"Meski hanya menjadi rasa sakit di hatimu dan duri di hidupmu. Namun aku juga berharap bisa menjadi cahaya di pagi mu dan menjadi Bintang di gelap malam mu."
~Lara Smith~
.
.
.
.
.
Entah sudah berapa kali gadis cantik dengan rambut di sanggul ke atas itu menghela nafas. Ia bahkan tak berselera hanya untuk makan makanan kesukaan nya. Di depannya gadis cantik berambut hitam legam sebatas pinggul itu menatap dengan tatapan heran.
Pasalnya dari awal mereka tiba di restoran, sahabatnya itu melamun dan terlihat tak ceria. Yah! Walau pun dulu Lara juga bukanlah gadis yang ceria. Namun setidaknya dulu gadis itu tak tampak lesu, seperti saat ini. Namun tampak berstamina dan angkuh. Setidaknya itu lebih baik dari pada melihat Lara terlihat kusut.
"Lara!"Seru Yunita pada Lara dengan menyentuh tangan Lara yang masih menggenggam sumpit.
"Eh! Ah! Maafkan aku. Apa yang baru saja kau katakan?" tanya Lara yang tersadar dari lamunannya.
Yunita menatap Lara sebentar lalu menarik tangannya yang sempat berada di atas tangan Lara. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi Restoran, kesukaan ke duanya.
"Apa perasan Kak Devan pada mu sangat membebani mu, Lara?" tanya Yunita pelan.
Ia tau jika sang sepupu telah mengungkapkan perasaanya. Bahkan lelaki itu melamar Lara saat ia baru pertama kali bertemu setelah tujuh tahun berpisah. Lara mengeleng kan kepalanya pelan.
Ya, bukan tentang perasaan atau lamaran Devan yang membebani saat ini. Namun lelaki bernama Aiden Brown itulah yang kini membebani dirinya. Dua bulan kembali bersama membuat Lara kesulitan. Bukan hanya karena ulah Aiden saja. Namun juga karena Gea Miller tunangan sekaligus calon istri lelaki tampan itu.
Dimana Gea datang mengancamnya agar dirinya menjauhi Aiden. Namun bukan kuasa Lara bisa pergi dengan mudah dari lelaki itu. Lelaki yang di perhitungkan di negara Belanda itu.
"Lalu apa yang membuatmu murung begini? Cerita lah padaku seperti dulu. Di mana saat kita masih sama-sama duduk di bangku SMA, tampa canggung kau atau pun aku bercerita. Apa sekarang kau tak menganggap aku Sahabatmu lagi, hem?" tuntut Yunita sedikit mendesak Lara dengan wajah serius.
Lara mendesah sebentar lalu tersenyum hangat, ia mengaduk Jus jeruk dan menyesapnya perlahan. Lalu ia kembali menatap Yunita dengan pandangan tak terbaca.
"Aku hanya merasa berat saja bekerja menjadi seorang Sekretaris. Dan yah! Kau tau aku juga merindukan ke dua orang tuaku. Walau pun mereka banyak salah padaku. Tapi sebagai anak, aku menerima semua kekurangan dan juga kelebihannya. Termasuk kesalahannya," tutur Lara menghindari permasalahan yang sebenarnya yang tak semuanya bohong.
Lara letih menjadi pelampiasan nafsu dan juga dendam Aiden. Di tambah ke hadiran Gea yang mencemooh dan menekannya setiap saat. Itu membuat Lara down begitu saja. Hidup yang ia jalani semakin berat saja.
Yunita menyesap teh hangatnya sebentar. Lalu menatap Lara, sahabat nya ini dengan ke dua tangan di silangkan di depan dada.
"Jika kau letih kau bisa keluar dari pekerjaanmu. Dan bekerja bersamaku atau pun Kak Davan. Kami berdua akan membantumu. Kau taukan kami akan selalu ada untukmu baik dulu mau pun sekarang. Maaf karena baru bisa ada untuk mu sekarang." Ucap Yunita tulus sambil melepas ke dua tangan yang terlipat di depan dada.
"Aku baik-baik saja sekarang, setelah mengatakannya padamu aku merasa lega. Kau masih sama seperti dulu, Yunita. Kau bisa membuat aku kembali bangkit hanya mendengar suaramu." Ucap Lara dengan senyum tulus. Mencoba menenangkan Yunita.
Yunita berdesis pelan, namun setalah itu dia tersenyum. Yunita memang tidak tau siapa pemilik perusahan nomor satu di Belanda. Selain karena ia tak berada di Belanda beberapa tahun belakang. Perusahan Brown Group tak terdeteksi siapa pemiliknya. Di karenakan media masa tak bisa mencetak wajah tampan Aiden di majalah atau layar datar canggih.
Lelaki itu lebih suka bekerja di belakang layar. Dan hanya orang-orang tertentu yang tau siapa dirinya. Dan bahkan orang-orang yang bekerja di perusahaan tak boleh memberikan informasi pada orang luar. Entah apa yang lelaki berkulit pucat itu inginkan. Entah karena ia tak suka terekspos di media. Atau karena alasan lain, hanya dia dan Tuhan yang tau.
Sedangkan di lain tempat lelaki tampan dengan mata tajam dan rahang tegas, tengah memperhatikan anak remaja yang berlalu lalang di depannya. Lelaki bermarga keluarga Hernandez itu duduk di taman kota menikmati angin yang berhembus. Dan juga menunggu malam datang menjemput Sore.
Ke dua mata tajamnya tak sengaja melihat ke arah sepasang remaja yang tengah bercengkrama. Dimana sang gadis remaja hendak memakaikan tali sepatunya. Namun seorang lelaki remaja tiba-tiba saja menekukkan satu kakinya agar bisa memasangkan tali sepatu sang gadis remaja.
"CK! Mereka membuat aku mengingat masa lalu saja." Decak Devan di sertai kekehan kecil.
Flashback on
"Hei! Lara Smith!!! Cepatlah sedikit larimu itu. Bagaimana mau tinggi jika lari saja sepeti siput berjalan." Ledek Yunita yang lari cukup jauh dengan teriakan.
Lara berdecis tak suka dengan ejekan Yunita. Sedangkan Devan yang berada di samping Yunita hanya tersenyum melihat ke dua gadis cantik itu. Melihat wajah meledek adik sepupunya dan juga wajah tak suka gadis cantik yang cukup tertinggal jauh dari dirinya dan Yunita.
"Lari dulu saja. Aku tak perlu terlalu tinggi karena tampa tinggi pun aku sudah cantik dan menarik," teriak Lara dengan DP nya. Ia pun berlari lebih cepat untuk mendekati Yunita dan Devan.
Yunita hanya mengeleng kan kepalanya. Lalu berlari lebih dulu meninggalkan Lara yang hampir sampai. Sedangkan Devan masih setia menunggu Lara mendekat ke arahnya.
Nafas Lara terdengar tak beraturan saat gadis itu sampai di depan Devan. Lelaki itu meraih handuk yang ia pegang dan mengusap keringat Lara yang menetes di pinggir wajah Lara dan dahinya.
Sedangkan Lara menerima perlakuan Devan Hernandez dalam diam. Perbedaan umur tiga tahun membuat ke duanya seperti kakak dan adik. Namun dalam tanda kutip yang berbeda. Karena ke duanya sama-sama mempunyai rasa yang sama.
"Oh! tali sepatuku lepas." Tutur Lara menunduk melihat ternyata tali sepatunya copot.
Ketika Lara akan berjongkok lelaki yang tadinya mengelap peluhnya yang terlebih dulu berjongkok. Devan dengan telaten memasangkan tali sepatu olah raga Lara. Membuat Lara tersenyum tipis karena perhatian Devan. Devan adalah lelaki sempurna tampa kekurangan sedikit pun.
Membuat banyak gadis lain mengincarnya. Baik itu sebaya dengan Lara dan Yunita mau pun di atas ke dua gadis itu. Devan lelaki populer di sekolah lelaki itu. Ia di sekolahkan di sekolah khusus Pria agar fokus belajar. Ke dua orang tua Devan agak ketat dalam masalah pendidikan. Meski Devan selalu juara satu di kelas dan juara umum di sekolahnya.
Tetap saja ke dua orang tua Devan selalu ingin lelaki itu menjadi lebih baik lagi. Karena di keluarga Hernandez hanya Devan cucu satu-satunya yang terlahir sebagai lelaki. Karena beberapa lainnya adalah perempuan. Bahkan di dalam keluarga Devan dia punya satu kakak perempuan dan satu adik perempuan.
Di keluarga Yunita, juga perempuan. Dimana Yunita mempunyai satu adik perempuan. Itulah kenapa Devan harus selalu di depan. Agar kakak dan adik-adiknya bisa ia lindungi dengan baik.
Kasih sayangnya pada Yunita membuat Lara menambahkan ke kekaguman nya pada seorang Devan Hernandez.
Setelah selesai Devan berdiri dengan menampilkan senyum pada Lara. Yang mana senyumnya hanya bisa di lihat oleh gadis di depannya saat ini dan keluarganya saja. Jadi Lara cukup beruntung.
Flashback off
"Wah! Mereka semanis aku dan Lara waktu dulu." Tutur Devan dan tersenyum.
****
Aiden menatap berkas yang baru saja Lara serahkan. Ke dua mata tajam dan dinginnya terlihat serius menelisik isi berkas. Ia tak ingin ada satu kesalahan pun dalam berkas yang selalu di berikan padanya. Karena itulah berkerja di perusahaan Brown Group itu sangat sulit.
Karena satu ke salahan saja akan langsung di pecat. Karena bagi Aiden yang ia butuhkan adalah kecermatan dan juga ke uletan. Ia tak pernah memandang remeh siapa pun. Jika orang itu punya bakat dan kemampuan. Maka Aiden tak akan mempermasalah kan pendidikan sang pegawai.
Buat apa S1 atau S3 jika mereka tak bisa ulet dan cermat. Karna bagi Aiden orang yang kuliah tinggi pun tak sehebat izajah yang mereka punya. Karena di zaman sekarang bayak yang mudah meraih nilai bagus hanya dengan uang. Dan yang terpenting bagi Aiden adalah karyawan nya jujur.
Maka mereka yang memenuhi tiga kretaria itu, akan bertahan sampai akhir di Perusahaan besar tersebut. Lara hanya menatap Aiden dengan tatapan biasa. Namun jika di perhatiankan dengan seksama. Gadis berbaju kemeja putih dengan rok sebatas lutut itu tengah memindai wajah tampan Aiden.
Ia tengah memperhatikan ke dua bulu mata Aidenn yang lentik. Hidung yang bangir, berserta alis mata tabal nan hitam. Rahang tegas yang menambah ke maskulinannya. Dan jangan lupakan bibir kecil tipis namun berisi di bagian bawah itu.
Tak ada yang luput dari penglihatan Lara. Aiden membubuhi tanda tangannya setalah membaca dengan seksama isi berkas.
"Ini." Seru Aiden mengulurkan berkas yang selesai ia tanda tangani ke arah Lara.
Lara menerimanya dan membungkuk memberi hormat. Ia membalikan tubuhnya dan saat itu Aiden tersenyum jelas.
"Malam ini tidurlah dirumahku," titah Aiden dengan suara berat.
Lara tak membalikan tubuhnya. Ia tau itu bukan permintaan tapi perintah mutlak dari Aiden.
"Baiklah Presdir," jawab Lara setelah itu langsung meninggalkan ruangan Aiden.
Saat ia membuka pintu saat itu terlihat jelas siapa yang berdiri di meja kerjanya. Gadis cantik itu tersenyum sinis ke arah Lara. Namun Lara masih berpura-pura tak ada siapa-siapa di sana.
"Apa malam ini kau juga akan melayani kekasihku Nona Smith. Anak pembunuh dan juga koruptor," cibir gadis itu dengan wajah merendahkan.
"Ya, karna kekasih sekaligus tunangannya tak bisa memuaskannya di atas ranjang," balas Lara dengan senyum mengejek.
Balasan Lara cukup menampar hati Gea. Gadis itu mengepalkan ke dua tangannya di samping tubuh dan melangkah pergi masuk ke dalam ruangan Aiden. Dan Lara tau dengan pasti, ke duanya akan kembali bertengkar. Karena Gea pasti akan mengulangi kata yang sama dengan kemarin. Apa lagi jika tidak meminta Lara di pecat.
Yang Lara heran adalah kenapa Aiden tak putus saja dengan Gea. Jika hanya selalu bertengkar. Dan Gea kenapa tahan dengan sikap Aiden yang dingin dan juga sedikit kasar kadang-kadang.
.
.
.
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Jumarni
krn cinta
2020-09-02
2
Nero_Kyrie
Oh Sehun knp loe gak jujur aja sama Gyuri, kalo loe tuh cinta sama Kim Sohyun 😉😁😁
2019-12-06
7