Bab. 13. Ratih

Anas seketika menutup mulutnya saat mendengar seseorang memanggil nama dukun santet itu.

Ia kemudian bersembunyi di semak-semak belukar setelah menutup kembali mayat Rajiman dengan tanah.

Tidak lama Teguh datang bersama Mbah Paing dan anak buahnya. Teguh kemudian memerintahkan anak buahnya untuk menggali kubur gundukan tanah tempat dimana mereka menguburkan mayat Rajiman.

Roni segera mengeluarkan mayat radjiman saat semua lubang sudah terbuka.

"Sekarang kita apakan mayat ini?" tanya Teguh

Mbah Paing mengamati dengan seksama mayat Rajiman, ia bahkan menggeledah tubuh Rajiman seolah mencari sesuatu dalam tubuh mayat tersebut.

"Dimana dia menyembunyikan keris sakti itu!" ucap Mbah Paing dengan wajah kecewa

"Apa Rajiman yang sudah mendapatkan keris sakti itu?" tanya Teguh

"Kalau mendengar cerita dari dukun yang mencoba merawat Rusmini sih begitu. Dan hanya dia satu-satunya orang yang bisa mengobati santet tumpas kelor," jawab Mbah Paing

"Aku sudah mencari keris itu di kediaman Rajiman tapi tidak ketemu, aku justru menemukan putrinya yang sakit,"

"Apa kita perlu mencarinya lagi di rumah itu?" tandas Teguh

"Tidak bisa begitu Le, kita tidak boleh menampakkan tujuan kita menghabisi Rajiman, apalagi di sana ada putrinya. Meskipun orang bilang putrinya itu sedikit gak waras tapi aku yakin dia bisa tahu kalau kita memang menginginkan sesuatu atas kematian Ayahnya,"

"Lalu apa yang harus kita lakukan Nyai?" tanya Teguh

"Ada yang bilang untuk mendapatkan kesakitan seorang dukun yang sudah meninggal kita harus memakan pangkreasnya. Itulah alasannya ada beberapa dukun sakti yang sengaja merahasiakan makamnya agar tidak ada seorang yang mencuri pangkreas mereka," jawab Mbah Paing

Seolah tahu apa yang diinginkan Mbah Paing. Teguh pun segera mengambil pisau dan merobek perut Rajiman untuk mengambil pangkreasnya.

Tanpa ragu-ragu ia menelan mentah-mentah pangkreas yang masih berlumuran darah itu.

Sementara itu Anas tampak menutupi mulutnya yang terasa mual saat melihat aksi Teguh yang mirip dengan seorang kanibal itu.

Ia bahkan berkali-kali beristighfar dalam hati saat menyaksikan betapa mengerikannya dunia perdukunan.

Selesai mengambil pankreas radjiman Mereka pun mengubur mayat lelaki itu dan meninggalkannya begitu saja.

Namun saat mereka hendak pergi meninggalkan tempat itu, seorang gadis keluar dari rumah Radjiman. Meskipun gadis itu terlihat lusuh dan dekil, namun aura kecantikannya terpancar jelas saat wajahnya terkena paparan sinar matahari.

Tidak diragukan lagi jika Ratih sebenarnya adalah sosok gadis yang cantik. Hanya saja karena ia tidak bisa merawat diri ia justru terlihat kusut dan dekil.

Ratih menghampiri Mbah pahing dan menyapanya.

"Pagi Mbah,"

"Pagi Ratih, tumben kamu keluar dari rumah, memangnya ada apa?" jawab Mbah Paing

"Aku sedang mencari bapak. Biasanya pagi-pagi bapak sudah memberiku sarapan, tapi sudah siang begini bapak belum kelihatan juga. Padahal aku sudah kelaparan, tapi bapak belum kembali dan tidak ada makanan di dapur. Jadi aku keluar untuk mencari bapak. lagi pula perasaanku tidak enak. Aku khawatir terjadi sesuatu dengan bapak. Apalagi semalam aku mendengar suara riuh para warga yang berteriak ingin membunuh bapak. Entah apa salah bapak sehingga mereka ingin membunuh bapak. Aku takut, aku takut bapak akan menghilang lagi seperti dulu," jawab Ratih

Wajah gadis itu menerawang jauh, mencari sosok sang ayah. Ingatannya tiba-tiba terbawa saat ia masih kecil dimana orang-orang dengan pakaian serba hitam datang ke rumahnya mencari sang ayah.

Ia masih ingat benar bagaimana Ibu dan Kakaknya di bunuh oleh mereka. Tiba-tiba Ratih menjerit-jerit ketakutan sambil memegangi kepalanya.

Tentu saja hal itu membuat Mbah Paing dan yang lainnya panik melihatnya termasuk Anas yang berusaha keluar untuk menolong Ratih.

Namun Anas mengurungkan niatnya karena takut ketahuan oleh Teguh.

Teguh kemudian membisikkan sesuatu kepada Mbah Paing. Wanita itu kemudian menyentuh kepala Ratih hingga berhasil membuat Ratih terdiam.

"Gimana keadaan mu nduk, masih sakit kepala mu?" tanya Mbah Paing

Ratih menggelengkan kepalanya. Ia kemudian berdiri dan menatap semua orang yang ada di depannya. Seperti ketakutan Ratih kemudian menarik Mbah Paing masuk ke dalam rumahnya.

Jika ia mengizinkan Mbah Paing masuk namun tidak dengan Teguh dan anak buahnya. Ia mengunci rapat rumahnya dan melarang mereka masuk.

Wanita itu kemudian menuangkan segelas air dan memberikannya kepada Mbah Paing.

"Maaf ya Mbah aku gak punya apa-apa, hanya air putih saja silakan di minum," ucapnya terdengar sopan

Mbah Paing pun meneguk habis air putih pemberian Ratih. Dengan sikap keibuan yang ia miliki ia berhasil membuat Ratih merasa nyaman bersamanya. Ratih bahkan meminta tolong kepadanya untuk mencari sang ayah yang belum pulang.

"Tolong bantu Carikan ayahku Mbah, aku takut tinggal sendirian. Aku takut orang jahat itu datang lagi ke rumah ini," ucap Ratih

"Iya, Mbah pasti akan bantu nyari bapak kamu," jawab Mbah Paing mengusap lembut kepala Ratih. Wanita tua itu bahkan merapikan rambut Ratih yang tampak acak-acakan karena tak di sisir dan mengikatnya.

"Nah kalau gini kan jadi cantik," imbuhnya

Ratih tersenyum mendengar ucapan Mbah Paing.

"Daripada kamu di sini sendirian gimana kalau kamu tinggal sama Mbah," ucap wanita itu membuat mata jernih Ratih seketika berbinar-binar

"Terus Bapak gimana, apa aku boleh tinggal sama Mbah sama Bapak?" tanya Ratih

"Tentu saja boleh Nduk, aku yakin bapakmu pasti setuju. Dan kamu jangan khawatir sama bapak mu, dia pasti sudah bahagia di surga bersama ibu dan kakak kamu," jawab Mbah Paing

Ratih pun mengangguk setuju dan mengikuti Mbah Paing meninggalkan kediamannya.

Setibanya di rumah Mbah Paing sengaja menyuruh Ratih menempati rumahnya yang ada dibelakang warung makannya.

Ia kemudian menemui Teguh yang sudah menunggunya di warung.

Wanita itu kemudian menceritakan rencananya kepada Teguh dan alasannya membawa Ratih tinggal dengannya.

Selain untuk mendapatkan simpati warga karena ia berusaha menolong putri Rajiman, ternyata Mbah Paing juga ingin menikahkan Teguh dengan Ratih.

Tentu saja Teguh menolak mentah-mentah keinginan Ibunya itu.

"Jangan memaksa aku untuk melakukan hal yang tidak mungkin aku lakukan Nyai. Memangnya tidak ada cara lain untuk mendapatkan simpati warga selain menikahi perempuan tidak waras itu!" celetuk Teguh

"Kalau kau ingin menjadi dukun sakti dan bisa menyembuhkan Santet Tumpes Kelor maka h jalan satu-satunya adalah dengan menikahi Ratih,"

"Bukankah aku sudah menguasai ilmu santet Rajiman jadi untuk apalagi aku menikahi perempuan gila itu," jawab Teguh

"Asal kau tahu jika menguasai seluruh kesakitan Rajiman saja tidak cukup untuk bisa mengobati santet tumpas kelor. Itulah alasannya kenapa Rajiman dan Nyai berusaha mendapatkan keris sakti milik Eyang Bromo Sengot. Asal kau tahu jika ternyata Rajiman menyembunyikan keris saktinya itu dalam tubuh putrinya," tukas Mbah Paing membuat Teguh terbelalak

"Bagaimana bisa dia menyimpan keris sakti dalam tubuh orang yang masih hidup!"

"Sepertinya dia sudah memprediksi akan ada seseorang yang berusaha merebut senjata sakti itu darinya. Makanya ia sengaja menyimpannya dalam raga Putrinya. Kau hanya perlu menjadi suaminya selama 40 hari saja, dan kau juga tak perlu menjalankan kewajiban mu sebagai seorang suami kepadanya, kau hanya perlu bersandiwara di depannya saja. Untuk sisanya biar aku yang urus. Aku akan berusaha mengeluarkan keris itu dari tubuh Ratih dalam waktu 40 hari, dan jika aku sudah berhasil mengeluarkan keris itu maka pernikahan kalian pun berakhir," tukas Mbah Paing

Terpopuler

Comments

Elly Julia

Elly Julia

sadissss

2024-03-24

0

Arie

Arie

😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱😱

2024-01-19

0

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

🦈υℓιє..✰͜͡w⃠

tega banget Ratih hanya di manfaatkan.... 😢😢😢

2023-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!