"Sekuat apa pun aku mencoba menepis rasa ini. Ia tetap berada di dalam relung hatiku. Hingga terkadang aku merasa tersiksa hanya karena sebuah Rasa Cinta."
~Lara Smith~
.
.
.
.
.
Bau Obat-obatan tercium sangat pekat. Lara menghela napas untuk kesekian kalinya. Ia hanya mendengar sekilas penjelasan Dokter muda di depannya itu. Entah kemana pikirannya kini tengah berkelana.
"Apa ada yang ingin Nyonya tanyakan? Karena biasanya Ibu muda selalu antusias menanyakan banyak hal tentang kehamilannya," tutur sang Dokter membuyarkan lamunan Lara.
"Ah! Tidak Dokter. Aku hanya masih belum percaya jika aku akan menjadi seorang Ibu sebentar lagi," jawab Lara dengan senyum di paksakan.
"Ah! Begitu ternyata. Sekali lagi selamat ya Nyonya."
"Ya, terimakasih Dokter." Ucap Lara lalu berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangan Dokter Kandung itu dengan wajah lelah.
Lara melangkah dengan perlahan dan duduk di bangku tunggu Rumah Sakit. Tangannya bergerak menyentuh perut ratanya. Ia masih ingat dengan jelas berapa usianya.
Dokter itu mengatakan bahwa usianya sudah memasuki usia dua bulan. Itu berati ia sudah ada di saat Lara bekerja menjadi sekretaris Aiden. Dan Lara yakin jika di hitung maka itu tepat setelah Aiden memperkosanya saat itu.
Flashback On
Lara mengepalkan ke dua tangannya. Ia menyemangati dirinya sendiri. Suara musik begitu gaduh mampu menulikan Indra pendengaran. Lara bekerja mejadi pelayan di salah satu Club Mahal di salah satu perumahan mewah di Amsterdam.
Saat masuk ke ruangan ia menata beberapa kaleng Bir di salah satu ruangan yang di gunakan sebagai ruangan karoke. Beberapa gadis lainnya juga sama seperti Lara. Ia mencari uang tambahan di malam hari.
Kebanyakan para karyawan yang bekerja di Club malam adalah mahasiswa. Atau pun orang yang butuh biaya besar untuk menyokong kehidupan sosial mereka. Sedangkan Lara bekerja di Club malam agar ia bisa mengumpulkan uang untuk biaya kuliah tahun depan.
Lara sangat tau ia butuh uang untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih baik. Agar ia bisa hidup lebih baik lagi dari pada saat ini. Dan uang bekerja di restoran mau pun Cafe tak bisa mencukupi itu.
Di tambah ia juga mengirimkan uang saku untuk sang Ayah di dalam Sel. Sejahat atau pun sebejat apa pun orang tua, sebagai anak Lara masih menyayangi orang tua satu-satunya itu.
"Lara Smith?" panggil sang Bos.
"Ya, ada apa Bos?" Jawab Lara sambil menghampiri sang pemilik Club.
"Tolong antar kan minuman di ruangan VIP. Dan ingat layani dia dengan baik karena dia bukanlah orang sembarangan. Jangan sampai kau mengecewakan aku," peringat Lelaki paru baya itu.
"Siap Bos." Jawab Lara dengan senyum yang di paksakan.
"Cepat bergerak!" serunya lagi.
Lara langsung menuju ruangan yang di sebutkan. Namun sebelum itu ia harus mengambil Wine khusus di ruangan bawah tanah. Lara telah cukup terbiasa dengan kehidupan malam. Ia cepat beradaptasi dengan pekerjaannya.
Dan karena kerja di Club Lara bisa membelikan makanan yang layak untuk dirinya dan juga bisa membayar kontrakannya tepat waktu. Lara mengembangkan senyumnya saat ia sudah berada di depan pintu.
Namun Lara sedikit heran, pasalnya di luar pintu ada dua penjaga berbadan kekar yang menghalangi Lara masuk.
"Apa yang kau bawa?" tanya lelaki berbeda kekar dengan tato naga di lengannya.
"Hanya minuman saja Tuan," jawab Lara hampir terdengar seperti cicitan. Karena saking takutnya.
Yang satunya lagi memeriksa bawaan Lara. Setelah merasa tak ada yang aneh, barulah mereka mendorong Pintu masuk agar Lara bisa masuk.
"Selamat malam Tuan," ucap Lara dengan suara ceria.
Namum keceriaan Lara hilang begitu saja. Saat melihat siapa yang tengah duduk menatapnya dengan pandangan Predator yang siap memangsa.
Tubuh Lara seketika menegang. Bahkan botol kaca yang berisi Wine di atas nampan langsung terjun bebas di lantai. Hingga kedua botol itu pecah begitu saja.
"Selama malam, Lara Smith! Apa kabar sayang?" sapa sang lelaki dengan suara berat penuh keangkuhan.
Lara terduduk di lantai melihat wajah Tampan Aiden Brown. Aiden tersenyum sinis melihatnya, ia melangkah mendekati Lara dan menekukkan kakinya guna menyamakan tinggi wajahnya dan wajah Lara.
"Aku merindukanmu sayang. Dan juga kau berhutang besar padaku," lanjut Aiden lagi.
"Maafkan aku, Aiden," ucap Lara begitu lirih.
Mendengar permintaan maaf Lara. Aiden tertawa kesetanan, ia mencengkram rahang Lara. Membuat gadis itu meringis kesakitan, namun Aiden tak menghiraukannya sama sekali.
"Apa dengan maaf mu Nenekku akan hidup kembali sayang?" Tanya Aiden dengan suara serak.
Aiden menyeringai nakal saat melihat paha mulus Lara terekspos karena ia menekuk kakinya. Rok hitam mini yang ia pakai membuat Aiden menatapnya dengan pandangan lapar.
"Kita bermain sebentar sayang. Aku akan memuaskan mu, hinga matahari tampa lagi," ucap Aiden dengan senyuman evil nya.
Aiden melepaskan cengkraman tangannya dari rahang Lara. Dengan gerakan cepat ia mengendong tubuh Lara di depan. Tak ia hiraukan teriakan bahkan pukulan keras dari ke dua tangan Lara. Saat pintu terbuka, anak buah Aiden terkejut namun segera menyembunyikan rasa terkejut nya.
Karena bagi mereka melihat sang Bos membawa seorang gadis adalah hal biasa. Namun membuatnya menjadi tak biasa adalah pegawai yang Aiden bawa. Karena biasanya Aiden hanya akan bermain dengan model hot dan juga artis ternama yang lebih seksi.
Malam dimana kesucian yang Lara jaga direngut begitu saja. Dan pada pagi harinya lelaki itu hanya melemparkan cek di depan Lara. Seakan yang mereka lakukan adalah kesepakatan bersama. Dan seakan Lara adalah ******* yang bersedia melayani Aiden.
Flashback Off
"Apa yang harus Mama lakukan sayang? Mama takut ia akan membunuhmu. Atau ah!" Lara tak mampu melanjutkan perkataanya.
Sedangkan di lain tempat Aiden tengah menatap layar datar komputernya. Ia mengecek data-data yang masuk ke dalam Komputer.
Sudah satu jam lebih Aiden berkutik dengan berkas-berkas dan Komputer.
Aiden merenggangkan seluruh persendiannya yang terasa pegal. Ia berdiri dari kursi kerjanya dan melangkah keluar dari ruangan kerjanya.
"Apa Lara telah Pulang?" tanya Aiden pada salah satu Maidnya.
"Belum tuan, Nona Smith masih belum pulang," Jawab sang Maid dengan penuh hormat.
Aiden mengangguk mengerti, ia melangkah menuju kamarnya dan masuk ke dalam kamar. Aiden meraih Ponsel yang berada di atas nakas. Dengan lihai jari-jari tangannya menari di atas layar datar segi empat panjang itu.
Ia mengetik Pesan lalu mengirimkannya pada Lara. Namun baru satu detik Pesan di kirim Pintu kamar Aiden terbuka. Menampakan orang yang Aiden cari telah berada di depan Aiden.
"Dari mana saja kau, huh?" tanya Aiden penuh selidik.
"Dari Rumah Sakit, aku memeriksakan kesehatanku. Aku kekurangan nutrisi dan juga kekurangan darah," jawab Lara tak sepenuhnya bohong.
Lara melangkah menuju ranjang. Ia meletakan tas kecilnya di atas nakas dan berbaring di ranjang Aiden. Lelaki itu memaksa Lara tinggal satu rumah dan juga satu ranjang dengannya.
Dua bulan lebih terlah berlalu. Aiden menatap Lara dengan pandangan tak bisa di gambarkan. Ke dua mata Lara terpejam Aiden menaiki ranjang dengan pelan.
Entah kenapa Aiden merasa kasihan melihat wajah letih Lara. Ia ikut merebahkan tubuhnya di samping tubuh Lara. Ia menarik tubuh Lara masuk ke dalam pelukannya. Lara hanya diam saja, masih sama dengan ke dua mata tertutup.
"Besok tak usah masuk kerja saja. Dan kau harus makan makan yang bergizi. Jangan sakit, Lara. Karena aku membutuhkanmu selalu di sisiku." Ucap Aiden dengan mengelus puncak kepala Lara dengan sangat lembut.
Nyaman dan hangat itulah yang Lara rasakan saat ini. Ia tersenyum dalam dada bidang Aiden. Ia begitu bahagia di perlakuan dengan sangat lembut oleh Aiden. Yang jadi pertanyaan Lara adalah apa benar lelaki yang tengah memeluknya itu membutuhkannya. Dan apakah Aiden masih mencintainya seperti dulu.
Lara berharap jika rasa itu masih ada di dalam hati Aiden. Seperti ia yang mencintai Aiden terlepas apa yang terjadi di antara ke duanya.
Masa lalu sudah berada di belakang. Dan Lara berharap Aiden tak akan menatap kembali ke masa lalu.
"Bolehkah aku berhenti menjadi sekretarismu Aiden?" tanya Lara pelan.
Namun masih bisa di dengar oleh pendengaran Aiden. Aiden melepaskan pelukannya dan menatap wajah Lara yang mendongak menatap nya.
"Apa yang kau katakan tadi?" tanya Aiden dengan rahang yang mengeras.
"Bisakah aku berhenti menjadi sekretarismu?" ulang Lara lagi.
"Apa maksudmu, huh!" teriak Aiden dengan suara marah.
Lara tersentak mendengar teriakan marah Aiden. Lelaki itu langsung beringsut berdiri dari tempat tidur di ikuti oleh Lara.
Lara berdiri di belakang tubuh Aiden menatap Aiden dengan pandangan tan terbaca. Aiden membalikan tubuhnya hinga wajah marahnya terlihat jelas.
"Jangan memancing kemarahan ku, Lara Smith." Ucap Aiden dengan meremas ke dua sisi bahu Lara hingga Lara meringis kesakitan.
"Aku punya alasan Aiden." Ucap Lara di sela ringisanya.
"Apa alsanmu, hah!" teriak Aiden di depan wajah Lara.
"Aku hamil," ucap Lara lemah.
"Apa??" ucap Aiden terkejut.
"Aku hamil Aiden. Dan aku tak bisa kelelahan karena itu aku tak bisa bekerja lagi," ucap Lara dengan wajah letih.
Ia siap menerima apa pun yang akan Aiden lakukan padanya. Atau mungkin jika Aiden akan membunuhnya saat ini juga Lara tak apa. Lara telah lelah hidup seperti saat ini.
Greb
Aiden malah memeluknya dengan sangat erat membuat Lara membatu.
"Berapa bulan usianya?" tanya Aiden dengan suara yang berubah selembut sutra.
"Dua bulan," jawab Lara jujur.
"Terimakasih Lara," ucap Aiden dengan wajah penuh kebahagian. Ia memeluk Lara dengan senyum yang sangat lebar.
Tok !
Tok !
Tok !
Aiden melepaskan pelukannya dari Lara dan melangkah ke arah pintu. Ia membuka pintu kayu itu dengan wajah yang masih bahagia.
"Ada apa?" tanya Aiden langsung pada intinya.
"Maaf tuan, Nona Venus baru saja datang bersama Perawat Clara," ucap sang Maid.
"Venus datang?" tanya Aiden dengan suara ceria. Wajahnya terlihat semakin hidup.
"Ya tuan," jawab sang Maid.
"Pergilah siapkan kamar Venus. Dan aku akan turun kebawah sebentar lagi." Ucap Aiden langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Ada apa?" tanya Lara dengan wajah penasaran.
"Ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu." Ucap Aiden langsung menarik tangan Lara menuju lantai dasar.
Lara membeku di ujung tangga sendangakan Aiden berdiri di sampingnya.
"Venus!" teriak Aiden dengan suara lantang penuh kebahagian.
Sang pemilik nama menatap ke arah Lelaki tampan yang Memanggilnya. Ia mengembangkan senyum nya ke arah Aiden.
"Dia???" ucap Lara tak tau harus merespon seperti apa.
.
.
.
.
.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Yuni Audy
neneknya mgkin ya
2020-08-25
2
Nero_Kyrie
hahahahaha gw deg deg2an kirain Sehun Oppa bakalan marah denger Sohyun Halim eh hamil😂😂😂
2019-12-06
1