Lelaki bermata tajam setajam elang itu menatap gundukan tanah merah itu dengan pandangan marah. Wajah tuanya terlihat begitu tak senang saat ini. Ia tak tau harus berkata apa pada sang Istri di Paris. Padahal sedikit lagi ia akan bertemu dengan putri nya yang di culik.
"Maaf tuan Taylor, kami menemukan tanda-tanda keracunan di tubuh tuan Smith," jelas seorang lelaki berjas kebesaran.
"Apa ia sudah lama mengonsumsinya?" tanya Joshep dengan suara berat.
"Ya, sepertinya dia memang di beri racun secara perlahan," jawab Dokter itu pada Joshep.
Membuat desahan letih bercampur frustasi mengalun di bibir lelaki tua itu.
"Apa kau tau di mana putrinya tinggal?" tanya Joshep pelan penuh harap.
"Ah, Lara Smith?" tanya sang Dokter pengawas penjara itu lagi. Mencoba memastikan jika yang di cari adalah putri dari lelaki jahat telah menyatu dengan tanah.
Ke dua mata Joshep langsung membesar. Ia tak tau jika putrinya masih di beri nama asli, nama yang di beri oleh dirinya dan sang istri sebelum di culik. Nama yang tersemat di kalung nya.
"Iya. Dimana dia?" tanya Joshep antusias.
"Kalau tak salah dia tinggal di salah satu Apartemen kecil di pinggiran kota. Saya beberapa kali berbicara dengannya saat ia mampir menjenguk tuan Smith," ucapnya lagi memberikan informasi pada Tuan Taylor.
"Bisa tolong carikan alamatnya untuk aku?" pinta Joshep penuh harap.
"Ya, tunggu sebentar." Tutur sang Dokter lalu merogoh saku celananya.
Sedangkan di lain tempat, di tempat yang penggab dan gelap. Wanita berbadan dua itu tengah di ikat di kursi kayu. Ke dua matanya terbuka namun mulutnya di plaster.
"Bukankah meletihkan sudah berjalan jauh Lara?" tanya suara gadis cantik itu dengan wajah remeh.
Lara meronta-ronta di atas bangku. Ia menatap sang lawan bicara dengan pandangan marah. Sedangkan yang di tatap tersenyum menyeringai puas. Melihat ke adaan gadis perebutan tunangan nya.
"Bagaimana rasanya hidup bersama Aiden dan Putrinya? Menyenang kan kah?" Tanyanya lagi dengan tangan menarik kursi kayu duduk di depan Lara dengan menyilang kan ke dua kakinya.
"Pasti menyenangkan bukan? Kau memang gadis ****** tak tau malu. Setelah apa yang kau lakukan pada Aidenku. Kau malah mengandung anaknya. Sangat tidak tau malunya merebut apa yang sudah menjadi milikku setelah orang tuamu membunuh ke dua orang tuaku," ucap Gea dengan ke dua mata memerah.
Hanya gumaman tak jelas yang terdengar dari mulut Lara. Ia tak bisa berkata apa-apa di karenakan mulutnya di tutup. Gea berdiri dari duduknya dan melangkah mendekat ke arah kursi Lara.
Ia membelai perut buncit Lara membuat Lara meronta dengan sekuat tenaganya. Gea tertawa puas melihat bagaimana reaksi ketakutan Lara.
"Aku dulu sangat ingin menjadi Dokter. Tapi ke dua orang tuaku ingin aku menjadi Desainer baju terkenal. Karena kematian ke dua orang tuaku. Aku memutuskan untuk menjadi Desainer bukan Dokter. Tapi sepertinya saat ini aku akan melakukan operasi sekali saja. Setidaknya aku bisa menjadi Dokter untukmu Lara." Ucap Gea dengan suara menyeramkan. Masih membelai perut Lara.
Lara mengeleng kan kepalanya dengan kuat. Air mata membanjiri ke dua pipi tirusnya. Gea semakin tertawa kesetanan, melihat ketakutan di ke dua mata Lara.
Gea berdiri tegap dan memberikan kode pada anak buahnya. Lelaki dengan wajah menakutkan itu melepas ikatan tali Lara. Saat tali terlepas Lara langsung berlari. Namun niat kabur Lara tak berjalan mulus. Ia terjatuh karena tersandung kakinya sendiri dengan posisi perut Lara menghantam lantai.
Akh !!!!!
"Sakit !!!!"
"Astaga! Sepertinya operasinya akan segera di mulai," ucap Gea dengan wajah di buat-buat sedih.
Lara merintih dengan darah yang membanjiri lantai.
"Angkat dia ke dalam kamar yang sudah aku siapkan. Kita akan memulai pengoperasian janinnya," titah Gea dengan lantang.
Ke dua orang bertubuh kekar itu menyeret Lara masuk ke dalam kamar yang begitu terang. Di sana terlihat seperti ruangan Operasi yang mana sudah ada meja operasi dengan berbagai alat. Ingin meronta sekuat tenaga. Namun sayang, rasa sakit di perut begitu dahsyat. Membuat Lara tak bisa melawan.
Lara semakin meringis kesakitan. Gea masuk dengan baju Dokter entah ia dapat dari mana. Ke dua kaki Lara dan tangannya di ikat di ke empat tiang tempat tidur besi, yang begitu dingin.
Gea melangkah dengan senyum evil. Ia menancapkan suntik berisikan bius dosis tinggi ke bahu Lara. Seolah-olah, ia adalah Dokter profesional.
"Selamat tidur Lara, saat kau bangun kau tak akan merasakan sakitnya kehilangan. Tidak perlu juga, kau merasakan kekejaman dunia ini Lara. Dan biarkan aku yang mengantikan Posisimu untuk berada di sisi Aden," tutur Gea dengan wajah iblis nya.
Dengan telaten Gea menyobek baju depan Lara. Ia langsung meletakan pisau bedah yang memang tersedia di sana yang di peruntukan pengoperasian para Pembunuh bayaran yang sekarat. Karena gadis gila itu berada di salah satu markas terbesar. Pembunuhan berdarah dingin yang di kenal dengan nama Dark. Yang identik dengan tato bunga seruni.
🏷️🏷️🏷️
Wajah Aiden terlihat pucat, ia merasakan jantung nya di remas kuat. Ia sudah mencari Lara kebanyak tempat selama dua minggu lebih, namun tak juga menemukanya. Bak hilang di telan bumi.
"Maafkan kami Aiden. Kami tak bisa melacak keberadaan Lara," sesal Jimi dengan wajah letih.
Aiden mengeleng kepalanya tak menerima perkataan Jimi. Ia merasakan kepalanya semakin pusing. Jimin mendekati Aiden yang berdiri dengan bersandar di dinding Markas mereka.
"Apa kau sakit, Aiden?" tanya Jimi dengan wajah khawatir.
"Bagaimana aku bisa baik-baik. Di saat wanita yang tengah mengandung anakku tak tau dimana. Dan ia adalah Wanita yang sangat aku cintai," ucap Aiden dengan nada suara lemah.
"Aiden!" Seru suara berat dari luar yang kini berjalan masuk ke dalam markas.
"Papa," seru Aiden lemah.
Lelaki tua itu mendekati anak angkatnya yang terlihat kusut. Ia mendesah letih dan membawa Aiden duduk di salah satu bangku di ruangan bawah tanah itu.
"Apa kau sudah menemukan Gea?" tanya dengan suara pelan.
"Belum Papa," jawab Aiden pelan.
Jimi hanya bisa melihat interaksi ke duanya.
"Papa mendapatkan kabar dari mata-mata Papa! Yang berada di Jepang, Gea berada di salah satu rumah Golongan Dark. Dan kau tau sendiri meski kita seorang Mafia besar, namun kita juga tak bisa terang-teranggan menyerang markas mereka karena perjanjian kita," papar Tuan Hollam pada Aiden.
Aiden terdiam, namun dengan mata semakin menajam.
"Aku tak peduli Papa. Aku akan melawan mereka sekuat tenagaku. Apa pun akan aku lakukan, asalkan Lara kembali pada ku," tutur Aiden dengan suara berat.
"Baiklah. Papa akan membantumu, tapi ingat satu hal Aiden. Jika kau sudah berani menyerang mereka. Maka kau tak akan lepas dari mereka. Mereka akan menganggap kau musuh abadi. Meski yang mereka culik ada wanita mu," Jelas Tuan Hollan dengan wajah serius.
"Aku siap Papa. Apa pun resikonya aku akan mengambilnya Papa," jawab Aiden percaya diri.
Tuan Hollan menatap mantan menantu sekaligus anak angkatnya itu dengan pandangan kasihan. Jujur saja Tuan Hollan tak suka melihat ke adaan Aiden saat ini. Di tambah sang cucu semakin merengek meminta Lara segera di temukan.
Bagi Tuan Hollan tak ada yang lebih penting dari pada senyum Venus. Jika cucunya bahagia maka ia juga akan bahagia. Dan ia juga menyayangi Aiden seperti putranya sendiri.
"Bos!" Teriak seorang anggota Mafia yang berlari dengan wajah ketakutan.
"Ada apa?" tanya Jimi mendahului Aiden.
"Di luar ada sebuah paket yang berisikan janin bayi yang penuh darah dan sepucuk surat untuk Bos," jawabnya dengan wajah ketakutan.
Aiden dan Tuan Hollan berdiri dari duduknya dan berlari keluar di ikuti oleh Jimi. Saat ke tiganya sudah berada di depan di depan Markas. Ke dua mata Aiden terbelalak melihat mayat yang hampir membusuk itu.
"Bos! Surat ini berada di atasnya dan di sana tertulis untuk Bos." Ucap anak buah tangan kiri Aiden menyorot kan sepucuk surat yang sudah ada bersama paket mayat bayi.
Aiden menerima sepucuk surat bersih itu dengan tangan bergetar. Ia membukanya perlahan.
Itu adalah kado untukmu Aiden Brown. Sebagai ucapan selamat sudah mempunyai seorang putra yang tampan. Dan maaf jika dia tak bersama mayat Ibunya. Karena Ibunya sudah berada di dalam perut buaya.
Surat yang di ketik itu melayang menyentuh tanah. Jimi memungut surat yang sempat di baca oleh Aiden. Ke dua mata Jimi terbelalak dan murka melihat Aiden yang sudah memeluk tubuh bayi lelaki yang tak bernyawa itu.
Tangis Aide pecah, Tuan Hollan tak kuasa melihat nya. Sedangkan anak buah Aiden merasakan ke sedihan dan kemurkaan dalam satu waktu. Ke dua tangan Jimi terkepal marah.
BRUK !!!
Tubuh Aiden ambruk ke tanah dengan memeluk mayat bayi yang tak berdaya itu. Semua orang panik melihat nya. Jimi meminta tes DNA dari janin itu. Sedangkan Aiden di larikan kerumah sakit.
Sedangkan di tempat lain gadis Miller itu tersenyum lebar. Ia hanya menatap Buaya besar peliharaan salah satu ketua pembunuh terbesar di Jepang itu dengan pandangan puas.
"Apa sekarang kau sudah puas eoh? Wanita itu telah mati di tanganmu berserta bayi nya. Dan kau tak akan bisa kembali lagi bersama Lelaki yang kau Cintai itu," peringgat sang lelaki Psikopat itu pada Gea.
"Tak masalah selagi bukan gadis itu bersama Aiden." Jawab Gea dengan senyum iblisnya.
"Wanita gila," desis lelaki bermata tajam kelam itu.
"Terimakasih tuan Psikopat atas pujianmu," jawab Gea tenang.
Lelaki bermata tejam kelam itu tersenyum melihat wajah Cantik Gea.
"Tapi, aku merasa sayang dia harus mati karna di cantik juga," tuturnya.
"Lalu kenapa kau tak menyelamatkan nya kemarin?"
"Itu karna aku tak ingin kau kecewa padaku sayang." Jawabnya lalu memeluk Gea dari belakang.
Gea hanya tersenyum menyerigai saat lelaki itu mengecup pipi kanan Gea cepat. Sebelum ke duanya tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Jumarni
lanjut
2020-09-02
1
Yuni Audy
lah mna enak pemeran utama wanitanya mati
2020-08-25
3
Nero_Kyrie
sumpah demi apapun ..ini ceritanya syadis2 syereeeemm gitu...but it's keren lho thor 👍👍😘😘
2019-12-06
7