"Semuanya di mulai karena kebodohan ku. Kebodohan di masa lalu yang menjadi batu sandungan di masa depanku. Dan aku terjebak di labirin penyesalan tiada akhir!"
~Lara Smith~
.
.
.
.
Menyesal! Satu kata yang terus berputar-putar di benak kepala gadis cantik itu. Bagaikan mengantarkan nyawa ke pada malaikat maut dengan ke dua kakinya sendiri. Ia harus terjebak dan jatuh pada lubang yang sama.
Ia menatap nanar wajah lelaki yang terlelap dengan polosnya di samping tubuhnya. Gadis itu menatap nanar ke arah jarum jam di dinding yang berdetak teratur.
Ingin rasanya Lara berteriak nyaring dan menghempas segala semua barang yang ada di dekatnya. Namun apa daya? Ia tak punya kekuatan lebih untuk bisa melakukan itu. Hanya sekedar bergerak saja dari posisi terlentang nya ia tak bisa.
Tubuhnya sakit begitu juga dengan organ intimnya. Meski bukan pertama kali ia melakukan hal intim namun rasa sakitnya masih sama. Dimana lelaki gila itu merenggut mahkota berharganya tampa peduli kesakitan nya.
Dan untuk ke dua kalinya ia di tiduri oleh lelaki yang sama. Entah haruskah ia bersyukur karena yang menjadi Bosnya adalah lelaki kejam yang pernah memberikan Lara kehidupan. Dimana lelaki bernama Aiden Brown itu pernah menyelamatkan nama baiknya. Dan juga menyelamatkan dirinya dari tindak pemerkosaan.
Namun dia juga yang memperkosa diri Lara. Lalu apakah Lara harus bersyukur? Gadis itu tak menemukan jawaban dari pertanyannya itu.
"Ah!" Rintih Lara ketika ia mencoba membalikan tubuhnya ke samping kiri.
Namun saat itu pula tangan kekar Aiden menarik tubuhnya memeluk tubuh Polos Lara dari belakang. Lara merasakan tubuhnya membeku saat merasakan pelukan erat Aiden. Dan juga hembusan nafas hangat Aiden yang menerpa bahu polosnya.
Aiden menatap jam yang berada di dinding menunjukan pukul dua siang. Lara mencoba melepaskan pelukan Aiden yang begitu erat di perutnya. Gadis itu merasa lapar setelah apa yang terjadi. Bahkan Pemerkosaan yang Aiden lakukan belum genap satu minggu.
Hanya hitungan hari lelaki itu kembali melakukannya. Gadis itu yang terlalu bodoh. Bagaimana tidak? Ia menandatangani surat kerja tampa membaca beberapa lampiran di belakangnya. Karena melihat gaji yang fantastis.
Sekarang Lara baru menyadari tak ada gaji yang besar di balik resiko yang besar pula. Di surat kerjanya di sana tercantum dimana Lara tak hanya menjadi sekretaris saja. Namun merangkap menjadi pemuas nafsu sang Bos kapan saja dan di mana saja.
Gila? Ya, jelas itu sangat gila dan jika Lara menolak gadis itu di kenakan biaya Pinalti sebesar satu miliyar dolar. Dan Lara berpikir dari mana ia akan mengambil uang sebanyak itu. Untuk makan saja ia susah, apa lagi untuk ganti rugi.
Dan otak Lara sudah ketakutan jika lelaki yang ia layani adalah lelaki bau tanah. Lelaki reyot yang bisa mati kapan saja. Dan bayang lelaki yang pernah ia bunuh membuat Lara semakin takut.
Namun ketakutan Lara sirna saat melihat lelaki tampan itu tersenyum menyeringai ke arahnya. Bukan takut lagi yang Lara rasakan namun rasanya ia mau mati berdiri saat itu. Namun dengan hati yang di kuat-kuatkan Lara menghadapi Aiden. Hingga lelaki tak tau malu itu berakhir di atas ranjang bersama dirinya.
"Mau kemana heh?" tanya Aiden dengan suara serak bangun tidur.
Aiden terbangun karena pergerakan tubuh Lara yang gelisah. Lara mengalihkan tubuhnya hingga berhadapan dengan tubuh Aiden. Wajahnya mendongkrak guna melihat wajah tampan Aiden.
"Aku ingin mandi dan sarapan, aku sangat lapar," tutur Lara jujur.
Mata bulat bening Lara beradu dengan mata tajam Aiden. Lelaki itu melepas pelukannya. Lara mencoba duduk dengan pelan. Aiden hanya memperhatikan bagaimana ekspresi wajah Lara. Gadis itu meringis di setiap ia mengerakkan tubuhnya.
Aiden turun dari tempat tidurnya dan meraih kimono tidurnya. Ia memasang Kimono lalu melangkah mendekati Lara yang terlihat masih kesulitan untuk meringsut turun dari ranjang.
Aiden langsung mengendong Lara menuju kamar mandi. Lara membeku menerima perlakuan Aiden. Lelaki itu membawa tubuh polosnya tampa selimut dan mendudukkannya di dalam Bathroom. Ia mengisikan air hangat dan beberapa aroma sabun.
Lara kembali lagi meringis merasa kan sakit di bawah sana. Cairan sabun yang Aiden campurkan ke dalam air membuat banyak busa di atas kulit air. Lara mulai merasa rileks karena aroma sabun.
Aiden meninggalkan Lara sendiri di dalam kamar mandi. Hembusan napas lega dari Lara terdengar jelas. Meskipun tau ia terjebak pada hal yang sama. Sekali lagi, Lara menyesali keputusan nya. Pria itu begitu dingin padanya. Wanita cantik ini tau itu adalah kesalahan nya pada saat itu. Jika saja, saat itu ia tidak memperlakukan Aiden dengan semena-mena. Membuat pria itu benar-benar hancur.
Ke dua manik mata Lara tertutup perlahan oleh kelopak mata. Wanita ini memilih mencoba menenangkan dirinya. Apapun yang terjadi ke depan nya. Harus tetap ia lalui. Ia harus tetap kuat apapun yang terjadi. Rasa sesal tidak akan berarti apa-apa lagi. Kala semua nya telah jauh berbeda.
Di belakang pintu kamar mandi Aiden menyadarkan punggung belakang nya di pintu kayu. Hembusan napas pelan mengalun. Tidak ada yang tau apa yang tengah pria tampan dan sempurna ini pikirkan. Terutama pada wanita di dalam sana. Apakah ia benar-benar membenci nya atau malah mencintai nya. Rasa yang masih samar. Sungguh sangat samar.
* * *
Di pintu ke datangan luar negeri terlihat satu orang perempuan cantik berserta lelaki tampan yang tersenyum. Ke duanya bahagia karena kembali bisa menghirup udara segar negara kelahirannya.
Sang gadis semakin terlihat dewasa. Ia tersenyum menatap papan nama dirinya berserta nama sepupunya. Ke duanya menyeret kopernya mendekati lelaki paruh baya yang di utus untuk menjemput ke duanya.
"Selamat datang Tuan dan juga Nona, di Belanda," serunya dengan wajah penuh kebahagian.
Ke duanya mengangguk dan tersenyum. Sang lelaki tersenyum lebar saat layar ponselnya menampakan foto gadis cantik yang ia cintai namun terpaksa di tinggalkan karena harus melanjutkan studynya di Canada.
"Lara! Aku kembali lagi. Bagaimana kabarmu hem? Semoga kau baik-baik saja. Aku akan segera melamarmu seperti janjiku dulu padamu," tutur sang lelaki dengan mata tajam itu.
"Aku tak sabar bertemu dengannya Kak. Sudah lima tahun lebih aku meninggalkan Belanda. Dan aku berharap kita akan bisa mengejutkannya," tutur sang gadis pada sepupu tampannya itu.
"Tentu saja. Ia pasti terkejut dengan kehadiran kita berdua. Ah! Kau hanya lima tahun tapi aku sudah tujuh tahun tak bertemu dengannya," tutur sang lelaki cemberut.
"Ah! Iya kau benar Kak. Aku yakin aku lebih cantik darinya sekarang," ucap sang gadis penuh keyakinan.
"CK! Jelas salah. Dia lebih cantik dari dirimu itu yang benar." Ledek sang lelaki lalu melangkah menjauh dengan cepat.
Adik sepupunya itu berteriak tak suka. Bahkan ia tak malu menjadi pusat perhatian orang-orang di bandara.
.
.
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Cempluk Wahyuni
bingung alur per episodenya
2020-07-18
2
Riski Damayanti
😯
2020-07-15
0
Nero_Kyrie
hmmm .. apakah laki2 itu pacarnya Kim Sohyun 🤔
2019-12-06
1