cairan berwarna merah.

"Getih (darah)!" seru Gunawan begitu ketakutan

"Maafkan aku Mas yang sudah merepotkan Panjenengan," ucap Mbah Paing kemudian mengusap darah di bibir sahabatnya

Meskipun Ki Argo gagal mengobati Rusmini namun, perut wanita itu sedikit mengempes setelah Ki Argo berhasil mengeluarkan cacing dan belatung dari perutnya.

Pagi itu Anas sudah mulai bekerja di perkebunan Apel.

Haru pertama bekerja ia mendapatkan giliran shif pagi.

Saat ia sedang berjaga seorang pria datang menghampirinya dan meminta bertemu dengan pemilik perkebunan Gunawan.

Anas pun mengantar pria itu.

Lelaki itu ternyata ingin membeli Apel kepadanya. Seorang pengusaha makanan ingin bekerjasama dengan Gunawan, namun sayangnya ia mengajukan syarat yang diluar nalar.

Ia bersedia bekerjasama dengan Gunawan dengan syarat ia harus menyingkirkan tanaman kelor di depan rumahnya.

Terpopuler

Comments

Arie

Arie

aneh 😳😳😳😳😳😳😳😳

2024-01-19

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

Alhamdulillah hari pertama kerja.. semoga betah yaa mas anas...

2023-12-04

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

waduh santet banyak jenisnyaaa.... ru tau.... ya Allah semoga ibu rusmini bisa sembuh.... lah si anas kan bisa tau makhluk ghaib law ada.....

2023-12-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!