Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu! Sama seperti seorang Jack yang sudah menekan di ruang bawah Tanah selama sembilan bulan lamanya. Dia ingin menyesal, namun sudah terlambat karena dia tidak tahu saja jika Nick adalah iblis yang peling menyeramkan. Apalagi Jack telah membuat Nick dan Alyssa terpisah akan putrinya selama kurang lebih tujuh tahun lamanya.
Berhubung Nick masih dalam amarahnya karena Zia belum juga ditemukan, dia langsung pergi ke tempat dimana Jack disekap.
"Nick! Aku benar-benar minta maaf! Tolong maafkan diriku ini Nick! Sungguh aku benar-benar menyesal!" ucap Jack memohon ketika melihat Nick datang disana dan Nick memerintahkan kepada anak buah Aaron itu untuk mengeluarkan Jack dari dalam sana.
Jack datang berlutut dikaki Nick, namun dengan cepat Nick menendangnya hingga tubuhnya tersungkur jauh.
"Akhh!" pekiknya menyentuh perutnya yang sempat ditendang oleh Nick.
Nick menunjukkan smirknya yang sangat menakutkan itu, tanpa banyak kata dia langsung mengeluarkan satu pistol dan dia arahkan kepada Jack.
Jack menggeleng takut "Aku mohon Nick! Tolong ampunilah aku! Tol-...".
"Akhh!" ucapannya terhenti ketika satu tembakan melayang ke lengan kirinya.
Dorr!
"Akhh!" Jack kembali kesatikan ketika lengan kanannya juga kena tembakan. Kedua tangannya kini sudah mati rasa! Apalagi pistol yang digunakan Nick adalah pistol Smith and Wesson 500 Magnum (S&W 500M). Dimana Pistol revolver ini merupakan produk Amerika Serikat yang diperkenalkan sejak 2003. Peluru yang ditembakkan S&W 500M bisa menembus serta meledakkan objeknya.
Oleh karena akurasinya paling baik dibandingkan pistol lainnya, S&W 500M juga digunakan para pemburu di AS. Produsen memasarkannya dengan dua varian panjang laras yani 10,2 dan 21,3 cm. Semakin panjang laras tentunya meningkatkan akurasi tembakan
Kelebihan pistol ini terdapat pada larasnya yang panjang sehingga meningkatkan akurasi serta melonarkan peluru dengan kecepatan 112 kilometer per jam.
"Ini untuk tanganmu yang sudah membuat kapalku tenggelam" Nick dengan smirknya.
Dorr!
Dorr!
"Dan ini untukmu yang kabur karena rencana busukmu itu berhasil" ucap Nick setelah memberikan dua tembakan dikedua kaki Jack, tepatnya dibagian paha.
Jack hanya bisa terdiam ditempatnya, dia tahu sekarang adalah hari kematiannya. Dimana dia mati ditangan mantan sahabatnya itu. Dulu Nick, Jordan dan Jack adalah sahabat, namun karena iri pada Nick dan Jordan yang semakin sukses, membuat Jack iri dan menjalankan aksi gilanya itu.
"Sangat disayangkan! Padahal kita sudah berteman sejak lama!" ucap Nick.
Jack menatap Nick dengan lemah "Ak-aku...Uhuk!" ucapannya terpotong ketika dia muntah darah. Jack kembali menatap Nick "Ak-aku...aku benar-benar minta Ma-maaf Nick. Su-sungguh aku...aku menye-menyesal" ucapnya terbata-bata.
Nick terkekeh remeh "Haha! Apa kau pikir semudah itu?".
"Sayangnya kau berani berurusan dengan iblis ini Jack" lanjutnya sembari mengarahkan pistolnya ke arah kepada Jack.
Dorr!
Dorr!
"Ini untuk pikiran kotormu dan hatimu yang penuh dengan keirian terhadapku dan Jordan".
"Bersihkan mayatnya! Jika perlu bakar saja! Hilangkan semua jejak!" titahnya para anak buah Aaron.
Semua mengangguk patu "Sesuai perintah anda Tuan".
***
"Aaron..." Bella memanggil putranya. Semalam mereka berempat sepakat untuk memaafkan Aaron, pikir mereka sudah cukup menghukum Aaron.
Aaron terus fokus dengan komputernya "Untuk apa mama datang kesini? Orang sepertiku tidak pantas untuk dikasihani!" balasnya tanpa menatap sang ibu.
Mereka saat ini berada di mansion Aaron, tepatnya didalam ruang kerjanya.
"Papa sudah memaafkanmu Aaron" ucap Jordan berjalan dari arah belakang Bella bersamaan dengan Alyssa yang juga berada dibelakangnya.
Melihat kedatangan Alyssa, Aaron langsung menghentikan pekerjaannya dan berjalan mendekati Alyssa. Disana dia berlutut tersedu-sedu.
"Maafkan aku ma... sungguh aku benar-benar menyesal..aku sadar ma! Aku sadar kelakuannya begitu menjijikan! Tapi aku mohon ma...tolong ampunilah aku...aku-...".
"Aaron apa yang kau lakukan? Berdirilah dari situ!" titah Nick sembari berjalan mendekati mereka.
"Aaron berdirilah. Mama memaafkanmu Aaron" tambah Alyssa.
Aaron menggeleng lalu berpindah ke Nick "Maafkan aku pa...maaf..." isaknya.
Nick menghela nafas beratnya, ia mengangkat tubuh Aaron agar berdiri dan menatapnya. Nick menepuk-nepuk bahu Aaron seraya tersenyum tipis.
"Papa sudah memaafkanmu Aaron. Mari kita bersama-sama mencari keberadaan istrimu".
Aaron mengangguk lalu memeluk kedua mertuanya secara bergantian "Terimakasih pa, ma! Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang kalian berikan!" lalu Aaron berpindah ke arah Jordan dan Bella, ia juga melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan kepada Nick dan Alyssa "Terimakasih Pa, Ma! Terimakasih..." masih dengan isakannya ia berkata.
Sungguh Aaron bahagia karena mendapatkan maaf sekaligus kesempatan, kedua mertuanya kini dengan senang hati menerimanya kembali.
Bella mengelus pipi putranya yang sudah mulai tirus "Kau mulai kurus Aaron, apa kau tidak mengurus dirimu?".
Aaron hanya tersenyum lembut "Untuk apa Aaron mengurus diri jika istri dan anakku tidak berada disisi Aaron?" Aaron kembali bertanya.
Keempat orang itu sama-sama tersenyum haru ketika mendengar ucapan yang keluar dari mulut lelaki yang terkenal dengan angkuh dan kesombongannya.
"Papa akan terus membantumu untuk mencari keberadaan istri dan anakmu!" ucap Jordan menepuk-nepuk bahu putranya.
Aaron kembali tersenyum sembari mengangguk "Terimakasih...".
Tak pernah sedetikpun Aaron berpikir jika keempat orang itu akan memaafkannya. Dia selalu berpikir bahwa mungkin seterusnya dia akan terus dalam kesendiriannya, namun ternyata dia salah. Kedua orangtuanya dan kedua mertuanya bahkan dengan sungkan datang guna memaafkan dirinya.
Ketika mengingat istrinya, Aaron menundukkan kepalanya sembari menangis dalam diam. Rasa sesak dalam hatinya tak bisa dia tahan.
"Aaron..." panggil Alyssa yang sadar akan itu.
Aaron pun tetap menunduk sembari terus terisak.
Alyssa mendekat lalu mengelus lengan menantunya "Dia pasti akan kembali. Percayalah! Usaha dan penyesalanmu tidak akan berakhir dengan sia-sia".
Berpindah ke tempat lain, entah kenapa Zia terpikir akan keadaan Aaron.
"Nico... apakah...apakah Aaron... baik-baik saja?" tanyanya kepada Nico. Nico, Azura dan Zia duduk berhadapan di sofa ruang tamu itu. Saat ini mereka sudah di mansion ketika kemarin hari Zia sudah diizinkan pulang karena kondisinya sudah membaik.
"What? Zia? Are you crazy?" pekik Zura hebo.
Nico hanya terkekeh "Dia baik-baik saja, kudengar...bulan lalu dia mulai bermabukan...ya walaupun minum-minum dalam kamarnya".
Zia hanya mengangguk sembari ber-oh-ria saja. Sedangkan Zura menjadi heboh sendiri.
"Honey! Kenapa kalian membahas lelaki sialan itu?" Zura mengalihkan pandangan memandang Zia "Dan kau! Apa kau akan kembali kepadanya? Sehingga kau memilih untuk menanyakan kabarnya? Begitu?!".
Kening Zia mengerut "Apa salahnya aku mempertanyakan keadaan suamiku?".
Ucapannya membuat Zura terkekeh remeh "Suamimu? Kau masih berharap dia suamimu setelah kau melepaskan cincin pernikahan kalian?".
Mendengar itu tentu membuat Zia terdiam. Benar, dia lupa kalau dia sudah melepaskan cincin pernikahannya. Tapi, walaupun begitu, Aaron tetaplah suaminya! Mereka berdua sama sekali belum bercerai! Belum ada kata perpisahan dalam pernikahan mereka.
"Walau begitu, dia masih berstatus suamiku...kami belum bercerai, bahkan kata perceraian belum ada" balas Zia setelah lama terdiam.
Nico mengangguk setuju "Apa yang dikatakan Zia memang benar Honey ".
Mendengar itu Zura berdecak kesal "Ck! Lalu kau akan kembali kepadanya?".
Tanpa di sangka Zia menggeleng lemah "Tidak".
Nico dan Zura sontak mengerut kebingungan "Lantas untuk apa kau menanyakan kabarnya?!".
"Memangnya apa salahnya?" ucap Zia balik bertanya.
"Ck!".
"Jadi kau tidak akan kembali?" lanjut Nico. Padahal dia sangat menunggu momen itu datang, dia sudah tidak tega melihat ketersiksaan sahabatnya itu.
Zia kembali menggeleng "Bukan tidak akan, tapi...aku belum ingin".
Nico dan Zura sama-sama mengangguk paham, mereka berdua tidak akan memaksa Zia jika begitu.
Sebenarnya Zia ingin kembali, namun entah kenapa dalam hatinya berkata untuk tidak. Zia masih berpikir bahwa tubuhnya hanya dimanfaatkan sebagai pemuas nafsu. Asal Zia tahu saja, jika suami yang dibencinya kini sudah berbanding terbalik dengan pikirannya. Bahkan tanpa dia ketahui, Aaron sudah sangat mencintainya. Saking cintanya Aaron berani menjaga jarak dari wanita dan hal-hal yang berbau club' malam.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments