Chapter 18

"Aku tak peduli jika aku harus berbohong untuk mendapatkannya. Karena yang pasti aku tak akan melepaskan nya karena dia adalah Cinta Pertamaku."

~Laura Taylor~

.

.

.

..

Aiden mengusap wajahnya dengan gusar. Hatinya resah gelisah, hanya dengan sebuah kertas berlambangkan rumah sakit. Ia berdiri dari kursi kekuasaannya dengan wajah tak terbaca.

"Apa Abang yakin dia benar-benar Lara Smith?" tanya Aiden dengan suara berat.

"Ya. Aku sudah menyelidiki semuanya. Dia benar Lara Smith, namun sepertinya dia melupakanmu Aiden," tutur Jimi menatap Aiden dengan pandangan biasa.

Mata tajam itu seketika bercahaya. Ke dua sudut bibirnya tertarik ke atas. Jimi merasa lega karena melihat senyum kebahagian yang tak pernah terbit di wajahnya kini kembali lagi.

"Abang!" Seru Aiden langsung memeluk Jimi.

Jimi menepuk punggung Aiden pelan. Ia tersenyum tulus, ia tak menyesal telah membohongi Aiden. Jika kebohongan yang ia buat bisa memberikan ke bahagia bagi Aiden Karena Jimi tau, Aiden tak akan mau mendekatkan Laura. Jika tau Laura bukanlah Laura.

Karena bagi Aiden hanya ada satu wanita di hatinya. Hanya Lara Smith! Gadis cinta pertama dan Cinta terakhirnya. Meski ke duanya berwajah sama tapi pasti rasanya berbeda. Tapi Jimi jamin Laura akan membuat Aiden jatuh Cinta padanya. Apa pun pasti gadis itu lakukan agar Aiden jatuh pada dirinya.

"Terimakasih, Abang." Tutur Aiden ketika melepaskan pelukannya pada Jimi.

"Sama-sama Aiden. Aku berharap kali ini kau dan Lara tak akan berpisah lagi. Dan ingat! Buat dia jatuh Cinta lagi padamu."

"Tentu," jawab Aiden penuh keyakinan, "Tapi dimana ia berada sekarang Abang? Apa dia masih berada di Paris?" tanya Aiden dengan wajah yang kebingungan.

Karena posisi Aiden dan Jimi kini telah berada kembali di Belanda. Kepulangan Aiden di percepat karena merasa tak nyaman di sana. Karena ia terus terbayang wajah Lara. Sedangkan Jimi masih di sana awalnya. Ia menyusun rencana dengan sangat matang. Agar Aiden tak curiga, dan semuanya berjalan dengan lancar.

"Menurut Informan yang aku utus untuk mengawasi Lara. Dia sudah berada di Korea sekarang. Bukankah itu berita bagus Aiden!" jawab Jimi menampilkan senyuman menggoda.

Aiden semakin mengembangkan senyum mendengar perkataan Jimi.

"Berikan alamatnya padaku, Abang. Aku tak sabar bertemu dengannya," tutur Aiden penuh semangat.

"Tentu. Tapi ingat Aiden jangan terlalu mendesaknya. Karena dia tak ingat apapun tentang dirimu dan dirinya di masa lalu. Cukup buat dia percaya dan nyaman padamu. Dan jika bisa buatlah ia jatuh Cinta padamu," anjur Jimi.

Aiden hanya mengangguk dan melangkah keluar dari ruangan kerjanya. Senyum yang awalnya melebar kini telah pudar saat melihat pintu ruangan kerja Aiden tertutup.

"Semoga kau tak menyadari perbedaan mereka. Dan jika kau menyadarinya, aku berharap saat itu kau telah mencintainya sebagai Laura Taylor bukan Lara Smith," tutur Jimi lirih.

Sedangkan di lain tempat wanita cantik itu tengah terlihat fokus menembak titik merah.

DOR !!

Prok !

Prok !

Prok !

"Wah! Kau semakin ahli saja sayang," seru lelaki bertubuh atletis itu entah sejak kapan sudah berdiri di belakang tubuh sang kekasih.

"Kakak!" Serunya dengan senyum lebar.

Sara meletakan Pistolnya di atas meja dan memeluk Louis dengan erat. Louis terkekeh Ketika merasakan pelukan posesif Sara.

"Aku tak akan pernah pergi darimu Sara William." Tutur Louis sambil mengelus pungung belakang Sara.

"Aku tau. Hanya saja aku takut kak melakukan hal menakutkan lagi. Aku tak ingin lelaki yang aku sayanggi melakukan ke salahan yang aku takutkan," tutur Sara lemah.

Pergerakan tangan Louis terhenti. Mata jernih namun tajam itu terlihat begitu berbeda dari biasanya. Sara melepaskan pelukannya ketika tak merasakan tangan Louis mengelus pungung belakangnya.

"Kakak marah? Aku ikut campur masalah Kak," tanya Sara dengan suara lirih.

Louis mendesah letih, Ke dua telapak tangannya menangkup ke dua sisi wajah Sara. Ke dua mata bulat jernih itu saling menatap. Kejernihan mata Sara membuat Louis tengelam di dalam cinta yang semakin dalam.

Cinta yang tak seharusnya di miliki oleh seorang Pembunuh berdarah dingin. Bagaimana seorang Ketua Pembunuh bayaran yang di kenal begitu kejam dan bringas. Bagaikan pun juga seekor Singga bisa juga berakhir menjadi kuncing penurut saat ia jatuh Cinta.

"Jangan khawatir aku tak akan pernah mengecewakanmu sayang." Tutur Louis dengan senyum lembut. Masih menangkup ke dua sisi wajah Sara.

Wajah Psikopatnya akan menjadi wajah malaikat saat bersama Sara William. Gadis itu begitu istimewa di mata seorang Louis Baron. Louis memiringkan wajahnya dan mengecup dalam dahi Sara.

Sara tersenyum lembut mendapatkan kecupan lembut dari sang pujaan hati. Memejamkan ke dua matanya. Menikmati kecupan di dahinya. Oleh sang pria gagah ini.

"Maaf," sesal Loius lirih. Sangat lirih, hingga Sara dapat merasakan penyesalan mendalam dari nada suara Louis.

"Tidak, Kakak! Ini bukan ke salahan Kakak. Hanya saja, saat itu harusnya aku berhati-hati hingga anak kita bisa Selamat," jawab Sara  tidak kalah lirihnya..

"Maka dari itu. Lepaskan saja semua dendam Kak pada Mafia Belanda itu. Karena itu tak ada hubungannya dengan dia bukan. Anak buahnya yang melakukannya. Dan bukankah sudah impas Kakak? Dia bahkan kehilangan Istri berserta putranya bukan?" Ucap Sara membelai wajah tampan Louis.

"Ya kau benar sayang. Namun tetap saja aku bersalah Padamu. Aku tak bisa melindungi dirimu dan anak kita," tutur Louis dengan mata sayu.

"Semuanya adalah kemauan takdir Kak. Berhenti merasa bersalah dan berhenti membalas dendam." Pinta Sara mengecup bibir Louis sekilas.

Louis tersenyum, namun seketika senyumnya berubah menjadi seringaiyan.

"Bagaimana jika hari ini kita membuatnya lagi," tutur Louis membuat tangan Sara melayang menepuk dada Louis pelan.

Dari kejauhan mata tajam kelam itu menatap ke duanya dengan pandangan tak terbaca.

"Maafkan aku," tuturnya dengan suara pelan. Lalu melangkah meninggalkan ruangan khusus menembak di bawah tanah rumahnya.

💊💊💊

"Sampai kapan anda akan menatap saya tuan?" peringat gadis cantik bermata blow itu.

Lelaki berkulit albino itu tersenyum lembut.

"Maaf," jawabnya pelan.

"Untuk apa?" tanya gadis itu penasaran

"Untuk semua kesalahanku di masa lalu," jawab Aiden lirih.

Laura berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat Aiden. Ia duduk di samping Aiden dan menggenggam tangan Aiden dengan pelan.

"Aku sudah mendengar semuanya. Jika aku adalah Istrimu, tapi maaf aku tak ingat apa pun," tutur Laura dengan wajah di buat-buat sedih.

Aiden mengeleng kan kepalanya dan membalas genggaman Laura yang di yakini sebagai Lara itu. Ia menyelipkan anak rambut Laura ke belakang daun telinga gadis itu agar tak menganggu wajah cantik gadis itu.

"Kau pasti akan mengingatnya secara perlahan. Tapi sebaiknya tak usah mengingatnya, karena di masa lalu aku terlalu bejat. Jadi cukup membangun kenangan masa depan yang indah saja," tutur Aiden menatap ke dua manik mata Laura dengan intens.

Laura tersenyum lebar. Bukankah itu benar? Aiden tak ingin Lara mengingat masa suram ke duanya. Dimana kehidupan ia hancur dan bagaimana pertemuan ke duanya hinga berakhir bersama.

Yang Aiden butuhkan saat ini adalah cukup Aiden berada di sisinya. Itulah yang terpenting bukan? Cukup melihat senyum, suara tawa dan wajah cemberut wanitanya.

Tapi apa jadinya jika sandiwara yang besar saat ini terbongkar suatu saat nanti. Akankah Aiden menerima Laura yang tak lain adalah adik kandung bahkan Saudara kembar wanita yang ia cintai.

Tak ada yang bisa meramalkan masa depan bukan? Maka biarkan saja kemana air akan mengalir membawa kisah pelik ini.

"Kau tau? Kenapa aku mengikutimu saat pertama kali pertemuan kita di Paris Aiden," tutur Aiden senormal mungkin.

Ia sudah berlatih dengan giat satu minggu bagaimana menjadi Aiden. Tingkah laku Aiden, bagaimana Laura memanggil Aiden. Semua yang Lara suka dan tidak Lara suka. Tapi anehnya gadis itu merasa ada yang jangal dengan semua informasi yang di berikan Jimi.

Bagaimana tidak? Apa yang gadis bernama Lara itu suka dan tidak Suka tak jauh darinya. Yah! Walau pun ada beberapa perbedaan. Dimana Laura tak bisa menari balet atau memainkan Piano.

Gadis itu hanya bisa melukis saja. Dan otaknya tak sehebat Sohyun. Ia juga sangat manja, di karenakan tumbuh besar sangat di manja oleh ke dua orang tuanya. Apa pun yang Laura mau selalu di turuti. Dan jangan lupa ke dua orang tuanya tak pernah menuntut banyak dari dirinya. Karena bagi ke dua orang tuanya cukup Laura bahagia itu sudah lebih dari apapun.

"Kenapa?" tanya Aiden.

"Karena ternyata hatiku tau pemiliknya memanggil namaku," jawab Laura membuat Aiden tertawa pelan.

"Ya kau benar." Ucap Aiden memeluk Laura dengan erat.

"Aiden!" seru Laura pelan.

Aiden melepaskan pelukannya di tubuh Laura.

"Aku tau kita sudah menikah. Tapi aku dengar tidak di gereja. Maukah kau menikah ulang denganku di gereja?" tanya Laura penuh harap.

"Ya. Mari kita menikah kembali. Namun kali ini aku ingin pernikahan yang sebenarnya. Seperti yang pernah kau impikan," jawab Aiden dengan pandangan bahagia.

"Terimakasih Aiden. Aku mencintaimu." Ucap Laura memeluk Aiden.

"Aku juga mencintaimu Lara," balas Aiden mengeratkan pelukan nya pada Laura.

Deg !!!

Sakit !

Itulah kata yang bisa mengambarkan hati Laura. Aiden mencintai Lara bukan dirinya. Namun ia tak akan pernah menyerah untuk mendapatkan hati Aiden setelah ke duanya menikah.

Dari sudut meja tersembunyi. Gadis memakai masker hitam itu berdecis tak suka dengan apa yang ia lihat.

"Bagaimana? Wanita ****** itu masih hidup?" Ucapnya menermas rok mininya dengan kuat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!