Bab 13. Menggali

Malam itu Anas bertugas menjaga jenazah Rusmini. Entah kenapa Mbah Paing meminta Gunawan untuk tidak memperlihatkan jenazah istrinya kepada siapapun sampai matahari terbit.

"Kalau Njenengan mau selamat ya ikuti saja ucapan ku," ucap Mbah Paing menepuk pundak Gunawan

"Aku hanya ingin menetralisir santet dalam diri istrimu agar tak menyerang mu. Meskipun Rajiman sudah mati, tapi tetap saja santet tumpas kelor ini tidak bisa dihentikan meskipun sang pengirim sudah meninggal,"

Gunawan hanya mengangguk saat wanita itu memberi penjelasan kepadanya. Tak sedikitpun keraguan apalagi membantah ucapannya. Baginya Mbah Paing bukan hanya seorang penasihat spiritual baginya namun Ia telah dianggap seperti orang tuanya sendiri sehingga percaya penuh kepadanya.

Ia kemudian meminta Purnomo untuk menjaga jenazah istrinya. Karena menurutnya hanya Purnomo satu-satunya orang yang bisa ia percaya. Namun sayangnya Purnomo menolak karena lelaki itu terlalu takut untuk menjaga mayat sendirian sehingga Gunawan terpaksa memilih Anas untuk menjaga sang istri.

Ia bahkan lebih memilih menjaga Rusmini daripada ikut menyerang kediaman Rajiman. Entah kenapa Anas tidak mau terlibat dalam perbuatan anarkis. Meskipun ia mendengar jika Rajiman adalah seorang dukun Santet yang jahat, tapi entah kenapa Anas tak mau menghakimi lelaki itu.

Meskipun ia tak bisa menyelamatkan Rajiman setidaknya ia tak mau ikut menyakiti pria itu pikirnya.

Ia terlihat duduk di depan jenazah Rusmini. Matanya mulai menerawang jauh ke setiap sudut kamar itu.

Ia melihat ada sesaji lengkap di sudut ruangan lengkap dengan daun kelor. Meskipun banyak tanya yang mengganjal di benaknya. Namun apa daya ia tidak bisa bertanya kepada siapapun tentang semua itu. Yang terpenting saat ini adalah menjaga jenazah Rusmini.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, mata Anas mulai mengantuk. Meskipun ia sudah berusaha untuk menghilangkan kantuknya tetap saja ia tak bisa melawan naluriah alami yang diberikan Tuhan.

*Braakkk!!

Anas seketika terbangun saat mendengar suara pintu di dobrak. Seorang lelaki tua keluar dari dalam rumah saat melihat suara riuh para warga yang datang membawa obor ke rumahnya. Meskipun ia tak tahu apa kesalahannya hingga membuat para warga berdatangan ke kediamannya. Tapi satu yang ia tahu jika mereka datang untuk menghabisinya.

Sebagai seorang dukun firasatnya begitu tajam. Namun ia tetap santai menghadapi sosok Mbah Paing yang berusaha memprovokasi warga untuk menghabisinya.

Anas hanya berdiri termangu menatap lelaki itu di pukuli warga hingga babak belur. Bahkan kakinya membeku saat ingin menyelamatkan lelaki itu saat Mbah Paing menyantetnya hingga tewas.

Anas tiba-tiba terjaga dari tidurnya. Ia tak tahu kenapa ia bisa bermimpi seperti itu.

"Siapa pria itu kenapa nasibnya sungguh memilukan sekali," ucapnya lirih

Tiba-tiba ia melihat sesosok pria menghampirinya. Lelaki itu duduk disampingnya kemudian menyalakan rokok di tangannya.

"Tidak suka ikut campur urusan orang lain itu memang baik, tapi kamu juga tidak bisa diam saja saat melihat kejahatan di depanmu. Kamu ini akan menjadi orang yang akan di dengar banyak orang jadi jangan takut apapun. Lakukan apa yang menurut kata hatimu. Selain dilindungi oleh Bolosewu, tulang wangi seperti dirimu tidak perlu takut dengan ancaman apapun semuanya akan melindungi mu Le. Jadi jangan takut, lakukanlah apa yang menurutmu benar. Kamu ini sudah terlahir memiliki kekuatan supranatural yang luar biasa jauh lebih sakti daripada leluhur mu, percayalah padaku," ucap pria itu kemudian meyesap rokoknya dan mengepulkan asapnya ke angkasa.

"Kalau kau ingin membuktikan kata-kata ku maka datanglah ke rumah yang kau lihat di mimpimu, kau akan menemukan semuanya di sana," ucap pria itu menatapnya lekat

Anas hanya termangu mendengar ucapan pria asing yang tak di kenalnya itu.

"Satu lagi Le, tolong selamatkan putriku, karena hanya kamu yang bisa mengendalikannya," ucap pria itu berlalu pergi

Saat Anas hendak mengejarnya tiba-tiba seseorang menariknya.

"Bangun!" seru lelaki itu membuat Anas terjaga.

Anas mengusap dadanya yang bergemuruh. "Syukurlah ternyata cuma mimpi," ucap Anas lega

Mbah Paing menatap sinis kearahnya.

Ia terkesiap saat melihat Mbah Paing tiba-tiba ada di depannya.

"Piye toh di suruh jangan tidur saat jagain mayat kok malah ngorok!" gerutu Mbah Paing membuat Anas buru-buru meminta maaf

"Maafkan saya Mbah, tapi saya pastikan tidak terjadi apapun terhadap jenazah Ibu Rusmini," jawab Anas gugup

"Yo pastine, wong wis tak pasangi pagar gaib kok, mana ada demit yang berani mendekat!" ucap Mbah Paing menimpali dengan sombongnya

Tidak lama Gunawan datang bersama dengan seorang yang akan memandikan jenazah Rusmini.

Ia kemudian menyuruh Anas untuk pergi ke makam keluarga untuk menggali makan untuk sang istri bersama Purnomo.

Selesai menggali makam Anas dan yang lain beristirahat dibawah pohon sambil menikmati kopi.

Saat mereka sedang asyik ngobrol, Anas memberanikan diri untuk bertanya tentang Rajiman.

"Ngapain kamu nanyain dukun santet itu?" tanya Purnomo

"Penasaran aja Mas, soalnya dia kan dukun sakti Mas. Kalau boleh tahu dimana rumahnya?" tanya Anas

"Kenapa kamu penasaran?. Jangan bilang kamu mau mencari mayatnya dan memakan. Pangkreasnya agar bisa sakti seperti dia!" tebak Purnomo

"Gak lah Mas, mana berani aku. Aku cuma ingin memastikan sesuatu saja," jawab Anas

"Hmm, semua penduduk kampung gak ada yang berani masuk rumahnya karena wingit. Memangnya kamu berani?" tanya Purnomo lagi

"Insya Allah Mas, anggap saja itu sebagai uji nyali. Karena aku paling suka dengan tempat-tempat seperti itu," jawab Anas

"Dasar aneh!" cibir Purnomo

Karena Anas terus mendesak maka Purnomo pun memberitahu jalan menuju kediaman Rajiman.

"Dari sini lurus saja, nanti kalau ada pohon nangka besar belok kiri. Hanya ada satu rumah di sana. Dan hanya Rajiman dan keluarganya yang berani tinggal di tengah hutan," jawab Purnomo

"Jadi di rumahnya masih ada keluarganya?" tanya Anas penasaran

"Dulu sih ada, tapi semuanya meninggal setelah kejadian pembantaian dukun santet tahun sembilan delapan. Hanya Rajiman satu-satunya dukun santet yang selamat. Tapi ada yang bilang ia juga berhasil menyelamatkan putrinya yang hampir mati saat kejadian itu," terang Purnomo

Berarti benar, putrinya masih hidup.

Merasa mendapatkan amanah dari Rajiman, Anas kemudian berpamitan untuk menyambangi rumah lelaki itu.

Purnomo melepas kepergian Anas dengan tatapan penuh curiga.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh Anas akhirnya tiba juga di kediaman Rajiman.

Rumah sederhana yang terbuat dari papan tampak berdiri kokoh di tengah hutan. Ia melihat bekas ceceran darah saat memasuki halaman rumah.

Anas mengikuti ceceran darah itu hingga berhenti di sebuah pekarangan yang ditumbuhi pohon bambu.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari sesuatu, namun tak ada apapun di sana saat ia hendak kembali tiba-tiba Anas terjatuh karena tersandung sesuatu.

Ia pun menendang gundukan tanah yang membuatnya terjatuh. Namun sialnya ia malah merasa menendang tubuh manusia.

Karena penasaran ia pun berusaha menggali gundukan tanah itu. Seketika bola matanya melotot saat ia melihat sosok lelaki yang ada di dalam mimpinya.

"Rajiman!!"

Terpopuler

Comments

Arie

Arie

😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱

2024-01-19

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

dimana yaaa anak rajiman skrg.... kan td ketemu ma mbah paing... jan " di sekap ma si mbah

2023-12-16

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

anas di datangi dukun rajiman dalam mimpi.... bisa melihat k3jadian tanpa ada di tempat k3jadian... wah hebat

2023-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!