_____________________
"Dari mana datangnya Cinta? Dari mata turun ke hati. Lalu dari mana datangnya benci?
Aku pun tak tau dari mana datangnya."
~Aiden Brown~
.
.
.
.
.
"Sampai kapan kau akan terus begini huh?" pekik wanita cantik itu marah.
Sedangkan sang lelaki hanya menatap dingin ke arah wanita yang berteriak nyaring itu. Para maid sudah terbiasa mendengar pertengkaran tuan mereka dengan wanita cantik itu. Namun sebagai Maid mereka punya kewajiban diam.
Mereka harus tuli dari apa yang mereka dengar. Mereka harus buta dengan apa yang terjadi. Karena itulah peraturan bekerja di rumah besar itu. Jika tidak? Balasannya adalah Kematian. Karena seorang Aiden Brown tak akan membiarkan pengkhianatan.
Berkhianat maka Mati! Itulah yang di dapat oleh siapa saja. Bukan hanya para Maid saja. Tapi berlaku untuk semua orang yang berada di sekeliling lelaki berdarah dingin itu.
"Pergilah Gea. Aku sedang tak ingin berdebat denganmu," jawab Aiden berdiri dari kursi kerjanya.
Gea mengeram marah pada lelaki yang berstatus sebagai tunangannya itu. Aiden melangkah melewati Gea begitu saja.
"Aku telah cukup bersabar denganmu Aiden. Kau tidur dengan berbagai macam wanita. Aku diam saja, mencoba memaklumi perbuatan mu. Tapi kali ini aku tak bisa Aiden. Karena kau bermain dengan Lara Smith. Gadis yang membuat kau di penjara dan bahkan Papa nya telah membunuh ke dua orang tuaku. Jangan lupakan fakta nenekmu mati di tangan keluarganya," peringat Gea dengan suara dingin.
Langkah kaki Aiden berhenti. Ia tau jika ke dua orang tua Gea mati karena sabotase rem mobil. Dan itu terjadi karena Ayah Lara. Dimana mereka merasa Jaksa Miller menghalangi ambisinya. Hingga membuat gadis yang berdiri di belakang tubuhnya itu Yatim piatu.
Dan Aiden juga tak bisa menampik fakta jika sang nenek meninggal karena ulah Keluarga Lara. Suruhan dari ayah Lara menabrak sang nenek saat menyebrang jalan. Dan dengan hebatnya orang tua Lara lepas dari tuduhan.
Namun Aiden bukanlah lelaki bodoh. Ia mendapatkan fakta tersebut dan menjebloskan Tuan Smith ke dalam penjara. Jika boleh jujur, hukuman mati tak akan mampu memberikan Ayah Lara kata maaf. Karena terlalu banyak menebarkan kebencian di hati Aiden.
Hingga Lara harus membayar lunas semua hutang yang di lakukan oleh orang tuanya. Namun apa daya, Aiden tak bisa bermain air tapi tak basah. Atau bermain api jika tak terbakar. Ia mencintai Lara jauh sebelum mengenal ke dua orang tua Lara.
Cinta yang tulus, namun ternodai oleh sikap Lara yang menyebalkan. Belum lagi ke dua orang tua Lara yang ikut mengotori ketulusan yang Aiden punya.
"Aku tau. Jelas sangat tau Gea Miller jadi biarkan aku membereskannya dengan Lara. Kau tak perlu ikut campur dengan urusanku." Ucap Aiden langsung melangkah mendekati pintu keluar dan menarik engsel pintu.
"Apa kau masih mencintainya?" tanya Gea dengan wajah sendu.
Aiden masih bisa mendengar pertanyaan Gea. Karena ia masih di dalam ruangan belum melangkah pergi meski pintu telah ia buka.
"Apakah ada bedanya jika aku mencintai atau tidak mencintainya. Karena faktanya aku tak bisa merubah siapa Lara Smith. Anak dari seorang pembunuh." Ucap Aiden langsung melangkah keluar dari ruangan kerja.
Pintu perlahan tertutup kembali. Ke dua mata Gea panas dan memerah. Hatinya terasa begitu sakit, ia sudah lama menemani Aiden di kala susah hingga senang. Ia bertahan dari ribuan gadis yang mungkin Aiden jamah. Ia tetap bertahan dengan semua itu.
Namun Lara! Lara Smith Gadis bermarga keluarga Miller itu tak bisa membiarkannya. Ia begitu membenci Lara, karena orang tua gadis itu Gea harus menjadi yatim piatu. Jika Aiden tak menolongnya berkuliah di luar negeri. Mungkin Gea tak akan bisa menjadi seorang Desainer ternama.
Gea begitu bergantung pada Aiden. Seperti dulu Aiden bergantung pada nya. Selain itu Gea takut jika Aide akan kembali jatuh cinta pada Lara. Karena bagaimana pun ia pernah mencintai gadis itu. Mungkin lebih tepatnya tergila-gila dengan seorang Lara Smith.
"Tak bisakah kau mencintaiku? Memberikan aku ruang di hatimu selain Lara dan Venus?Apakah aku tak bisa menempati tepat mereka berdua di hatimu?" tutur Gea dengan air mata berlinang.
Gea ambruk ke lantai dengan tangis kencang. Di lain tempat gadis cantik bermata bulat itu sendang bercengkrama dengan keluarga Yunita Ia tidur di rumah Yunita, sang Sahabat rindu tidur bersama.
Cukup malam barulah ke duanya masuk ke kamar. Lara yang terbaring di sebelah Yunita menatap langit-langit kamar dengan pandangan kosong.
"Apa yang kau fikirkan kali ini, huh?" tanya Yunita yang menangkap basah Lara yang menatap hampa.
"Keluargamu, masih menerima aku dengan sangat baik. Kau tau Keluarga dekatku jangankan untuk menerimaku. Melihat aku saja mereka jijik, seakan aku ini sampah," ucap Lara dengan ke dua mata masih memandang langit-langit kamar Yunita.
Yunita meringsut mendekati tubuh Lara. Ia memeluk Lara dan menatap Lara dengan tatapan kasihan.
"Jangan menatap aku seperti itu Yunita," peringat Lara.
Gadis itu tau jika sang Sahabat tengah menatapnya dengan tatapan mengasihani. Ia tak suka akan hal itu.
"Tidak, aku tak menatapmu seperti itu." Bantah Yunita menatap ke arah langit-langit kamarnya mengikuti Lara, sambil melepaskan pelukannya.
Ke dua gadis itu tidur terlentang dengan menatap langit-langit kamar Yunita.
"Kau tau, dulu aku merasa iri dengan dirimu. Kau cantik, kaya dan terkenal. Namun setalah aku mengenalmu lebih dekat lagi. Saat itu aku tau bagaimana hidupmu. Dan aku merasa pasti sulit menjadi dirimu. Dimana kau di tuntut untuk sempurna di segala bidang," aku Yunita dengan jujur.
Lara tersenyum tipis. Jika boleh jujur Lara pun juga iri pada kehidupan Yunita.
"Lucu!" Seru Lara pelan dengan kekehan kecil. "Aku juga sama denganmu, kau punya ke dua orang tua yang mendukungmu. Mereka mencurahkan banyak kasih sayang padamu. Dan jangan lupakan Kak Devan yang begitu menyayangimu dan menjagamu dengan baik. Aku ingin, ah tidak! Lebih tepatnya sangat ingin berada di posisimu." Ucap Lara dengan mata menerawang ke masa lalu.
Yunita tersenyum mendengar pengakuan Lara. Ke duanya saling iri dengan kehidupan satu sama lain. Walau sebenarnya kehidupan Yunita sangatlah beruntung. Keluarga Yunita berasal dari keluarga kaya. Meski tak sekaya keluarga Lara dulu. Namun ke dua orang tua Yunita begitu baik dan ramah.
Mereka tak pernah memaksa Yunita melakukan hal yang tidak di inginkan Yunita. Dan mereka selalu mendukung apa pun yang Yunita inginkan. Dan juga ada Devan Hernandez yang selalu menjaga Yunita.
Ke duanya kembali menuangkan isi hati berserta bercerita tentang masa lalu ke duanya. Sekali-kali terdengar tawa mereka namun lima belas menit kemudian ke duanya terlelap ke alam mimpi.
🍁 🍁 🍁
Lara dengan telaten menyiapkan jadwal Aiden. Lelaki itu memiliki banyak jadwal dalam satu hari. Bukan hanya jadwal di kantor saja tapi juga di luar kantor. Jangan lupakan fakta bahwa Aiden Brown adalah ketua Mafia terbesar di Belanda.
Dua bulan lebih bekerja di bawah Aiden membuat Lara sedikit banyak mengerti tentang Aiden. Kegiatan Aiden di luar jam kantor.
"Sekretaris Smith!" seru suara berat yang membuat lamunan Lara buyar.
Gadis itu langsung berdiri dari tempat duduknya. Di depannya ternyata sudah ada Aiden yang berdiri dengan wajah dinginnya.
"Ya, Presdir apa ada yang Presdir inginkan?" tanya Lara seformal mungkin.
"Ikuti aku sekarang atap," titah Aiden, setelah mengatakan itu Aiden langsung melangkah mendekati lift.
Lara menyambar tas kecilnya dan berjalan setengah berlari. Karena Aiden hampir masuk ke dalam lift. Lara berdiri di samping Aiden. Ke duanya tidak ada yang mengeluarkan suara. Hanya bunyi tarikan dan hembusan nafas saja yang terdengar di ruangan kecil itu.
Ting !
Bunyi lift pertanda ke duanya telah sampai di lantai paling atas. Ke duanya melangkah mendekati pintu atap. Lara tak bertanya apa-apa sampai ia dan Aiden telah berada di atap gedung Brown Group. Lara terkanga melihat helykopter berada di tengah-tengah atap.
Dan beberapa lelaki berpakain formal dengan jas hitam membungkuk pada Aiden.
"Apa semuanya telah siap?" tanya Aiden dingin.
"Ya, Presdir," sahut lelaki dengan jas hitam yang Lara tau bernama Juan itu.
"Bagus." Ucap Aiden melangkah mendekati helykopter yang terpakir di atas lantai atap geduang yang luas.
Lara masih mengikuti Aiden, saat Aiden melewati Orang yang berbaris rapi dengan stelan formal itu mereka membungkuk. Lara berani bertaruh jika mereka semua adalah kelompok Mafia.
"Kita mau kemana Presdir?" tanya Lara saat Aiden berhenti di pintu masuk helykopter.
"Kita ke pulau Hoek Van Holland beach," ucap Aiden santai lalu masuk saat bawahan Aiden membuka pintu besi itu.
"Apa?????!" pekik Lara telah sadar dari keterkejutannya.
"Tunggu apa lagi? Naik cepat. Karna aku harus sampai di kepulauan tepat waktu," teriak Aiden karena Lara tak kunjung naik.
Lara hanya bisa mendesah letih. Mau tak mau ini melangkah naik masuk ke dalam helykopter dengan berat hati.
.
.
.
.
.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
🔻Iva Fye🔻
suka banget ceritanya btw mampir juga ya 😊
2020-08-05
0
Zulfithry Isnaeni
kok nama pemeranx di ganti thor
2020-05-31
2
Sarinah Tan
aduh thor..oppa sehun sama lee dong wook.. knnp jadi gtu🤣😂
2020-05-06
1