Chapter 3

12 November 2020

Wiisssss !!!

Berapa lembar cek dengan nominal yang tak terhitung melayang di atas tempat tidur kusut. Lelaki berkulit albino itu mengancing baju kemeja birunya. Sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyum sarkartis.

Tempat tidur berukuran King Size tak berbentuk. Dimana di atas kasur empuk itu bekas darah terlihat kontras dengan warna putih kapas itu. Gadis cantik yang terlihat acak-acakan itu meringkuk menutupi tubuh polos yang penuh dengan bekas kemerahan, sudut bibirnya yang pecah dan ke dua matanya yang sembab itu membuat lelaki yang telah menyalurkan nafsu bejatnya itu tersenyum penuh kemenangan.

Gadis itu menatap nyalang mata tajam elang milik lelaki berkuasa itu. Lelaki yang jelas-jelas memperkosanya dan malah melemparkannya Cek seolah dia adalah wanita panggilan yang di bayar. Di bayar memuaskan nafsu lelaki berkulit albino itu.

"Kenapa kau menatapku seperti itu ******?" hardiknya dengan nada tinggi delapan oktaf.

Gadis itu tersenyum pahit dengan penghinaan lelaki itu. Ia menggenggam ujung selimut tebal yang menutupi tubuh sintalnya. ******!! Kata yang lelaki itu lontarkan begitu sakit dari pada di tikam dengan besi panas.

"Apa jumlah yang aku berikan padamu kurang, huh?" ujarnya dengan senyum menyeringai saat kancing terakhir terpasang.

Lelaki itu kembali meraih dompet kulit mahalnya dan kembali mengambil cek dan melempar kan nya lagi ke atas tempat tidur.

"Aku rasa itu lebih dari cukup untuk kau hidup satu tahun tampa bekerja. Cih! Kau hanya memberikanku darah perawan mu saja dan kau bisa hidup enak selama satu tahun. Bukankah itu terlalu gampang Lara Smith!" tekan lelaki itu pada nama gadis cantik yang terlihat hancur itu.

"Brengsek kau Aiden Brown!" maki Lara lantang dengan mata berkilat marah.

Aiden tertawa lantang mendengar makian Lara. Gadis yang pernah mengisi relung hatinya. Gadis yang ia cintai dengan tulus dan gadis yang membuat ia hancur sehancur-hancurnya. Gadis yang membuat ia patah sepatah patahnya.

"Bukankah aku memang brengsek dari dulu Lara. Dan kau tau? Kau lah yang membuat aku menjadi seperti ini. Dan Well, terimakasih atas dorongan mu ****** cantikku," tutur Aiden memandang remeh gadis itu.

Ia melangkah keluar dari kamar mewah bergaya eropa klasik dengan sentuhan warna Gold itu. Lara meringis karena sakit di bagian sensitifnya. Ia tak punya apa-apa lagi di dunia ini. Semuanya telah hancur, karirnya, keluarganya, dan juga harga dirinya.

"Aku membenci mu, Aiden Brown!," racau bibir ranum itu dengan lelehan air mata.

25 April 2015

Lelaki dengan seragam koyak itu menatap kertas putih berlambang sekolahnya itu dengan wajah di tekuk. Di surat itu ia jelas jika ia di keluar kan dari sekolah elit itu. Ia tak menyangka jika apa yang di katakan oleh Lara benar adanya.

Keluarga gadis itu mempersulit dirinya. Aiden mengehela napas letih nya saat itu Gea datang dengan wajah tak bersahabat. Ia memukul kepala belakang Aiden dengan tangannya hingga Aiden meringis kesakitan.

"Hei! Bodoh kau akan diam saja di perlakukan tidak adil seperti itu, huh? Kau bisa memprotes jika perlu ajukan petisi pada Papa ku. Agar kau bisa mendapatkan ke adilan. Papa ku kenal banyak orang di dalam dunia hukum. Mereka tak boleh semena-mena seperti ini," tutur Gea dengan menggebu-gebu.

Aiden tersenyum kecut mendengar perkataan Gea. Ia tak akan melakukan apa-apa karna ia tak ingin Lara membenci nya. Karena gadis itu pasti akan terkena masalah jika keluarganya tersandung masalah dirinya. Ia tak ingin gadis itu terluka karna ia begitu mencintai gadis itu.

Meski Lara menyakitinya dan menghinanya ia tak bisa membenci gadis itu. Aiden berpikir mungkin ini sudah jalannya. Karena dia adalah anak yatim piatu. Ke dua orang tuanya sudah meninggal dan ia tinggal bersama neneknya yang sakit-sakitan.

Aiden berpikir ia akan bekerja saja dan mendapatkan uang agar bisa membahagiakan neneknya. Dengan begitu ia bisa menghabiskan waktu lebih lama lagi bersama sang nenek.

Yang di katakan Lara tak ada yang salah. Ia memang lemah, miskin dan jelek. Tak ada yang bisa di banggakan darinya selain otak cerdasnya. Dan soal Lara menjadikannya taruhan Aiden tak masalah. Dia tak marah karna bisa menjadi kekasih gadis itu sebentar lebih dari cukup baginya.

"Sudahlah Gea. Aku akan bekerja saja agar bisa memberikan Nenekku makan enak dan tempat yang layak," tutur Aiden pelan.

"Dasar bodoh," maki Gea lagi melihat Aiden begitu lemah.

Gadis itu tak menyangka jika Lara sejahat itu. Gadis itu telah menyakiti Aiden luar dalam. Gara-gara gadis itu Aiden di bully habis-habisan. Lalu di keluar kan dengan tidak adil. Namun Aiden seakan tak mempermasalah kannya.

Di lain tempat Lara terlihat sedang menguping pembicaraan ke dua orang tuanya. Dimana sang Ayah terdengar begitu murka pada seorang. Karena orang itu menghalangi niatnya menjadi calon Presiden.

Sedangkan Ibunya menenangkan lelaki tua itu. Lara hanya mengeleng kan  kepalanya mendengar perkataan kasar sang Ayah. Lelaki tua itu terlalu serakah dengan jabatan. Bahkan dia mengikut sertakan Lara dalam rencananya.

Dimana Lara bisa menarik perhatian para penduduk Belanda untuk memilihnya. Ia juga membawa Aiden untuk berkampanye agar orang-orang memilihnya. Membawa Lara ke tempat-tempat kotor untuk membantu orang miskin. Agar media meliput dirinya namun seorang dari partai berbeda menghalangi niatnya.

"Sampai kapan lelaki tua itu akan marah," sinis Lara yang merasa terganggu dengan suara menggelegar tuan Smith.

Lara melangkah menuju kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur empuknya. Ia memang tak pernah kekurangan apa pun dalam kehidupannya. Ia terlihat sempurna dari luar. Bahkan orang-orang iri dengan keluarga nya.

Dimana sang Ayah di kenal adalah orang baik. Lelaki yang ramah dan murah senyum. Bahkan tak sungkan membantu rakyat miskin. Itulah yang orang-orang tau dan para media tulis bahkan di beritakan dari mulut ke mulut.

Yah! Walau pun hanya orang-orang tertentu saja yang tau jika sang Ayah tak lain adalah serigala berbulu domba. Penuh dengan kepalsuan dan terlihat seperti iblis bertopeng malaikat.

Ayahnya tak pernah segan membunuh orang yang menghalangi jalannya.

Tok

Tok

Tok

"Masuk !" titah Lara dari dalam kamar.

Pelayannya masuk ke dalam kamar luas dan tertata rapi itu. Ia mengulas senyum ke pada sang nona muda.

"Maaf nona. Tuan Smith meminta nona bersiap-siap untuk acara makan malam dengan seorang petinggi, malam ini juga," sampai sang pembantu.

"Ya. Keluarlah aku akan siap-siap," tutur Lara

Wanita paru baya itu keluar dari kamar Lara. Gadis itu bersiap-siap untuk pergi menemui kolega lelaki tua itu. Jujur saja hati kecil Lara mengumpat dan menyumpah serapah lelaki tua itu. Lagi-lagi dia harus turun tangan untuk masalah politik yang menjijikan itu.

* * *

Raut gelisah terpancar jelas dari gadis yang berpakaian sedikit terbuka itu. Lelaki tua bau tanah itu terlihat mengembangkan senyum menyeringai nya. Di Sana hanya ada Lara dan lelaki tua yang memiliki ke dudukan lebih tinggi dari pada orang tua Lara.

Tangan lelaki itu menyusup di balik rok mini Lara. Membuat mata bulat Lara melotot karena ulah mesum lelaki itu. Lara langsung berdiri dari duduknya. Ruangan VVIP Restoran mewah itu kedap suara. Hinga teriakkan marah Lara tak terdengar dari luar.

"Apa yang kau lakukan Paman!" Pekik Lara marah ia melangkah mundur.

"Hanya menyentuhmu saja sayang. Apa kau tak mau Ayahmu menjadi Presiden, huh? Dia begitu terobsesi menjadi Presiden. Dan sebagai upahnya aku bisa menikmati tubuh ranum mu itu," tuturnya vulgar.

Lara langsung meraih pisau yang tergeletak di atas meja dan mengarahkannya pada lelaki tua itu.

"Jangan mendekat! Aku tak mau kau menyentuh tubuhku. Ayahku akan murka jika kau berani-beraninya menyentuh anak gadis nya." Pekik Lara masih dengan pisau yang di todong ke dapan agar lelaki itu takut.

Namun bukan takut lelaki itu malah tertawa seolah perkataan Lara itu lucu. Namun saat itu lelaki berkacamata masuk ke dalam membawa makan dan menutup pintu tampa melihat apa yang terjadi. Lelaki tua itu terlihat biasa saja.

Karena lelaki itu sangat berkuasa dan orang-orang takut jika harus berurusan dengan lelaki kolonmerat itu. Pelayan yang membawa makan itu terbelalak melihat posisi Lara yang terpojok ke sudut diding dan menodongkan pisau ke arah Lelaki tua.

"Lara!" serunya dengan suara pelan.

"Aiden," panggil Lara lirih.

"Letakan makannya dan keluar dari ruangan ini," titah lelaki tua itu.

Lelaki itu melangkah mendekat ke arah Lara. Ia tau jika Lara tak akan bisa menusuknya. Karena gadis itu terlalu penakut untuk melukai orang.

"Jangan mendekat Paman! Aku akan menusuk mu jika kau berani mendekat," peringat Lara lantang.

Namun lelaki tua itu tak peduli. Aiden membeku di tempat bahkan makan di nampan yang ia bawa tak kunjung ia letakan. Kejadiannya sangat cepat pisau yang Lara pegang terlempar jatuh dengan tubuh Lara yang sudah di himpit bahkan di cium paksa oleh lelaki tua itu.

Lara meronta dan memekik. Aiden menjatuhkan nampannya dan menolong Lara namun lelaki itu terlalu lemah hinga terjatuh. Aiden tak mau menyerah melihat gadis yang ia cintai di lecehkan di depan matanya membuat ia murka.

BUG

Lagi-lagi Aiden terjatuh karena dorongan lelaki tua yang masih bugar di usia tua nya. Aiden bangkit dan lebih keras menarik memisahkan tubuh yang mencoba memperkosa Lara.

Ke duanya bergulat cukup sengit. Meski Aidenn babak belur namun lelaki itu tak mau melepaskan lelaki tua itu.

Aiden yang mau kabur dari ruangan itu di tahan oleh lelaki tua itu. Dan menghempas kan tubuh Lara di lantai dingin itu. Lara meraba-raba lantai hinga mendapatkan kembali pisau yang tadi sempat jatuh kelantai.

Jlep !!!!!

Pisau itu masuk tepat ke jantung lelaki tua itu. Aiden yang tak berdaya di lantai terbelalak melihat Lara menusuk jantung lelaki itu. Lara mematung saat darah lelaki itu keluar dari mulutnya hingga muncrat ke wajah Lara yang berada di bawah tindihan nya.

"Lara!" ucap Aiden lirih.

Lara masih membeku tak bergerak. Aiden bangkit dan meringsut ke arah Lara ia mendorong lelaki tua itu ke samping. Lelaki itu jatuh dengan mata terbelalak.

Aiden membantu Lara duduk. Gadis itu masih syok dengan apa gang ia lakukan. Ke dua tangannya bergetar hebat. Ia menangis keras setelah kata "Aku membunuhnya !" terlontar pelan.

Aiden memeluk tubuh Lara yang bergetar hebat. Ia menatap ke arah lelaki tua itu. Terlihat ia menghembuskan nafas terakhir dengan mata terbelalak menahan sakit.

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Imas Aisha Raya

Imas Aisha Raya

ternyata bingung semua thor! seperti melompat - lompat bikin bingung

2022-04-25

1

Sinyo

Sinyo

kok aku gak dpt fel ceritax..seperti melonpat lompat kejadiannya

2021-03-07

0

adi rahmah

adi rahmah

saran az ney thor,,,sebaiknya pake tulisan flash back az thor,,biar lebih mudah di pahamai,,cozx klo pake tgl dan tahun susah hafalnya dari part sebelumnya,,,makanya jadi suka bingung bacanya,,,padahal ceritanya menarik thor🙏🙏🙏🙏🙏

2020-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!