Ketika bangun pagi tadi, Zia merasa seluruh tubuhnya terasa begitu pegal, terlebih bagian inti dari tubuhnya, walaupun berjalan terasa begitu sakit, tapi untung saja Aaron sudah menyiapkan salep pereda nyeri untuk dia gunakan. Ketika ia bangun, Aaron sudah tak ada disampingnya, lelaki itu sudah pergi ke perusahaan. Tinggallah Zia sendiri yang sarapan dimeja makan itu.
Zia terus menikmati sarapan paginya sembari melamun [Aku sedikit tak menyangka bahwa hal itu akan benar terjadi, tapi tidak mengapa jika mahkota yang selama ini aku jaga didapat oleh Aaron].
Setelah sarapannya sudah selesai, Zia memutuskan untuk bersantai dihalaman belakang mansion yang ada kolam renang. hari ini ia tak ke perusahaan karena tidak ada yang terlalu penting.
Tak berselang lama, ponselnya berdering. Dengan segera ia mengangkat sambungan itu ketika melihat yang menghubunginya adalah sahabatnya, Azura.
{Kenapa Zura?}.
{Zia...apa kau sudah melakukan itu bersama Aaron?} tanya Azura diseberang sana dengan hati-hati.
Zia mengerut {Memangnya kenapa?}.
{Ck! Jawab saja! Sudah atau bagaimana?}.
{Iya} jawab Zia singkat.
Sedangkan Azura melotot tak percaya {Apa kau sudah gila?}.
{Kenapa? Dia suamiku, jadi sudah sepatutnya aku memberikan yang sudah seharusnya aku berikan}.
Azura menghela nafas berat {Bagaimana jika kau hamil Zia? Apa yang akan terjadi nanti?}.
Zia kembali mengerut bingung {Bagaimana jika aku hamil? Tidak masalah, itu akan membuatku senang nanti}.
{Ya Tuhan Ziaa! I think you're crazy now! Kau tidak memikirkan Aaron? Bagaimana jika dia tidak menerima kehamilanmu? Atau bagaimana jika dia hanya menjadikanmu sebagai pemuas nafsunya?} ucap Zura dengan berbagai sudut pandangnya.
Sedangkan Zia terkekeh geli {Haha! Kau bicara apa Zura? Itu semua tidak mungkin! Dia pasti bahagia jika aku mengandung calon penerusnya!}.
Azura semakin tak habis pikir dengan sahabatnya ini, ia menghela nafas kasarnya beriringan dengan memutar bola matanya malas {You are completely crazy! I can't stop thinking about you! Kalian itu menikah bukan dasar cinta! Bagaimana bisa dia akan bahagia jika mendengar bahwa suatu saat nanti kau mengandung anaknya?}.
Zia nampak diam sebentar {Jika dia tidak menerima, maka aku akan pergi sejauh mungkin!} jawabnya santai.
Sedangkan Azura melongo tak percaya {Kau gila huh? Pikirkan apa yang akan terjadi pada anakmu nanti! Kau akan membiarkan dia dewasa tanpa hadirnya seorang ayah dalam hidupnya?!} Zura berhenti lalu menghela nafas kasarnya "Ck! Lebih baik kau memakai pil KB atau sesuatu yang bisa mencegahmu untuk mengandung!}.
{No! Won't!} protesnya.
{Zia! Come on! You two didn't marry based on love! You understand? Dengar! Jangan membuat dirimu lebih jatuh kedalam lubang yang sudah kamu gali! Kau akan tersesat!} jelasnya.
Zia menghela nafas santai {Sudahlah Zura, aku matikan, bye! See you!}.
Tutt!
Zia mematikan sambungan itu, lalu kembali melamun.
Sementara disisi lain, Aaron tak hentinya mencari tahu atas informasi kecelakaan yang di alami oleh kedua mertuanya. Ia duduk di kursi kebesarannya dengan pandangan datarnya, dan jangan lupa! Juga sembari merokok! Tepat di hadapan ia duduk, terdapat beberapa anak buahnya.
"Jadi kalian belum mendapatkan info apapun?" tanya Aaron datar.
Anak buahnya mengangguk hormat "Benar Tuan, tapi kami sudah memiliki info bahwa Tuan Nick dan Nyonya Alyssa masih hidup, namun kami belum mengetahui dimana keberadaan mereka saat ini".
[Benar ternyata! Mereka masih hidup! Sesuai dugaanku!] batinnya, "Terus lakukan pencarian! Saya tunggu informasi selanjutnya!".
"Tentu Tuan, sesuai perintah anda" mereka pun pamit.
Aaron terus menghisap batang rokok itu, ia berdiri lalu berjalan mendekati jendela kaca itu. Seluruh anak buahnya sudah dia kerahkan untuk mencari keberadaan kedua orang tua Zia, bahkan para anak buah Pavel sudah ia kerahkan hanya dan untuk mertuanya.
Aaron memandang keindahan kota itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan, entah apa yang ia pikirkan. Namun dibalik semua itu, ia sempat terpikir akan Zia. Jika seterusnya ia dan Zia akan melakukan hubungan suami-istri dan Zia hamil, apa yang akan ia lakukan? Mungkin jika ditebak, bisa saja senang, bisa juga tidak. Karena apa? Sudah jelas karena mereka tidak saling mencinta! Apalagi Aaron, ia tak mau melepaskan Zia tapi tak mau juga untuk mencintai Zia. Maksudnya apa? Aneh bukan?.
Semenjak kejadian ia menyentuh Zia, Aaron selalu terpikir akan perkataan Jordan pada tempo hari, Jordan berkata jika dia akan menyesal karena telah menyia-nyiakan Zia. Sebenarnya Aaron selalu terpikir akan itu, namun nyatanya ia benar-benar tak peduli, Aaron benar-benar merasa jika dia tak akan pernah untuk menyesal! Tapi, kita lihat saja nanti! Apakah benar jika dia tidak akan menyesal? Ataukah sebaliknya?.
***
Hari ini adalah hari weekend, Aaron dan juga Zia sama-sama tidak pergi ke perusahaan. Mereka memilih untuk berdiam diri di mansion, perlakuan Aaron semakin hari semakin aneh! Sama seperti hari ini, ia meminta Zia untuk menemaninya berenang. Setelah itu, ia juga meminta Zia untuk memasak untuknya.
"Ini, makanlah!" ucap Zia sembari memberikan makanan yang sudah ia masak. Zia sama sekali tidak gugup dengan rasa masakannya, karena nyatanya dia memiliki ketrampilan yang luar biasa jika dalam hal memasak.
Aaron menatap makanan itu sembari menelan salivanya "Apa ini?".
Zia pun duduk dihadapan Aaron "Kau memintaku untuk memasakan mu spaghetti bukan? Lalu untuk apa kau bertanya?".
"Ahh, ya! Saya lupa" tuturnya, lalu memakan spaghetti itu. Ketika ia mencicipinya, wahh!! Itu adalah spaghetti Ter enak yang pernah ia makan! Bahkan, ia mungkin akan menjadikan masakan Zia ini sebagai menu favoritnya. [Wahh! Ini benar-benar lezat!] batinnya.
Zia yang melihat itu tersenyum diam-diam [Aku tahu pasti itu enak! Pasti dia menyukainya! Namun, sayangnya untuk mengatakan itu terhalang rasa gengsinya].
"Jangan menatap saya seperti itu!" ucap Aaron yang sadar akan tatapan Zia.
Zia sontak mengalami tatapannya menuju ke depan, ia pun berdiri untuk pamit "Kalau begitu aku akan kekamar saja, aku sangat mengantuk".
Aaron langsung mencegahnya "Duduk!".
"Tap-...".
"Duduk!" titahnya.
Zia menghela nafas panjang "Baiklah" ia pun kembali duduk. Ia menggunakan satu tangannya untuk menyangga kepalanya, tatapannya tertuju ke arah Aaron. Lama seperti itu hingga dia sendiri tak tahu jika sudah tertidur dalam keadaan seperti itu.
"Apa kau tuli? Dari tadi saya berbicara denganmu! Kenapa kau tidak menja-..." ucapannya terpotong ketika melihat Zia sudah tertidur. Ia pun tersenyum tipis "Tertidur rupanya" Tanpa banyak kata, ia langsung menggendong tubuh mungil Zia alah bridal style, lalu membawanya ke kamar mereka.
Di dalam kamar itu, Aaron memeluk tubuh Zia. Mungkin sudah menjadi kebiasaannya sekarang, ia tak akan bisa tidur jika tak memeluk Zia.
Aaron menatap wajah Zia begitu lekat, perlahan ujung bibirnya tertarik "You're really beautiful!" ucapnya.
Entah kenapa, wajah tidur Zia membuat hatinya dan pikirannya terasa seperti tak memiliki beban. Ia merasa sangat tenang jika melihat wajah itu, dan untuk pertama kalinya ia memiliki ketertarikan seperti itu kepada wanita. Sebenarnya, sebelum ia mengenal Zia, sudah begitu banyak wanita diluaran sana yang menggodanya. Namun satu dari mereka, tak ada yang berhasil membuat Aaron tertarik, sedangkan Zia? Walau ia tak berniat untuk mencintai Zia, namun ia begitu tertarik akan wanita itu.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments