Bab. 6. Ustadz ALi

Semua orang langsung keluar dari kamar kecuali Teguh. Pria itu mulai menempelkan tangannya diatas perut Rusmini.

Suara teriakan Rusmini membuat Gunawan tampak gelisah. Sesekali pria lima puluh tahun itu bahkan mengintip dari celah pintu apa yang terjadi.

Sementara Anas tampak duduk tenang sambil membalas chat dari sang ayah.

Suara teriakan Rusmini perlahan mulai mereda. Gunawan terlihat lega namun Anas justru terlihat gundah.

Lingga meminta Anas pulang, lelaki itu merasa sesuatu akan terjadi kepada sang putra.

Seperti biasa anas berusaha menenangkan sang ayah dan mengatakan semuanya baik-baik saja.

"Everything is ok Dad, jangan khawatir. Anas sekarang sudah dapat kerjaan, sudah bisa hidup mandiri dan punya tempat tinggal sendiri. Tunggu saja kiriman dari Anas nanti ya Dad," ucap Anas membalas pesan singkat sang ayah.

Saat pintu kamar terbuka Anas mendengar teriakan suara kentongan dan teriakan warga. Rupanya hari itu ada salah seorang anak laki-laki yang terjatuh di sungai.

Anas segera keluar dari dalam rumah dan mengikuti rombongan warga menuju ke sungai.

Semua warga berbondong-bondong menuju ke sungai untuk mencari anak yang jatuh ke sungai.

Beberapa orang bahkan turun menyelam untuk mencarinya.

Anas memilih menyusuri sungai untuk mencari sang anak bersama warga lain.

Tidak lama Teguh yang sudah selesai mengobati Rusmini menyusul ke sungai. Semua warga langsung memberi jalan saat Teguh menghampiri mereka.

"Apa yang terjadi?" tanya Teguh

"Ada yang jatuh Mas," jawab seorang warga

"Anaknya Ustadz Ali jatuh ke sungai," jawab seorang warga

Teguh langsung mengusap jenggotnya. Ia kemudian menatap beberapa warga yang menceburkan diri ke sungai.

"Apa ustadz Ali ada di sini?" tanya Teguh

"Pak Ustadz sedang menyusuri sungai Mas,"

Teguh mendongakkan wajahnya menatap rembulan yang bersinar terang malam itu.

Ia kemudian menabur kembang telon diatas aliran sungai.

Benar saja, tidak lama sepasang alas kaki muncul ke permukaan sungai.

Semua orang terkejut melihat kejadian itu.

Bagaimana bisa, sepasang sendal muncul ke permukaan air setelah ditaburi kembang telon. Padahal beberapa orang warga yang menyelam ke dalam air tak menemukan apapun.

Meski kejadian itu tidak bisa diterima akal, namun para warga yang mengetahui kesaktian putra Mbah paing itu.

"Ini adalah sandal yang di pakai Aji," ucap seorang wanita yang merupakan istri Ustadz Ali dan sekaligus ibu dari Aji.

"Apa Mas Teguh, bisa menemukan anak saya?" tanya Daisah penuh harap

"Bisa saja Bu Ustadz, tapi sepertinya penunggu sungai marah karena suami anda tidak pernah ikut acara sedekah Lepen," jawab Teguh

Daisah tampak terdiam, wanita itu sadar jika selama ini suaminya memang tak pernah mau mengikuti acara ritual yang dianggapnya sebagai kemusyrikan itu.

"Lalu apa yang harus kamu lakukan supaya Aji bisa ketemu?" tanya Daisah

"Lakukan ritual permohonan maaf kepada penunggu Sungai," jawab Teguh

"Kapan dan apa saja yang harus kamu siapkan?" tanya Daisah

"Siapkan saja semua kebutuhan ritual beserta maharnya. Kalau Bu Ustadz kurang paham silakan tanya rewang saya Toto dan Kusno," jawab Teguh

"Terus bagaimana nasib anakku Aji?" tanya Daisah lagi

"Kasian dia harus menanggung kesalahan ayahnya. Meskipun penghuni sungai sudah mengambilnya, jangan khawatir aku akan mengambil jasadnya setelah ritual selesai," jawab Teguh

Semua orang seketika pergi setelah mendengar ucapan pria itu.

Namun Daisah masih berdiri termangu menatap aliran sungai yang mengalir deras.

Sementara itu Anas menghentikan langkahnya saat melihat pusaran air yang dipenuhi oleh kembang telon.

Ada pergolakan di sana yang membuat rasa penasaran Anas semakin membuncah.

Ia seolah melihat bayangan hitam yang mulai keluar dari pusaran air tersebut.

Rasa penasaran membuat Anas melompat kedalam pusaran itu.

*Byuuur!!

Seolah ada yang membimbingnya, Anas terus berenang ke dasar sungai. Seketika matanya melotot saat melihat sosok ular raksasa berkepala manusia, dengan mustika memancar di keningnya.

Anas benar-benar ketakutan, tubuhnya seketika membeku. Kalinya kram hingga ia tak bisa berenang lagi. Dadanya mulai sesak, dan air sungai mulai masuk dari hidung dan mulutnya.

Tubuhnya terasa lemas dan semuanya mulai gelap.

*Grep!

Tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya dan membawanya ke bantaran kali.

"Hueekk!!"

Anas seketika memuntahkan air yang diminumnya setelah seseorang menekan dadanya.

"Syukurlah kamu sudah sadar," ucap seorang pria berpakaian serba putih

Anas menghela nafas kasar dan kembali menoleh kearah pusaran sungai.

"Apa yang kau lihat di sana?" tanya pria itu

"Siluman ular," jawab Anas dengan bibir bergetar

Lelaki itu hanya tersenyum kecut mendengar jawaban Anas.

"Sebaiknya kau segera pulang, dan ganti baju," ucap pria itu kemudian bergegas meninggalkan Anas

Melihat pria itu pergi Anas pun segera bangun dan menyusulnya.

"Terimakasih banyak sudah menolongku, kalau boleh tahu siapa nama bapak?" tanya Anas

"Saya Aji, ayah dari anak yang tenggelam," jawab Pria itu dengan santai

"Saya Anas,"

"Dilihat dari dialek mu, sepertinya kau bukan asli dari sini,"

"Betul Pak Aji, saya ini pendatang. Kebetulan saya baru beberapa hari kerja di perkebunan apel Pak Gunawan," jawab Anas

"Lalu kenapa kau datang kes sungai malam-malam begini?"

"Aku hanya penasaran dengan kenapa sering sekali ada anak tenggelam di sungai ini. Dan aku sedikit tertarik saat orang-orang bilang kalau mereka jadi tumbal penghuni sungai," jawab Anas

"Apa kau percaya mitos itu?" tanya Aji

Anas langsung menggelengkan kepalanya.

"Kalau kau tak percaya kenapa kau malah ikut kesini, bahkan sampai nyebur ke sungai segala,"

"Itu karena aku ingin memastikan sesuatu," jawab Anas

Tidak lama Daisah berlari menghampiri suaminya yang mendekat kearahnya.

"Kenapa masih di sini?" tanya Aji

"Aku sengaja menunggu mu Mas. Tadi aku ketemu Mas Teguh, terus dia bilang kalau Aji jadi korban karena kesalahan mu yang tak pernah mau ikut ritual Sedekah Lepen. Dia juga bilang kalau mau Aji ketemu kita harus membuat ritual untuk penghuni sungai ini," ucap Daisah

"Lalu kau mau mengikuti perintah anak dukun itu?" jawab Aji sinis

"Ya iyalah Mas, terus gimana lagi, hanya itu satu-satunya cara supaya kita bisa menemukan Aji,"

"Baiklah, kali ini aku ingin membongkar semua kebohongan mereka," jawab Aji

Is kemudian mengajak istrinya pulang. Selama perjalanan pulang Anas banyak bertanya kepada Aji tentang acara ritual Lepen dan kasus anak hilang di sungai yang marak di desa itu.

Kini rasa penasaran Anas sedikit terjawab oleh penjelasan Aji. Meskipun Aji adalah seorang ustadz yang tidak menyukai ritual berbau mistis namun sebenarnya Aji percaya jika makhluk gaib itu ada.

"Aku percaya dengan makhluk gaib. Karena Allah sendiri sudah menyebutnya dalam Al-Qur'an, hanya saja aku tidak suka cara mereka menggunakan ritual untuk membodohi warga dan mencari keuntungan," ujar Aji

"Kalau ini aku Anas juga setuju pak ustadz," jawab Anas

Entah kenapa meski Anas baru mengenal Ustadz Aji, namun ia merasa lebih nyaman dengannya.

Bahkan ia merasa sepemikiran dengan pria itu mengenai kasus yang Terjadi di desa tersebut.

"Sejahat-jahatnya makhluk gaib mereka tidak akan bisa membunuh manusia. Begitupun dengan tumbal, mereka tidak akan meminta tumbal jika tidak ada manusia yang menginginkan sesuatu darinya,"

Terpopuler

Comments

Ass Yfa

Ass Yfa

diserap ceritamu pasti ada kembang telon, apaseh maknanya, apa memang kembang beneran apa kembang berjumlah 2

2024-02-22

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

bongkar aja ustadz... yar warga bisa tau law selama ini mereka di bodohi oleh sang dukun

2023-12-12

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

jdi mbh paing dengan anaknya yg punya kelakuan.....

2023-12-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!