Penyesalan Dalam Cinta

Penyesalan Dalam Cinta

Chapter 1

"Cinta adalah ketulusan yang membuatmu mampu mengorbankan banyak hal hanya untuk kata Cinta. Dan melakukan apa saja asalkan bisa bersamanya."

~Aiden Brown~

.

.

.

.

.

.

.

.

.

12 Januari 2015

Gadis cantik berambut coklat terang sepinggang itu tak henti-hentinya mondar-mandir di dalam Toilet sekolah. Sahabatnya menatap gadis itu dengan pandangan malas. Padahal jam istirahat hanya tinggal lima belas menit lagi. Namun gadis yang wajahnya menghiasi banyak sampul majalah, layar televisi dan media masa itu terlihat tak tenang.

"Lara! Berapa lama lagi kau akan mondar-mandir hem? Aku lapar ini," protes gadis bermarga Hernandez itu dengan wajah setengah memelas.

"Tolong bantu aku, Yunita. Aku tak ingin menyatakan cinta pada lelaki culun jelek itu. Lebih baik aku mencium pantat bebek dari pada menyatakan cinta pada lelaki itu." Keluh Lara mengacak rambut panjangnya hinga kusut.

Terdengar helaan nafas letih dari gadis yang di panggil Yunita itu. Ia menyandarkan punggungnya ke dinding dan menatap Lara yang masih mengacak rambut coklatnya itu.

"Salah sendiri. Kenapa kau harus kalah taruhan dari Jimmi," ceramah Yunita membuat Lara berhenti mengacak rambutnya dan menatap Yunita dengan pandangan garang.

"Kau pikir aku mau kalah dari nenek sihir itu huh? Aku yakin dia pasti berbuat licik hinga dapat peran utama cerita Pain in love itu," ucap Lara dengan ke murkanya yang membuat Yunita hanya geleng-geleng kepala.

"Sudahlah mau bagaimana lagi. Kau harus tetap menyatakan cintamu padanya. Bukannya itu akan di saksikan oleh para murid lainnya. Ayo cepatlah aku lapar ini," tutur Yunita mendesak Lara.

"Awas saja Kimmi sialan itu," Teriak Lara lantang.

Beruntung ke duanya berada di Toilet yang jauh dari kelas. Hingga suara teriakkan nyaring melengking Lara tak menyakiti gendang telinga orang lain selain Yunita.

Gadis berambut hitam sebahu itu menggosok ke dua daun telinganya. Ia mendesah berat dan melangkah mendekat ke arah Lara. Ia memperbaiki tatanan rambut Lara. Ia juga merapikan seragam Lara.

"Ayo, cepat! Semakin cepat kau menyatakan cinta. Maka semakin cepat pula kau bebas dari taruhan itu. Hanya satu minggu bukan?" tanya Yunita pada Lara.

Lara menganggukkan kepalanya dengan lesu. Yunita menjepit poni Lara ke samping hinga gadis itu terlihat dewasa bukan lagi kesan imut.

Lara dan Yunita melangkah keluar dari kamar mandi. Saat itu ke duanya bertemu dengan Kimmi terlihat menunggu Lara di pintu keluar Toilet wanita.

"Dia berada di kantin saat ini. Ingat Lara kau harus menciumnya saat dia menerimamu. Jika dia menolak maka kau akan mendapatkan hukuman lain yang jelas-jelas akan membuatmu mati berdiri." Peringat Kimmi dengan bersidekap tangan di dada.

"Tenang saja. Tak ada satu orang lelaki pun yang mampu menolak pesona seorang Lara Smith," Tutur Lara dengan angkuh.

Kimmi tersenyum miring di depan Lara dan Yunita membuat ke dua gadis itu mendengus tak suka. Kimmi tau pasti seorang Aiden Brown, tak akan mau berhubungan dengan gadis mana pun. Karena lelaki itu terlalu serius dengan buku.

"Kita lihat saja nanti!" balas Kimmi mendahului ke dua gadis itu.

Lara mengengam tangan Yunita dengan kuat. Ia begitu malu saat ini dan nanti pastinya. Bagaimana seorang Lara Smith gadis cantik, artis papan atas dan kaya menyatakan jika ia jatuh Cinta pada lelaki Miskin, Culun dan terlihat menjijikan itu.

Lara rasanya ingin menenggelamkan dirinya ke lautan api saja saat ini. Jika Ibunya tau Lara akan di marahi habis-habisan. Dan melihat wajah dingin menakutkan sang Ayah jauh lebih baik dari pada menyatakan cinta pada lelaki jelek itu.

"Anggap saja ini aktingmu saja seperti yang bisa kau lakukan," bisik Yunita pada daun telinga kanan Lara.

Ke tiganya berhenti di ambang pintu kantin mewah Amsterdam High School membuat banyak anak-anak melihat ke arah ke tiganya. Terutama ke arah dua gadis cantik yang sudah lama bersahabat itu.

Kimmi menunjuk sudut ruangan dengan matanya. Lara menatap lelaki pucat dengan kaca mata bulat tebal menghiasi wajah putih itu. Pakaiannya begitu dekil dan sobek sedikit di beberapa bagian.

Lelaki itu makan dengan wajah tertunduk. Para lelaki tampan di berbagai sudut seakan mencoba menarik perhatian Lara yang melangkah memasuki kantin dengan langkah pelan.

Yunita ingin mengikuti Lara namun tangan Yunita di tahan oleh Kimmi. Gadis itu ingin Lara sendiri ke sana. Kimmi ingin melihat pertunjukan menakjubkan. Dimana Lara Smith musuhnya menyatakan cinta pada lelaki culun. Dan lebih memalukan lagi lelaki itu akan menolak seorang Lara Smith.

"Tenang Lara Smith! Saat ini kau sedang berakting. Maka lakukan sebaik mungkin dari pada kau mendapatkan hukuman menjadi pembantu Kimmi selama satu bulan."

Itulah yang Lara katakan berulang kali pada dirinya. Orang berbisik-bisik saat Lara telah berdiri di samping meja Aiden.

Merasa ada yang berdiri di samping meja yang ia tempati Aiden mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Lara. Wajah Aiden langsung memucat melihat wajah cantik Lara. Gadis itu terlihat semakin sempurna di lihat dari dekat. Membuat jantung Aiden berdetak tak karuan.

"Kau yang bernama Aiden Brown bukan?" tanya Lara langsung.

"Ya. Aku aku," jawab Aiden setenang mungkin.

"Aiden Borwn maukah kau menjadi pacarku?" Teriak Lara lantang dengan menutup ke dua matanya.

Hati Lara memaki dengan segala isi kebun binatang. Mata Aiden membulat sempurna mendengar peryataan Lara. Murid yang berada di sana bersorak tak percaya dengan apa yang mereka dengar.

Seorang Lara Smith menyatakan perasaan pada seorang anak buangan. Yang hanya mengandalkan otaknya saja.

"Astaga!"

"Senior Lara menyatakan cinta."

"Pada Si culun?"

"God!"

"Aku tak salah dengar?"

"Gila!"

Itu lah pekikkan dan bisikan yang membuat seluruh isi kantin heboh. Yunita menatap punggung Lara dengan wajah kasihan. Sedangkan Kimmi tersenyum penuh kemenangan.

Aiden membeku ia tak tau harus beraksi seperti apa di depan Lara. Gadis pujaan hatinya sekaligus cinta pertamanya. Yang ia pikir tak akan pernah ia gapai. Namun siapa sangka gadis itu sendiri menghampirinya dan menyatakan Cinta.

Lara membuka ke dua matanya karena tak kunjung mendengar jawaban Aiden. Sementara kantin sudah riuh mendengar pengakuan memalukan itu dari bibirnya.

"Culun cepat terima aku! Jika tidak akan aku buat kau mati dalam rasa sakit penderitaan dunia," ucap hati kecil Lara memandang Aiden dengan pandangan tak terbaca.

"Apa kau tak mau menerima peryataan cintaku?" tanya Lara di tengah hiruk pikuk suara orang-orang.

Suara Lara membuat Aiden kembali ke alam sadarnya. Ia menatap Lara dengan pandangan malu.

"Iya aku mau jadi kekasihmu," jawab Aiden membuat suara kantin semakin riuh.

Lara tersenyum masam mendengar jawaban Aiden. Dan tugas pertama memang selesai namun tugas ke duanya kembali menanti bukan?

Lara menundukkan wajahnya mensejajarkan wajahnya dengan Aiden.

"Wooooooooowww !!!!!!"

Teriak seluruh isi kantin Aiden membeku di tempat duduk. Lara memiringkan kepalanya dan mengecup pipi Aiden dengan cepat. Dan menarik wajahnya berdiri seperti semula.

"Mulai dari sekarang kau adalah pacarku." Ucap Lara dan membalikan tubuhnya lalu melangkah cepat menuju Kimmi dan Yunita berdiri di ambang pintu masuk kantin.

Aiden merasa jantungnya meledak. Bahkan ke dua lubang hidungnya meleleh darah segar.

"Aku sudah melakukannya dan ingat hanya satu minggu," ucap Lara saat berada di depan Kimmi. "Ayo! Yunita kita pergi." Ucap Lara langsung menarik tangan Yunita melangkah keluar dari kantin.

Kimmi hanya terdiam dan menatap ke arah Aiden. Ia mengeram melihat Aiden, rencananya tak berjalan sesuai yang ia inginkan.

Kimmi keluar dari kantin sedang kan di sana Aiden terlihat di kerubungi lelaki yang menjadi fans Boy Lara. Lelaki itu di siram dengan kuah sup panas oleh lelaki yang menatap Aiden murka.

Sedang Aiden tak dapat berbuat banyak. Lelaki itu kembali di bully oleh anak lelaki.

"Dasar tak tau diri beraninya kau merebut Lara!!!"

"Mulai saat ini kau tak akan ada waktu untuk bernapas normal."

"Dasar orang miskin menjijikan."

Itulah segelintir kata yang Aiden dengan saat para lelaki kaya itu menghajar Aiden habis-habisan. Sedangkan murid perempuan hanya menatap malas dan melangkah meninggal kantin karena lima menit lagi kelas mereka akan kembali di mulai lagi.

📣. 📣. 📣

PLAK!!!

Gadis cantik itu tersungkur ke lantai saat pipi kirinya di tampar kasar. Lelaki paruh baya itu menatap anak gadisnya dengan pandangan marah. Sedangkan wanita paruh baya di sampingnya mencoba menghentikannya agar tak memukul putrinya.

"Sudahlah sayang! Besok Lara akan mengadakan syuting iklan. Kau jangan lukai wajahnya itu akan membuat orang-orang bergosip," cegah Nyonya Smith pada suaminya.

Tuan Smith mengeram melihat Lara yang berusaha berdiri dengan menyentuh pipi kirinya yang berdenyut nyeri.

"Dasar anak tak tau diri! Bagaimana bisa dia membuat berita memalukan itu." Ucap Tuan Smith lalu melangkah pergi meninggalkan ruang keluarga.

Nyonya Smith membawa Lara duduk ke kursi ruang tamu. Ia memerintahkan kepala pembantu membawakan kantung es batu dan obat penghilang sakit.

"Dasar, kau bodoh. Kenapa membuat Papa mu marah. Kau tau Papa mu menaruh mata-mata di sekolahmu. Jadi jangan berbuat bodoh Lara Smith. Karena nama baik keluarga bersama dirimu," peringat Nyonya Smith angkuh.

"Maafkan aku Mama. Aku kalah taruhan hinga melakukan hal itu," jawab Lara jujur.

Ke dua pipi Lara telah di penuhi oleh genangan air mata. Nyonya Smith mendesah mendengar perkataan anak semata wayangnya. Keluarganya selalu di sorot oleh banyak media. Selain karna Lara seorang artis mereka juga keluarga terpandang. Karena Ayah Lara adalah Mentri kabinet .

"Ini Nyonya Smith." Tutur Pengurus Rumah pada sang majikan sambil meberikan permintaan sang Nyonya besar.

"Obati pipimu dan jangan menangis bodoh. Kau itu akan membuat wajahmu hancur saja besok. Kau mau Papa mu tambah marah jika ada pemberitaan buruk tentang keluarga kita huh?" Tutur Nyonya Smith, lalu meletakan kantong es ke tangan Lara dan berdiri dari duduknya pergi begitu saja.

"Sialan !" Umpat Lara melempar kantong es itu kelantai dengan keras.

Para pembantu hanya menatap Lara dengan pandangan beragam. Lara berdiri dan langsung berlari ke kamarnya. Ia benci keluarga, ia berharap ke dua orang tuanya mati saja jika begini. Ia kurang kasih sayang dan di perlakukan buruk. Dimana ia di tuntut untuk sempurna setiap waktu.

Mana ada manusia yang terlahir sempurna di dunia ini. Namun Papa nya tak ingin tau akan hal itu.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Jade Meamoure

Jade Meamoure

Cinta itu buta tapi bisa membedakan yang bawa motor dan yang bawa mobil 😂😂😂

2023-08-04

1

Toshio Inge

Toshio Inge

liat iklan d fb dan ternyata bagus 😍😎

2021-01-13

0

Iva Fardhany

Iva Fardhany

ortu yg otoriter

2020-12-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!