"Saat ini aku sudah menjadi lelaki yang kuat. Dimana aku sudah bisa melindungi diriku dan dirimu. Dan saat ini aku sudah yakin untuk memilikimu."
~Aiden Brown~
.
.
.
.
.
.
.
Aiden hanya tersenyum geli melihat wajah marah Lara. Aiden tak tau kenapa ia begitu suka menggoda Lara belakangan ini. Wanita cantik itu semakin terlihat imut di matanya ketika merajuk seperti saat ini.
Aiden mendekat dan memeluk Lara dari belakang. Dagunya bertengger di bahu Lara. Aiden dapat merasakan perut Lara yang semakin membuncit saja.
"Maafkan aku sayang. Aku hanya becanda saja. Mana mungkin aku tidak pulang di saat kau memintanya. Jadi jangan merajuk lagi. Atau kau mau aku menerkam mu saat ini juga?" Goda Aiden lalu mengecup ceruk leher Lara.
Wajah Lara memerah bukan karena marah tapi karena malu. Entah apa yang membuat ia malu. Padahal ke duanya berada di kamar. Dan patut di ingat Aiden memang membuat Lara mati kutu di setiap saat, oleh sentuhannya.
"Baiklah aku tidak akan marah lagi." Jawab Lara langsung membalikan tubuhnya dengan cepat.
Aiden tersenyum senang melihatnya. Lalu ia menarik Lara naik ke atas ranjang. Ia membawa Lara masuk ke dalam pelukannya.
"Apa kau merindukanku lagi seperti biasanya?" tanya Aiden penasaran.
Lara mengangguk pelan di dalam dada bidang Aiden. Lelaki bermata tajam itu menarik ke dua sudut bibirnya ke atas, melekung membentuk senyuman.
"Wah! Apa wanita hamil selalu merindukan Papa dari anaknya, hem? Jika iya, bagaimana jika kita membuat nya lagi lebih banyak agar aku selalu kau rindukan. Dan jika perlu, bagaimana jika kita membuat dua belas anak saja?" goda Aiden lagi.
Lara langsung mendorong pelan dada Aiden. Tangganya langsung memukul Aiden dengan keras. Membuat Aiden mengaduh dalam tawanya. Lara tak peduli, ia kesal saat ini. Lara merasa sangat kesal pada Aiden.
Ia terus menggodanya karena merindukan Aiden. Jujur saja Lara tak tau ada apa dengan dirinya. Ia selalu merindukan Aiden setiap menit waktu berjalan. Ia merasa ingin selalu melihat lelaki itu. Entah karena pengaruh bayi yang berada di dalam kandungannya atau tidak.
Yang pasti Lara hanya ingin mendengar suara Aiden dan wajah Aiden.
"Mesum!" cibir Lara dengan suara kesal.
"Tapi kau suka kan?" goda Aiden lagi.
"Ah! Tidak." Ucap Lara langsung turun dari ranjang.
Aide ikut dengan Lara saat wanita yang sudah mengikat hati dan jantungnya itu.
"Mau kemana?" tanya Aiden pada Lara saat Lara memutar engsel pintu.
"Aku mau tidur di kamar Venus," rajuk Lara.
Tangan Lara langsung di cekal oleh Aiden dan di tarik. Lara masuk kembali ke dalam pelukan Aiden.
"Aku hanya becanda sayang. Aku merasa sangat senang saat kau merindukan setiap saat. Dan kau tau, aku selalu punya alasan untuk pulang lebih cepat dari biasanya. Terimakasih telah mau menjadi milikku Lara. Aku sangat mencintaimu hinga kau tak bisa mengukur seberapa luas dan dalamnya perasaanku untukmu," tutur Aiden dengan suara beratnya.
Aiden tersenyum dalam dada bidang Aiden. Tak ada satu kata pun yang dapat di ragukan dari perkataan Aiden. Lara dapat merasakan ketulusan menyentuh hatinya.
"Jadi Karena itu, jangan pernah berhenti merindukanku meski dia telah lahir. Dan jangan pernah berpaling dari diriku. Karena aku hanya akan mencintai satu wanita saja di hidupku," lanjut Aiden lagi.
Baju tidur berwana hitam bermotif blang-blang itu terasa basah di depannya. Tubuh wanita yang kini ia peluk bergetar dengan pelan. Aiden memegang bahu Lara dan menariknya mundur. Ia dapat melihat ke dua mata bulat bercahaya milik Lara mengeluarkan banyak air mata.
"Ada apa? Apa kata-kata yang aku ucapkan menyakitimu. Atau Godaan itu telah keterlaluan hem? Atau ada yang sakit?" Teror Aiden dengan panik.
Lara mengeleng kan kepalanya kuat. Lara menengadahkan kepalanya guna melihat wajah panik Aiden.
"Maafkan aku," ucap Lara membuat Sehun semakin panik.
"Ada apa, Hem!"Wajah Aiden mengeras mendengar perkataan Lara.
Entah kenapa ia merasakan perasaan tak enak dari kata maaf Lara. Ia semakin mencengkram bahu Lara dengan kuat.
"Maaf karena aku tak bisa menjaga Nenekmu dengan baik saat itu," sesal Lara masih di bayang rasa bersalah.
Cengkraman ke dua tangan Aiden di ke dua bahu Lara melemah. Ia hanya bisa mendesah pelan. Aiden membawa Lara duduk di tepi tempat tidur.
Ke dua tangan nya terulur menyeka genangan air mata yang berada di ke dua pipi tirus Lara.
"Aku sudah memaafkanmu. Aku sudah menyelidiki itu dan yang bersalah memang ke dua orang tuamu bukan kau Lara. Jadi jangan menganggap itu menjadi beban. Dan aku tau Nenekku begitu menyukaimu. Karena saat kunjungan pertama nya ia mengatakan bahwa kau mengunjunginya dan mengatakan bahwa aku tak bersalah. Kau mengatakan padanya jika aku membelamu. Dan Nenekku mengatakan bahwa ia bangga padaku. Karena menyelamatkanmu," ucap Aiden menenangkan Lara.
Lara menatap ke dua mata Aiden dengan wajah tak terbaca. Tubuhnya tak lagi bergetar. Ibu hamil memang begitu sensitif hinga sangat mudah marah, menangis dan juga mood yang naik turun.
"Tapi tetap saja aku.."
Ssttt !
Aiden meletakan telunjuk tangannya di atas bibir Lara. Ia memberikan isyarat agar Lara tak banyak berkata lagi. Karena ia tak ingin Lara terbebani hinga menjadikan ia tertekan. Aiden tak ingin Lara dan janinnya bermasalah.
"Jangan katakan lagi. Hari sudah cukup larut malam. Tak baik Ibu hamil tidur malam-malam karena akan menganggu kesehatan." Ucap Aiden.
Aiden dan Lara menaiki tempat tidur. Seperti biasanya Aiden memeluk Lara saat tidur. Ia membelai puncak kepala Lara dengan pelan, memberikan kenyamanan pada Lara. Setelah itu ia membelai perut Lara yang terlihat lebih besar dari bulan ke bulan.
Sudah masuk bulan kelima kehamilan Lara. Namun tubuhnya terlihat semakin kurus. Ia memang kesulitan makan. Bisa di bilang Lara sangat susah hanya untuk makan. Terkadang Aiden dan Venus memaksa Lara makan dengan banyak cara.
Tapi tetap saja itu tak berdampak banyak. Lara banyak tak suka makan saat hamil. Ia begitu pemilih dengan makanan. Dan itu membuat Aiden sedikit kesal kadang-kadang.
Waktu menunjukan pukul tiga dini hari. Lara terbangun dari tidur lelapnya. Ia merasa tenggorokannya kering. Dengan perlahan Lara melepaskan pelukan Aiden yang berada di atas perut buncitnya. Lara turun dari ranjang dengan perlahan.
Ia melangkah menuju dapur. Lara menatap ke seluruh ruangan. Sepi! Itulah kata yang bisa Lara tangkap saat hampir mendekati lemari pendingin.
Saat tangan Lara membuka lemari pendingin. Seseorang membekap hidung Lara hingga ia kehilangan kesadaran.
Setelah berhasil, orang yang memaki pakaian serba hitam itu melangkah keluar dari rumah megah itu. Ia mengendong tubuh Lara dengan wajah penuh kebahagian. Karena bayaran atas penculikan wanita tengah hamil itu begitu mahal.
💐💐💐
Aiden membanting barang-barang yang berada di rumahnya. Ia menatap marah bekas darah yang menghiasi seluruh rumah besarnya. Beruntung Venus tadi pagi langsung di amankan ke rumah mertuanya.
Saat Aiden terbangun dari tidurnya. Ia mendapati di samping ranjang tak ada kehadiran Lara. Saat ia mencari keberadaan Lara, betapa murkanya Aiden melihat seluruh penjaga dan asisten rumahnya mati dengan beberapa luka tusuk.
Aiden langsung panik mencari Lara ke kamar Venus. Namun di sana hanya ada Venus masih tertidur dengan wajah damai. Aiden keluar mencari ketempat lain tak juga di temukan ke beradaan Lara.
Hanya ada sendal rumah yang tertinggal sebelah di ruangan dapur.
Itu membuat Aiden murka tampa ampun.
"Cari pengkhianat dan Pembunuh bayaran itu. Kerahkan semuanya mencari Lara! Jika Lara tak di temukan aku akan menghabisi kalian semuanya !!!" Teriak Aiden lantang.
Semua anggota Mafia langsung keluar dari rumah besar Aiden. Jimi mendekati Aiden dan menyentuh bahu Aiden dengan pelan.
"Apa ini tak ada hubungan nya dengan Gea, Aiden? Karena hanya dia yang dendam pada Lara," tutur Jimi.
Aiden yang kalut seketika terdiam. Benar juga! Hanya Gea yang tak suka dengan keputusan Aiden.
"Dimana Gea sekarang?" tanya Aiden seketika.
"Jepang. Dia berada di sana, dan kita semua tau jika Jepang adalah negara dengan Pembunuh bayaran terbesar dan juga hebat dalam menjali misinya," tutur Jimi.
"Iya. Abang benar," jawab Aiden nanar.
Sedangkan di tempat lain lelaki paruh baya menatap lelaki lusuh di depanya dengan wajah angkuh.
"Siapa kau, hah!" tanya lelaki lusuh itu dengan wajah heran.
"Jons Smith! Kau tak kenal aku atau namaku, huh?!" ucap lelaki berkarisma itu.
Tubuh lelaki lusuh itu bergetar ketakutan namun ia mencoba menekan rasa takut nya.
"Tidak, aku tak tau." Ucapnya langsung berdiri.
"Kurang ajar kau !" teriak Joshep Taylor Langtang.
Lelaki lusuh itu tak peduli ia melangkah menuju sang sipir. Namun pergerakan kakinya terhenti saat lelaki itu berkata sekali lagi.
"Dimana anakku ******** pencuri !!!" Teriaknya murka.
Wajanya lelaki itu semakin memucat mendengar perkataan Steven Kim.
"Aku ... Huk! Huk! " Ucapnya namun yang menjawab pertanyaan Jons Smith adalah batuk darah dan lelaki tua itu langsung kehilangan ke sadaranya.
"Tuan Smith" Teriak sang Sipir.
Joshep menghampiri Jons dengan panik. Ia meletak kan jari tangannya memeriksa denyut nadi di leher Jons Smith. Ia mengumpat dengan sumpah serapah saat ia tak merasakan pergerakan di nadinya.
"Jangan mati ******** di mana Putriku!" Teriak Joshep murka mencengkram leher baju Jons Smith.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Sri Haspida
kesahan penulisan nama thor🙏
2022-05-10
0
kris rahayu
kaya nya banyak tulisan yang salah ya, thor
2020-07-25
0
Leonita Ainingrum
ommo...udh lama aku bru bca lg nihhh novel...tp pas aku baca lg kok nama ama judul'a jd beda thor...why...aku pikir salah novel...😅
2020-07-02
2