"Takdir yang telah tergariskan tak bisa di rubah dengan mudah. Meski itu terdengar Kejam! Tapi itulah kenyataan yang harus kita lalui. Baik kita suka atau pun tidak. Karena Takdir tak pernah bertanya apa yang kita mau. Namun apa yang akan kita raih dalam sebuah Story Kehidupan. Jika kau tak mampu maka kau kalah! Jika kau tetap bertahan di tengah rasa sakit dan Derita. Saat itulah kita keluar menjadi pemenangnya. Putuskan lah menjadi Pemenang atau Pecundang !!!"
~Author~
.
.
.
.
.
.
.
"Kau !!!"
Ke dua mata bulat jernih itu menatap ke dua mata elang dingin itu dengan pandangan heran. Aiden melangkah lebar dan setengah berlari hanya untuk dapat meraih tubuh mungil gadis cantik itu.
Ketika tubuh kekar hangat itu memeluknya. Jantungnya berdetak tak normal, ia tak tau kenapa lelaki itu mampu mematikan kerja otaknya. Hingga ia membiarkan lelaki asing memeluknya dengan erat. Biasanya ia akan mendorong siapa saja yang akan memeluknya. Tidak ada satu lelaki pun yang bisa memeluknya. Terkecuali sang Ayah, hanya lelaki berdarah America-Belanda itu yang bisa memeluknya.
"Apakah ini mimpi? Atau hanya khayalan ku saja. Kau berada di depanku Lara." Tutur Aiden dengan suara penuh kebahagian. Tangannya memeluk erat.
"Lara?" ulang Laura membeo.
Tubuhnya menegang dan perlahan mendorong Aiden dengan pelan. Ke dua mata bulatnya menelisik wajah Aiden.
"Aku bukan Lara! Dan kau salah orang. Namaku adalah Laura Taylor," tutur Laura dengan suara lantang.
Tak tau mengapa ia tak terima dengan Panggilan lelaki berkulit albino itu padanya. Cemburu? Bisa jadi. Ia cemburu dengan nama gadis yang lelaki itu sebutkan.
Aiden membeku sesaat, sebelum ia melangkah mendekat dan menangkup ke dua sisi pipi chubby sang gadis. Ke dua mata Aiden menatap gadis yang begitu mirip bisa di sebut Foto copy seorang Lara Smith. Sangat-sangat mirip hanya nama dan nama marga belakang keluarga nya saja yang berbeda.
"Kau bukan Lara Smith?" tanya Aiden begitu lirih.
Laura mengangguk pelan namun ia tak berkutik saat bibir Aiden sontak menatap nanar wanita cantik di depan nya ini. Ia marah pada kenyataannya yang ada. Jika wanita cantik ini bukanlah Lara yang sangat ia cintai. Bagaimana bisa?
Tangan Aiden terulur menyentuh sebelah pipi Laura. Entah kenapa wanita ini, tidak menangkis tangan lancang pria gagah di depan nya ini. Hatinya berdebar keras melihat wajah Aiden Brown.
Aiden merasakan jantungnya yang terpompa kencang. Jantung yang berdetak kencang saat ia melihat Lara.
Tidak ia temukan ada nya perbedaan.. Hatinya tetap hampa, namun ia tak memungkiri jika sebelah hatinya menginginkan gadis di depannya itu. Baik itu sebagai Lara mau pun tidak.
"Maafkan aku. Aku sepertinya salah orang," jawab Aiden kembali ke modus dingin.
Menurunkan tangan nya yang menyentuh pipi kanan Laura dengan perlahan. Sikap Aiden yang berubah membuat tanda tanya oleh Lara. Aiden melangkah meninggalkan Laura berdiri dengan wajah yang masih bingung. Namun sedetik kemudian ia membalikan tubuhnya dan mengejar lelaki yang telah kurang ajar menyentuh dirinya.
Aiden melangkah dengan pandangan mata kosong. Beberapa kali ia menabrak pejalan kaki lainnya. Namun ia tak peduli, ia tetap melangkah tampa ada kata maaf di mulutnya. Laura menatap Aiden dengan pandangan kasihan.
"Apakah gadis itu begitu berati baginya? Aku merasa iri pada gadis itu. Lelaki itu begitu menyukainya." Ucap Laura masih mengikuti Aiden dari belakang.
Laura tak tau sudah sejauh mana ia melangkah. Yang ia tau hanya saat ini hatinya meminta untuk terus mengikuti lelaki tampan itu. Hingga kakinya berhenti di loby Sebuah Hotel mewah yang juga ia tepati.
"Oh! Dia juga satu Hotel denganku? Apakah ini pertanda dia adalah jodohku?" Tanya Laura lagi pada dirinya sendiri untuk ke dua kalinya.
Aiden menaiki lift menuju lantai 20 dimana lantai itu hanya di gunakan oleh pemilik Hotel. Laura hanya menatap ke atas di mana Lift berhenti.
Ia mendesah dan berniat keluar dari Hotel namun tangan seorang lelaki mencegatnya. Hinga Laura menatap aneh ke arah sang lelaki berwajah tampan.
"Lara? Kau benar Luar?" Seru Pria memiliki senyum evil itu.
"Lara? Lagi-lagi ada yang memanggil namaku Lara. Siapa sebenarnya Lara itu hingga satu orang lagi memanggil aku dengan nama Lara," gerutu Laura masih dapat di dengar oleh sang lelaki.
"Kau Lara bukan?" tanya lelaki itu dengan wajah tak yakin.
"Maaf tuan. Pertama-tama lepaskan tanganmu dari pergelangan tanganku."Tutur Laura menatap tangan lelaki itu.
"Oh! Maaf." Jawabnya tak enak sambil melepaskan tangannya dari pergelangan tangan sang gadis.
"Namaku bukan Lara. Tapi namaku Laura Taylor," tutur Laura dengan suara sedikit kesal.
Moodnya seketika hancur hanya karena lelaki yang kini tak ada. Di tambah ada satu lelaki lagi yang memanggilnya dengan nama Lara. Laura jadi berpikir jika lelaki di depan nya itu juga menyukai gadis bernama Laura itu.
"Ah! Begitu." tutur Jimi tak enak hati, "Bisakah kita berbicara sebentar di cafe sebelah. Karena ada sesuatu yang ingin aku pastikan," lanjut Jimi dengan wajah memelas.
Laura mendesah letih. Namun anehnya ia menganggukkan kepalanya dan melangkah mersama Jimi ke Cafe di samping Loby Hotel.
Ke duanya duduk dengan secangkir Cofe. Jimi masih menelisik wajah gadis di depannya dengan seksama. Tak ada yang tak mirip semuanya mirip. Gadis di depannya itu memang terlihat seperti Lara Smith. Meski gadis itu menyangkal dengan foto KTP dimana ia terlahir dan besar di Roma.
"Apakah lelaki yang kau temui hari ini adalah ini orangnya?" Tanya Jimi menyodorkan benda segi panjang tipis yang menampilkan Foto lelaki yang menciumnya di Danau.
"Oh! Dia. Ya, Anda benar. Dia adalah lelaki yang memanggil aku dengan nama Lara Smith," jawab Laura jujur.
Terdengar jelas desahan dari bibir tebal seksi Jimi. Ia mengembalikan KTP Laura dan menyandarkan punggungnya ke kursi.
"Kenapa? Apa dia begitu berharga?" tanya Laura pelan.
"Ya. Dia sangat berharga bagi Aiden," jawab Jimi pelan.
"Jadi namanya Aiden. Nama yang bagus," ucap Laura dengan senyum lugunya.
Setelah di perhatikan lagi Jimi menemukan perbedaanya. Laura tak pernah tersenyum polos dan manja. Ia terlihat lebih dewasa dan juga mandiri. Terlihat beda sekali dengan gadis yang tengah duduk di depannya saat ini. Menilai kepribadian seseorang dalam satu detik adalah keahlian Jimi.
Namun seketika terlintas Ide gila di otak jenius Jimi.
"Nona Laura !" panggil Jimi.
"Ya, ada apa?"
"Maukah kau membantuku?"
"Bantu apa?"
"Tolong ..."
㊙㊙㊙㊙
Lelaki dengan senyum psikopat itu menatap wanita di depannya dengan pandangan bahagia. Ia mengunyah pelan makan yang di masak oleh wanita cantik itu.
"Makanan yang kau buat tak pernah berubah Sara," Tutur Louis di sela kunyah nya.
Sara tersenyum hangat mendengar pujian sang kekasih itu. Saat itu lelaki bermata tajam namun kelam itu masuk dan duduk di meja makan dengan menganggu moments romantis Sara William dan Louis Baron.
"Hei!! Revo William! Bisakah kau tak menganggu aku dan kekasihku. Aku baru saja akan berkata romantis untuknya." Ucap Louis marah.
Revo hanya membalasnya dengan menampilkan senyum Psikopatnya. Membuat Louis yang selalu tenang menjadi marah seketika.
"Ayolah adik ipar. Aku adalah Kakak Ipar mu jadi Sopan sedikitlah padaku, jika menginginkan adikku!" Peringkat Revo sambil memasukan makanan yang di buat oleh sang adik dengan wajah biasa-biasa saja.
Louis mendengus pelan. Sara hanya tersenyum melihat ke duanya.
"Sudahlah Kak. Kita akan pergi ke Canada minggu besok bukan? Jadi Kak Revo tak akan menganggu kita jika di sana," tutur Sara menghibur Pujaan hatinya.
Ke dua sudut bibir Louis tertarik ke atas mendengar perkataan Sara. Kini giliran Revo yang menampilkan senyum jijik melihat wajah Louis.
"Aku harus berlatih menembak Kak. Jadi makanlah yang banyak. Kak Revo juga, makan yang banyak." Ucap Sara langsung berdiri dari duduknya dan melangkah meninggalkan meja makan.
Kini tinggal lah dua orang lelaki penguasa organisasi Dark, pembunuhan bayaran nomor satu itu di meja makan.
"Anggota kita yang di tempatkan di Paris di bantai oleh Mafia itu. Apa kita akan bertindak sekarang, sebelum kekuatan dan kekuasaanya membesar," tutur Revo dengan suara menyeramkan.
Louis tersenyum polos. Jangan salah paham dengan senyum polos lelaki itu. Di balik senyum polos itu, ia adalah Iblis. Raja Iblis yang mendirikan Dark yang berlambang bunga seruni di bahu.
"Dia masih tak bisa melepaskan gadisnya yang mati itu ternyata," tutur Louis pelan.
"Tentu saja."
"Lalu bagaimana dengan wanita mu, Gea Miller. Pastinya dia juga mengincar wanita psikopat mu itu juga," ucap Louis tenang.
"Ya. Tapi dia tak akan bisa menyentuh wanitaku. Walau pun wanitaku membunuh gadisnya dan juga anaknya. Setidaknya dia masih punya satu anak lagi bukan?" Tutur Revo dengan memasukan sayur hijau itu ke dalam mulutnya dan mengunyah perlahan.
"Tapi aku ingin make baby dengan adikmu dulu. Setelah itu akan aku bereskan dia. Ah tidak! Bagaimana jika kakak ipar saja yang membunuh nya. Hitung-hitung balas jasa dari apa yang telah aku lakukan padamu." Tutur Louis dengan senyum menyeringai.
"Aku?"
"Ya, tentu kakak Ipar. Dan kau tau bukan? Sara tak suka aku menyentuh darah lagi. Aku tak ingin adikmu menolak menikahi ku. Karena aku sudah terlalu jauh masuk dalam pesonanya." Tutur Louis mengelap sisa makanan di sudut bibirnya.
"Baiklah. Tapi sebagai imbalannya kau harus membagi daerah kekuasaanmu denganku. Karena aku juga sudah membantu banyak dirimu. Bahkan juga menyerahkan adik cantikku untukmu," balas Revo membuat Louis tersenyum penuh kemenangan.
"Tentu."
Ke duanya tersenyum, dua orang yang benar-benar seperti seorang Psikopat sejati. Di balik wajah tampan nya menyimpan seribu iblis terkutuk. Membunuh bukan lah hal tabu bagi ke duanya.
Di balik dinding Yeon mendesah resah. Ia tak tau bagaimana cara mencegah ke gilaan kakak dan juga ke kasihnya. Yeon mendengar cerita dari keseluruhannya. Jika yang salah adalah Kakaknya dan juga kekasihnya. Namun ke duanya tak pernah merasa bersalah. Ia tak suka dengan gadis bernama Gea Miller itu.
Karena gadis itu membuat kakaknya kesusahan dan juga kekasihnya. Sara melangkah meninggalkan tempat persembunyian nya sebelum ketahuan oleh ke duanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Mery Nuri Andani
sudah sejauh ini aku baca thorr.. tapi semakin pusing untuk dibaca, banyaknya nama yg typo dan alur yg maju mundur tidak jelas tertata 🙄
2021-03-13
0
istikoma basory
banyak typo beterbangan ya thor...😄😄😄
2020-10-08
1