"Ketika Cinta yang aku genggam terasa semu. Maukah kau membuatnya menjadi suatu yang nyata untuk diriku?"
~Aiden Brown~
.
.
.
.
Deburan ombak beradu dengan batu karang terdengar jelas di telinga ke duanya. Cucu Adam dan Hawa itu terlihat diam, entah diam karena menikmati suara deburan Ombak. Atau karena tak punya bahan yang ingin mereka katakan. Entahlah! Tak ada yang tau.
Aiden menatap wajah gadis yang berdiri di sampingnya dengan pandangan tak dapat di gambarkan. Sedang sang gadis memandang lurus ke depan. Ke duanya berdiri di balkon Hotel mewah yang baru saja di buka oleh lelaki bermarga keluarga belakang Brown itu.
Di bawah sana pesta pembukaan masih berlangsung. Lara memilih masuk ke dalam kamarnya. Aiden yang tak menemukan sosok Lara di tengah pesta pun memutuskan mencari gadis itu. Dan menurut mata-matanya Lara masuk ke dalam kamarnya.
Aneh! Memang, padahal ia sudah berada di dekat Lara. Namun ia masih menetapkan mata-mata di samping gadis itu. Lelaki berkulit albino itu takut jika gadis itu pergi darinya. Saat dirinya masuk ke kamar Hotel kelas VIP itu, Lara telah berdiri di balkon kamar.
Lelaki itu ikut berdiri di balkon tampa menyapa Lara. Begitu pula sebaliknya, Lara tau jika Aiden berdiri di sampingnya. Ia tak menyapa Aiden, ia lebih memilih menutup rapat bibirnya.
"Apa pemandangan di depan sana lebih penting dari pada aku, Lara Smith," tanya Aiden pada akhirnya. Membuka pembicaraan antara dia dan gadis yang menatap lurus ke depan.
Lara menoleh ke samping. Wajah putih sang pria dengan rahang tegas, hidung mancung dan mata tajam kelam itu membuat hati Lara semakin berdetak tak karuan.
Cahaya rembulan dan hembusan angin laut membelai anak rambut Aiden dengan pelan. Pergerakan lambat dari anak rambut Aiden menambah ketampanan lelaki itu. Lelaki di samping nya begitu sempurna. Bak Dewa Yunani Kuno.
Tak ada yang bisa menolak pesona dari seorang Aiden Brown, yang menjadi pertanyaan bagi Lara adalah dimana ketampanan bak dewa yunani ini selama ini di sembunyikan oleh Aiden. Di sembunyikan lewat kacamata bulat usang dan baju lusuh dan rambut tak terawat.
Hingga tidak di lirik oleh teman-teman wanita di sekolah nya dulu.
Jika Aiden yang berdiri di sampingnya kini kembali ke masa lalu. Lara bertaruh dengan jiwa dan raganya. Pasti banyak gadis di sekolahnya mengejar-ngejar Aiden seperti orang gila. Tapi sayangnya Aiden yang dulu seperti batu biasa. Dan Aiden yang sekarang adalah batu permata yang telah di asah.
"Kenapa menatap aku seperti itu? Aku tau aku tampan jadi tak usah memandangi aku seperti itu," seru Aiden untuk ke dua kalinya, membuat Lara tersadar.
Lara menurunkan tatapannya ke arah lantai balkon. Aiden terkekeh pelan melihat rona merah di kedua tulang pipi Lara. Aiden melangkah mendekati Lara.Ia berdiri di depan Lara. Perlahan lelaki itu menarik Lara masuk ke dalam pelukannya. Hangat. Itulah yang di rasakan oleh Lara. Aroma Mint menyebar masuk ke dalam Indra penciuman Lara. Kala wajahnya berada tepat di depan dada bidang Aiden.
Lara membeku merasakan pelukan Aiden. Meski telah sering melakukan kontak fisik melebihi pelukan. Namun pelukan yang lelaki itu berikan padanya kali ini berbeda. Pelukan yang penuh kehangatan dan kasih sayang. Tanpa sadar tangan Lara terangkat membalas pelukan Aiden.
Mendapatkan balasan dari Lara, ke dua sudut bibir Aiden terangkat ke atas. Lara semakin membenamkan wajahnya ke dada bidang Aiden. Lara menekan egonya. Ia hanya ingin menikmati hari-harinya bersama Aiden. Tak peduli Gea mengatakan ia wanita murahan atau apa pun itu.
Ia mencintai Aiden! Sangat mencintai lelaki yang kini tengah memeluknya. Bisakah ia memiliki Aiden seutuhnya tampa adanya Gea di antar mereka. Bisakah ia di maafkan oleh Aiden. Tidak! Jika lelaki itu tak ingin memaafkan kesalahannya tak apa. Namun biarkan ia menjadi wanita yang jahat.
Wanita yang tidak punya perasaan. Wanita yang tak punya lagi urat malu. Dimana ia bersama dengan lelaki yang pernah ia sia-siakan. Dan karena dirinyalah lelaki itu kehilangan orang yang berharga di hidup lelaki itu sendiri. Ia ingin memiliki Aiden melebihi apa pun di dunia ini. Bolehkah ia seperti itu? Ingin menjadi yang satu-satunya untuk pria yang sedang memeluk dan ia peluk saat ini?
"Aku mencintaimu, Aiden Brown," ujar Lara sangat pelan hingga suaranya tertelan oleh bunyi hempasan ombak. Yang menerjang karang.
"Apa yang kau katakan?" Tanya Aiden melepaskan pelukannya pada tubuh Lara. Ia ingin mendengar perkataan Lara dengan jelas.
"Ah, itu. Aku merasa kedinginan berdiri terlalu lama di sini Presdir. Sebaiknya kita masuk ke dalam kamar saja," ilak Lara dengan gugup.
Beruntung bunyi detak jantung Lara tak terdengar. Di samarkan oleh deburan ombak dan bunyi gemericik air kolam. Aiden tersenyum penuh makna.
"Apa ini kode untuk diriku Sekretaris Kim?" goda Aiden.
Entah sejak kapan lelaki menakutkan itu bisa melontarkan godaan seperti itu. Lara yang mengerti arah perkataan Aiden melotot kan ke dua mata bulatnya. Jangan lupakan rona merah di kedua pipinya. Sangat menggemaskan ekspresi yang gadis Smith ini keluar kan.
"Dasar mesum!" Desis Lara langsung melangkah masuk ke dalam kamarnya dengan langkah lebar.
"Bilang saja iya! Jangan malu sekretaris Smith. Aku akan menghangatkan mu," teriak Aiden keras masih berdiri di balkon kamar.
Ia terkekeh melihat tingkah lucu Lara. Aiden masuk ke dalam kamar Hotel menyusul Lara. Gadis itu hampir saja terjatuh karena tersandung kakinya sendiri. Berniat menghindari Aiden malah masuk ke dalam pelukan pria gagah ini.
Lelaki bermata tajam itu menarik tubuh Lara masuk kembali ke dalam pelukannya. Lara dengan jelas mendengar degupan jantung Aiden. Detak jantung yang seirama dengan detak jantungnya.
"Kau mendengarkan detak jantungku?" tanya Aiden dengan suara berat.
Mendadak ruangan terasa begitu sunyi. Hanya detak jantung dan hembusan napas ke duanya yang terdengar jelas. Lata menengadahkan wajahnya guna melihat wajah Aiden. Secara jelas.
Lelaki itu tersenyum lebar namun bukan senyum tulus. Melainkan senyum menyeringai. Ia mengecup pipi Lara dengan gerakan cepat. Sebelah tangannya memeluk pinggang ramping Lara. Wanita ini membeku karena tindakan tiba-tiba dari lawan jenis nya.
Beberapa kali manik mata hitam milik Lara terlihat tertutupi oleh kelopak mata sakuranya. Aiden terkekeh pelan melihat bagaimana ekspresi wajah wanita di pelukan nya saat ini. Sangat cantik dan juga imut. Rasanya ingin Aiden kurung di dalam kamarnya selama-lamanya. Melihat bagaimana Lara Smith. Wanita yang membuat ia menggila sangat gila.
****
Terik matahari terasa begitu mengigit kulit. Sinar mentari terlihat malu-malu mengintip di balik celah-celah jendela kamar. Di dalam kamar VIP di salah satu Hotel baru saja di resmikan itu terasa begitu dingin karena AC menyala kencang. Aiden terlihat telah rapi dengan stelan kerjanya. Sedangkan Lara masih bergelut dalam dunia mimpi.
Aiden tersenyum lebar menatap wajah tenang Lara. Senyumnya semakin lebar saat melihat tanda ruam merah keunguan memenuhi leher jenjang Lara. Tadi malam adalah malam terindah bagi Aiden. Karena dimana Lara menyerahkan dirinya sendiri. Dimana mereka melakukannya dengan penuh cinta tampa pemaksaan.
Dimana Lara menerima dengan tulus. Aiden dapat melihat bagaimana ekspresi gadis itu. Ia tersenyum saat melihat wajah cantik Lara. Aiden meraih pulpen dan kertas memo. Ia menuliskan memo dan di letakan di atas nakas. Di samping tempat tidur King Size Hotel.
Ia mengecup dahi dan turun ke dua pipi chubby Lara terlebih sebelum Aiden melangkah meninggalkan kamar Hotel. Di luar kamar telah di letakan pengawal untuk Lara.
"Awasi Lara. Dan ingat jangan biarkan ia melangkah keluar Hotel tampa izin dariku!" peringat Aiden pada ke dua lelaki berbadan kekar itu.
"Siap, laksanakan Bos!" seru ke duanya serentak.
Aiden melangkah dengan wajah cerah. Membuat sang asisten pribadi tersenyum melihatnya. Getaran ponsel di saku jas. Membuat Aiden dengan gerakan cepat meraih benda persegi panjang itu dan menempelkan nya di samping telinga kanannya setelah menekan tombol Hijau.
"Ya. sayang."
". . . "
"Okeh! Baiklah. Jangan nakal di sana sayang. Jangan selingkuh di sana," canda Aiden.
". . "
"Siap. Apa pun untukmu Baby." Ucap Aiden dengan wajah penuh kebahagian.
". . . "
Aiden menurun kan Ponsel nya dan menyimpannya kembali ke jas kerjanya.
"Apa itu nona Venus, Presdir?" tanya sang asisten.
"Ya, seperti biasa. Ia bilang merindukanku," jawab Aiden antusias tampa di tanya.
"Apa yang akan Presdir lakukan jika Nona Smith tau jika Nona Venus adalah ....."
"Aku akan mengurusnya," jawab Aiden sebelum sang asisten pribadi melanjutkan perkataan nya.
.
.
.
.
.
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Yuni Audy
wah... iya ya sp nona venus it, atau ank dr mavia ,ayah angkatnya
2020-08-25
3
Nero_Kyrie
heh.. Sehun Oppa gak asik ah masa cwe nya 3 sih 😁😁😁😁😁😁
2019-12-06
4