Chapter 2

"Kalian tau apa tentang aku?! Hanya karena aku terlihat berbeda dan lemah kalian semakin menginjak aku seakan aku ini adalah sampah."

~Aiden Brown~

.

.

.

.

.

Bug !

Bug !

Bug !

Akh !!!

"Hentikan..."

Tubuh itu tak lagi berdaya karena menerima hantaman dari tangan dan kaki. Bukan hanya satu orang saja yang melakukannya namun lebih dari lima orang. Lelaki dengan baju sekolah lusuh itu meringkuk di pojok gudang.

"Rasakan! Siapa suruh dia menerima Lara," ucap salah satu dari lelaki tampan itu.

"Sudah miskin! Culun! CK! Membuat aku jijik saja," timpal satu orang lagi.

"Sudahlah. Aku yakin Lara hanya penasaran saja pada lelaki jelek itu. Nanti dia akan memutuskan lelaki buruk rupa ini," ucap lelaki yang merapikan tatanan rambutnya itu.

"Ayo kembali ke kelas," ujar yang lain.

Semuanya pergi dari gudang dengan wajah bahagia. Menyiksa anak buangan atau korban bully bukanlah perkara yang sulit. Tampa masalah dari Lara saja, Aiden sudah sangat sulit bertahan di sekolah elit itu.

Namun apa boleh buat, ia juga lelaki normal yang tak bisa menolak pesona Lara Smith.

Aiden terbatuk-batuk dengan keras dengan mengeluarkan darah segar. Dari arah pintu masuk gudang terdengar jelas sepatu beradu dengan lantai.

"Aiden!" serunya dengan suara lantang.

Gadis cantik itu berlari dengan kuat mendekati tubuh Aiden yang meringkuk dengan batuk mengalun. Ia membantu Aiden berdiri dan memberikan sapu tangan kepada Aiden.

"Astaga! Baru dua hari kau sudah seperti ini sejak si gadis Sombong itu menyatakan cinta padamu Aiden," geramnya marah.

"Aku tidak apa-apa Gea," ucap Aiden lirih.

"Apanya yang tidak apa-apa?" Bentak gadis cantik itu melirik seluruh wajah Aiden penuh lebam dan ke dua sudut bibir lelaki itu pecah.

Namun Aiden tak menjawab ia hanya diam saja mendapatkan bentakan dari Gea Miller. Gadis manis yang mau menerima menjadi seorang teman. Ia tak pernah malu berteman dengan Aiden. Gadis itu begitu baik meski ia adalah putri dari seorang Hakim.

Aiden bersyukur setidaknya di sekolah besar itu masih ada yang baik dan mau berteman dengannya. Gea mendesah kasar melihat Aiden begitu lemah.

"Ayo ke Rumah Sakit," tuturnya.

"Tidak usah. Antar kan aku ke UKS saja," pinta Aiden.

Lelaki itu tak ingin berada di Rumah Sakit. Karena biayanya pasti sangat mahal. Dimana Aiden akan mengambil uang untuk membayar tagihan Rumah Sakit. Sedangkan dia tinggal bersama nenek tua yang sakit-sakitan.

"Tidak! Keadaanmu begitu parah dari biasanya Aiden. Soal biaya tak usah risau, yang penting lukamu di obati dengan tepat," ucap Gea tak terbantahkan lagi.

Aiden hanya menurut saat Gea memapahnya keluar dari gudang dan melangkah menuju parkir mobilnya. Gea mengatakan Aiden bisa membayarnya dengan membantunya belajar. Agar bisa masuk universitas hebat di luar negeri.

Tanpa lelaki polos itu sadari jika gadis itu menaruh hati padanya. Gadis cantik itu mengagumi Aiden karena sikap baik Aiden dan kepintaran Aiden. Hingga ia jatuh hati pada lelaki culun itu. Dan keluarga Gea menerima kehadiran Aiden dengan tangan terbuka.

Aiden bahagia karena Gea dan keluarganya begitu baik. Terutama ke dua orang tua Gea menganggap Aiden seperti putra mereka sendiri.

Di lain tempat Lara terlihat menorehkan kanvas putih bersih dengan warna merah. Ia terlihat begitu serius melukis di samping Yunita. Lara selain hebat dalam berakting ia juga mahir dalam melukis dan bermain alat musik lainnya. Karena ia di tuntut sempurna sebagai seorang Putri tunggal dari keluarga Smith.

Meski sebenarnya Lara muak dengan semua peraturan yang ke dua orang tuanya terapkan. Dari kecil Lara di ajarkan banyak hal mulai dari menyulam, menari ballet, bermain berbagai jenis alat musik, berkuda dan juga berdansa. Seakan kehidupan seperti seorang Lady anggun dan sepurna.

"Aku dengar dia di bully hari ini Lara. Kapan kau akan memutuskannya? Apa kau tak mau menolongnya?" Tanya Yunita menatap Lara melukis bunga mawar dimana kuasnya kini sedang membuat daun bunga.

Tangan Lara berhenti ia menoleh menatap wajah Yunita yang terlihat serius. Lara meletakan peralatan melukisnya dengan kasar.

"Menolongnya?" ulang Lara dengan suara malas.

"Iya."

"Tidak akan. Melihatnya saja aku malas, baguslah jika banyak yang membully nya karna dengan begitu aku akan sangat mudah memutuskannya lima hari lagi." Tutur Lara berdiri dari duduknya dan melangkah ke wastafel di sudut ruang lukis.

Yunita mengikuti Lara dari belakang. Ia berdiri di belakang tubuh Lara saat gadis Smith, itu membersihkan tangannya yang kena cat air itu.

"Apa kau tak kasihan?" tanya Yunita pelan.

Pergerankan tangan Lara terhenti. Kata Kasihan membuat Lara terdiam. Apakah ia patut mengasihani orang lain di tengah kehidupan yang memuakan ini? Dan Lara bukan tipe orang yang baik.

Karena ia di didik keras oleh ke dua orang tuanya. Gadis itu tertekan sejak kecil dan tak pernah di ajarkan untuk mengasihani orang lain.

"Untuk apa? Itu sudah menjadi takdirnya. Dan ingat dia bisa Sekolah di sini karna uang dari keluargaku yang menyumbang biaya pendidikan yang mahal di sini." Ucap Lara kembali mengusap tangannya.

Yunita mendengar jawaban Lara hanya terdiam. Ia tak tau hati Lara terbuat dari apa hingga ia begitu kejam. Hanya baik pada Orang-orang tertentu saja.

Ke duanya keluar dari ruangan lukis. Saat itu Lara di jemput oleh menegernya. Ia melangkah masuk ke dalam mobil hitam mewah itu dan melaju menuju salah satu restoran mewah. Dimana di sana akan di adakan pertemuan keluarga besar Smith.

Sebelum itu Lara telah berganti baju dan memakai make up natural. Ia terlihat begitu cantik dan elegan. Lara Smith adalah anak kebanggaan di keluarga besar Smith. Dimana akan banyak baik bibi atau pun paman Lara akan memuji dan menjilat keluarga Lara.

"Oh, Lara sudah datang," seru lelaki tua itu menyambut cucu pertamanya itu.

Lara tersenyum mendengar perkataan sang Kakek. Sang Nenek terlihat begitu antusias dengan kehadiran Lara. Banyak hal yang mereka katakan mulai dari kehidupan keluarga sampai kesuksesan Lara.

Lara berdiri pamit ke kamar kecil. Namun ia tak menuju Toilet melainkan atap gadung Hotel dimana tempat Restoran mewah itu di lantai paling atas hinga bisa melihat pemandangan dari atas begitu indah.

"Cih! Menyebalkan sekali

orang-orang tua itu," grutu Lara yang merasa sesak karena Keluarga yang penuh sandiwara itu.

Lara merogoh tas kecilnya ia mengeluarkan sebatang rokok yang di samarkan di tempat bedaknya. Ia menghirup rokoknya dengan pelan. Dan menghembuskan asap rokok itu dengan perlahan. Ia merasa begitu tenang saat menghisap rokok di salah satu sudut atap Hotel mewah itu.

Baru beberapa kali hisap suara Lelaki yang memanggil namanya membuat Lara menjatuhkan rokoknya dan menginjaknya dengan ujung hilsnya. Lara membalikan tubuh nya pelan dengan jantung berdebar. Ke dua matanya membuat saat melihat siapa yang berdiri di depannya dengan wajah tak percaya.

***

Gadis cantik itu menatap malas lelaki culun yang kini berada di depannya itu. Ke duanya berdiri di salah satu ruangan di lapangan indor sekolah. Orang-orang sudah pulang, hingga di sana hanya ada Sehun dan Lara.

Gadis itu menyadarkan bahunya di dinding. Ia masih menatap Aiden yang terlihat salah tingkah karena di tatap oleh Lara. Hari ini adalah hari di mana Lara akan memutuskan Aiden.

"Kenapa kau menghindari ku, Lara?" tanya Aiden pelan.

Kini tak terlihat lagi bekas memar di wajah putihnya. Hanya penampilannya saja yang begitu kumuh dan bau got. Karena dia habis di bully lagi seperti biasanya.

Lara bersedikap, ke dua tangan di depan dadanya menatap Aiden jengah. Ia berpikir bagaimana tidak lelaki itu di bully habis-habisan dia terlalu bodoh dan lemah di luar belajar. Yang lelaki berkulit albino itu tau hanya lah belajar. Menaklukan banyak buku bukan manusia.

"CK!" decak Lara malas,"Kau di bully lagi?" tanya Lara dengan nada angkuh.

Aiden tak menjawab dia hanya diam mendengar pertanyaan Lara. Ia malu karna dia terlihat begitu lemah di depan gadis yang ia cintai.

"Kau mencintaiku?" tanya Lara lagi.

Kepalanya yang awalnya tertunduk kini terangkat menatap wajah Lara. Namun wajah dan kuping Aiden malah memerah karena malu.

"Jawab aku!" bentak Lara dengan suara lantang.

"I——ya," jawab Aiden terbata-bata.

"Kau tau salah satu tugas seorang pacar adalah melindunggi kekasihnya. Namun kau melindunggi diri sendiri saja tak becus," cibir Lara pada Aiden.

Lelaki itu membenarkan letak kaca mata yang hampir melorot itu karna sudah usang.

"Kita putus!" putus Lara dengan suara tegas.

Ke dua bola mata Aiden langsung membulat sempurna mendengarnya. Bagaimana bisa? Padahal hubungan dia dan Lara baru satu minggu.

"Kenapa?" tanya Aiden pelan.

"Karna kau culun! Miskin! Lemah! Dan juga tak bisa di andalkan," ucap Lara tanpa berpikir.

"Bukankah kau mencintaiku?" tanya Aiden dengan suara berat.

Lara tertawa geli mendengar kata-kata Aiden. Cinta? Sama sekali tak pernah

Lara merasakan itu untuk lelaki itu. Aiden mengerutkan dahinya karna tawa Lara.

"Kau gila?" Maki Lara setelah tawanya reda. "Cinta?! Cih! Kau hanya bahan taruhanku saja. Dan asal kau tau aku tak sudi berpacaran dengan orang sepertimu. Kau bukan levelku Aiden Brown. Apa yang bisa kau banggakan di depanku, huh?" remeh Lara.

Ke dua tangan Aidrn mengepal di ke dua sisinya mendengar hinanaan Lara. Gadis yang ia cintai menghinanya begitu kasar.

"Dan satu hal lagi. Kau besok tak akan bersekolah di sini karna beasiswamu di cabut. Aku tak suka sekolah bagus ini ada sampah sepertimu." Tutur Lara lalu melangkah menuju pintu keluar.

Aiden masih mematung di tempat yang sama melihat punggung Lara menjauh darinya.

"Padahal aku mencintaimu begitu tulus Lara," tutur Aiden lirih.

Kristal bening bergilir begitu saja di wajah kumuh Aiden. Sakit! Sunguh sangat sakit. Ia tak tau bisa sesakit ini. Wanita itu begitu membuat hatinya hancur berkeping-keping.

.

.

.

.

.

.

.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰

Heni Hendrayani🇵🇸🇵🇸🥰🥰

wajah cantik hati lu busuk lara

2022-01-31

1

Tipong

Tipong

jangan lupa mampir di Mimpi dan Istanana ditengah makam yach by Wiji Kusniasih

2020-09-08

1

Jumarni

Jumarni

lara sombong sekali nanti jatuh cinta betulan baru tau rasa

2020-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!