15. Kelas 3 Bag. III

Pukul 11 siang Ayah pun kembali dari undangan. Sekitar jam 2 siang Ayah membawa ku menjemput Elli lalu pergi makan di Mall. Kami makan-makan lalu berbelanja sebeno. Sambil menceritakan nilai sekolah ku. Sampai pada pukul setengah 4 kami pulang. Di lanjut jam 8 malam, ayah membawa kami makan diluar bersama Ibu.

" Kakak !!". Panggil Ayah.

"Ya yah. Ada apa?".

" Sebenarnya tadi pagi Ayah di undang ke pernikahan teman kakak".

" Teman? Siapa yah?".

" Undangan itu hanya di hadiri 50 orang saja".

" Siapa yah,kok dia gak ngundang ayu". Ujarku semakin penasaran.

" Tapi janji sama ayah jangan pernah campuri urusan ini ke sekolah kakak. Takut terganggu".

" ih apaan sih Ayah. Ya enggak lah !". Gumam ku dengan santai nya pada Ayah padahal si Ayah memasang wajah serius.

" Putra menikah dengan Silviana. Putra masih sekolah seperti biasa hanya saja Silvi sedang mengandung !".

" Hah !!".Begitu kagetnya aku. Berasa petir menyambar seluruh tubuhku hingga relung jiwaku.

" Kenapa kak?". Ayah bertanya.

" Gak papa yah". Menutupi kekecewaan yang mulai timbul dengan ulasan senyum yang manis.

" Janji sama Ayah, jangan sampai masalah pribadi dicampuri sama sekolah. Oke !!".

" Oke yah !". Aku memang tersenyum pada Ayah tapi hatiku begitu sangat sakit. Rasanya perih hingga aku sakit 2 hari. Ibu membawa ku periksa ke puskesmas. Aku terkena maag dan demam. Karena aku sekarang kurang mood untuk makan.

Aku di kunjungi sahabat-sahabatku, mereka begitu menghibur ku tanpa menyinggung masalah sekolah yang waktu itu. Kak Ari pun mengunjungi ku dan memberikan aku boneka lucu untuk menemani aku tidur. Mendengar kata 'nikah' aku langsung membuang semua barang-barang dari Putra.

Mungkin saja Ibu tahu perihal aku sakit. Tapi Ibu tidak bertanya padaku. Heruterlihat ikut menjenguk dan menghiburku.

Beberapa hari kemudian, aku kembali ke sekolah dengan kondisi masih tidak fit. Di antar Ibu ke sekolah masuk ke kelas mengikuti pelajaran seperti biasa.

Masih seperti biasa. Heru usil padaku, mungkin dengan cara itu dia menghibur hati ini. Sahabatku pun selalu mengajak aku ngobrol agar aku tidak melamun. Kadang terharu dengan berbagai cara mereka untuk membuat ku tidak larut dalam kesedihan

Jam istirahat di mulai. Aku di antar Ohta untuk ke UKS agar aku beristirahat sebentar. Setelah sampai aku tidur di ruangan. Entah kenapa disebelah ku terasa berisik.

" Put, kenapa kamu begini?".

" Maaf Ru !".

" Kamu tahu. Ayu begitu sayang sama kamu. Aku sampai binggung bagaimana caranya agar dia senyum lagi ".

" Maaf Ru !!". Aku ingin sekali melihat wajah meminta maaf itu.

" Sekarang Ayu sakit-sakitan memikirkan kamu. Kamu menikah tidak mengundang dia".

" Aku gak mungkin mengundang dia Ru. Aku gak tega melihat dia sedih".

" Kalian saling suka kenapa kamu tega tidur sama cewek lain?". Timpal Heru lagi, terdengar seperti emosi.

" Panjang ceritanya Ru. Intinya aku dijebak sama orang-orang !".

" Tapi itu beneran anakmu?".

" Ya itu anak ku hasil hubungan aku dan Silvi".

" Aku kecewa sama kamu Put".

Aku mendengar percakapan mereka. Yang pasti itu Heru dan Putra. Menahan air mata yang mungkin saja tidak bisa lagi ku tahan. Hingga jam istirahat usai. Ohta dan yang lain menjemputku. Mereka berpas-pasan dengan Heru dan melihat Putra di ruangan itu.

" Heru. Sejak kapan kalian Di sini?". Tanya Ohta.

" Sejak istirahat tapi Putra dari pagi sudah disini ". Jelas Heru

" Astaga !!". Ohta berbicara begitu berat. Berat aku tahu kenyataan nya seperti apa.

" Ada apa?". Tanya Heru binggung.

" Ayu kamu gak papa kan?". Kata Era menghampiri aku di bed UKS.

" Em gak papa?". Kataku senyum padahal bantal itu basah kuyup. Sedari tadi aku membenamkan wajah ini pada bantal, suara pun ku kecil kan begitu kecil hingga hanya getaran yang terasa.

" Tapi kam-".

" Sssstttt". Ujarku pada mereka yang melihatku menangis.

" Ayu !!!". Heru melihatku tak tega.

" Heheheh". Heru dengan tiba-tiba memeluk ku. Teman-teman ku pun pergi duluan ke kelas, melambai jauh.

" Maaf aku tidak tahu kamu disini".

" Gak papa". Aku kembali menyeka benih benih yang terus bergerimis deras di pipi.

" Ssssttt jangan sedih ya". Bisiknya lalu membantu menghapus air mataku.

" Em". Aku tersenyum namun terdengar sesunggukkan menahannya.

" Ya sudah aku antar ke kelas ya". Heru mengandeng tangan ku. Aku menariknya lalu membuka gorden yang membatasi tiap kasur. Aku mendekati Putra dan menjulurkan tanganku padanya

" Selamat ya. Semoga jadi ayah yang baik". Aku senyum padanya dan kami pun berjabat tangan. Aku pergi bersama Heru ke kelas meninggalkan perih yang masih terus membekas.

*********

Esoknya, kondisi ku sudah lumayan sehat. Aku juga sudah di ijinkan membawa motor ke sekolah. Pagi itu Heru menjemput ku. Kami pun ke sekolah bersama.

Pagi hari, aku kaget sekali. Putra ada didalam kelasku duduk di kursi ku. Belum ku letakkan tas yang berada di punggung ku, aku pun keluar dari sana tanpa perlu menyapanya. Baru beberapa langkah Putra memegang tangan ku. Aku tak dapat melepaskan nya, genggam nya amat kuat.

" Ayu dengarkan aku !". Keluhnya.

" Lepasin !!!". Aku masih berusaha untuk menarik tangan ku.

" Tapi dengar kan aku sebentar saja ".

" Oke !!!". Putra pun melepaskannya lalu berbicara pelan ke aku.

" Maafin aku !!".

" Iya". Tak perlu aku memandang wajahnya. Takut sakit itu kembali bukan?.

" Setelah anak itu lahir, aku akan kembali ke kamu !!". Ujarnya.

" Hah? Gak usah ".

" Kenapa. Aku menyesal yu, aku baru tahu kamu juga menyukai ku !". Jelasnya lagi.

" Anak itu lebih butuh kamu dari pada aku". Lebih baik mengalah, dia sudah menikah dan memiliki keluarga.

" Tapi ak-".

" Sampai kapanpun aku gak bisa Nerima kamu lagi. Kamu fokus saja urus istri dan anak mu ".

" Dengarkan ak-".

" Gak perlu. Aku kecewa !!!".

" Oke kalau kamu mau begitu. Anggap saja kita tidak kenal !" Teriak Putra lalu pergi. Sempat meliriknya, wajahnya begitu dingin apa mungkin emosi?.

Aku mencoba menahan tangisan ku. Dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Aku harus fokus dengan sekolahku. Agar masa depanku terjamin.

Hari demi hari aku lewati hingga hati ku sedikit terbiasa tanpanya. Aku sudah berjanji pada Ayah kalau aku harus mendapat 3 besar dikelas. Aku pun terkadang jalan bersama Heru untuk melepas bosan dengan buku.

Tak terasa aku sudah mendekati ulangan semester. Jadwal sudah dibagikan, tiap kelas pun dibersihkan. Kali ini masih sama aku duduk bersama Putra. Aku tidak bisa protes masalah ini, mau tidak mau aku harus terima.

Malamnya, aku belajar sesuai jadwal. Aku berusaha menghafal pelajaran yang di ulangan. Hingga jam 9 malam aku tidur dan subuhnya setelah shalat aku pun mengulang hafalan ku. Lalu mandi dan sarapan lanjut bersiap-siap ke sekolah bersama Heru.

Jam ulangan belum di mulai, aku duduk diluar untuk membaca buku-buku yang ku bawa bersama temanku yang lain. Oiya kali ini aku seruangan dengan Eshi, Ohta dan Era. Tidak ada yang beda. Pasangan mereka tetap sama.

Ulangan pun dimulai setelah kertas dibagikan. Aku memulai nya dengan bismillah. Aku tidak begitu memperhatikan Putra yang tingkahnya makin tidak wajar hingga kakinya di atas meja. Tidak ada yang mau menegurnya termasuk pengawas kelas. Kami membiarkannya hingga waktu hampir habis. Aku dan yang lain sudah keluar duluan tersisa anak Penjualan.

Kali ini tingkah Putra ditegur Kepala Sekolah.

" Masih bertingkah kamu ya. Sudah kami beri kesempatan tidak kamu hargai". Ucap kepala sekolah di dalam kelas. Keributan pagi itu aku saksikan dari pintu kelas. Hingga membuat kerumunan orang-orang termasuk Heru.

" Terserah kamu mau bagaimana. Mau lulus atau berhenti. Kami hanya memberikan kesempatan buat mu !!". Bentak Beliau hingga urat di leher nya terlihat. Dia amat marah namun ditahan.

Heru kesal dengan tingkah Putra seperti nya Heru ingin menerobos masuk kelas. Baru langkah pertama, aku sudah menghentikan nya, memberi kode dengan menggeleng kan kepalaku. Heru pun terhenti karena mengerti maksud ku.

" Harusnya kamu bisa berpikir. Bukan hanya kamu yang malu tapi keluargamu !".

Ku lihat, Putra pun menurunkan kakinya namun sialnya dia memukul meja dengan keras. Kami semua kaget dengan tingkahnya.

" Kamu dapat SP 3 !!". Pak Kepala Sekolah pun keluar dengan wajah yang amat seram.

Saat ujian kedua dimulai Putra tidak terlihat dikelas. Apa mungkin dia bolos pikirku. Tapi aku tetap mengikuti ulangan seperti biasa. Hingga 3 hari berikutnya Putra masih tetap saja tidak masuk sekolah. Orang berpikir Putra berhenti sekolah karena mendapat kan SP 3. ( Surat Panggilan ke 3 itu begitu serem saat masa sekolah. Antara lanjut atau di berhentikan ).

Hari itu saat pulang sekolah aku janjian bersama Heru kerumah Putra pada malam hari, untuk mengajak nya kembali sekolah. Aku geram melihat tingkahnya tidam mungkin aku tidak ikut campur kalau sudah separah ini.

Hingga malam tiba, aku bersiap dan dijemput Heru menggunakan mobilnya. Karena hanya Heru yang tahu rumah Putra. Hingga sampailah aku dirumahnya.

Mungkin anggapan ku Putra anak orang kaya. Kata Ayah sih Papinya pengusaha sukses di bidang jasa. Terlihat mobil dan megahnya rumah Putra. Saat kami keluar dari mobil. Kami meminta ijin pada penjaga untuk bertemu Putra. Sampailah kami didepan pintu. Dan keluar lah Papi nya Putra.

" Nak Ayu ada apa?".

" Maaf menganggu Om. Putra ada?".

" Ada. Masuklah dulu ".

" Makasih om". Kami pun masuk dan duduk di ruang tamu. Tak berapa lama, kami di sambut Silvi dengan perut yang sudah cukup besar.

" Hei kak !". Sapanya pada kami.

" Hei.. gimana sehat?". Tanyaku.

" Ya kak ". Sia pun duduk didekat ku.

" Pelan-pelan". Ucapku melihat dia seperti kesusahan duduk.

" Iya makasih ".

" Vi. Putra mana?". Kata Heru.

" Dia gak dirumah. Tapi papi telepon kok mungkin sebentar lagi pulang ".

" Wajahmu kenapa?". Sangat jelas wajahnya memar dimana-mana. Apa dia mengalami KDRT?

" Gak papa. Aku jatuh aja kak ".

" Jaga kesehatan mu sama bayi mu". Kataku bernasehat.

" Kak, makasih. Dan aku minta maaf sudah jahat sama kakak. Mengambil putra dari kakak". Jelasnya menekukkan wajah.

" Sudahlah gak papa kok. Ku ikhlas". Kataku dengan senyum. Seorang pelayan membawa kan kami minuman dan kue. Lalu meletakkan kan nya dimeja lalu pergi.

" Minum dulu Kak ".

Kami pun minum . Entah keributan apa diluar. Masuklah Mami dan Putra dengan kondisi Putra yang dimarahi oleh Mami nya dan dijewer.

" Mami capek begini !!". Katanya sambil masuk rumah.

" Mi sakit !!".

Kami hanya melihat dia. Silvi pun mendekati Putra. Mencoba menenangkan Mami nya agar tidak memarahi Putra. Tapi perlakuan itu malah dibalas Putra dengan mendorong Silvi. Aku kaget dan heran kenapa Putra kasar pada perempuan apalagi itu istri nya.

" Gak papa Mi". Ucap Silvi di bantu Mami Putra.

" Put !!". Panggil Heru.

" Gapain kalian disini?".

Heru mendekati Putra." Wahhh parah lu Put. Lo mabuk-mabukan ya?". Kata Heru.

" Diem Lo !!".

" Hei My Sauw. Aku kangen".Putra berjalan mengarah ke aku. Kelihatan cara jalannya yang tidak karuan. Seperti nya memang mabuk. Putra pun memelukku. Aku berusaha melepaskan nya dibantu Heru

" Put. Jangan gini. Kasihan istri mu". Kata Heru menjauhkan dia dari ku.

" Lepasin aku !!!". Keluhku. Semua membantu ku tak lama pelukan itu lepas dan datanglah Papinya dari lantai atas berjalan mendekati kami.

#paakkkkkkk

Tamparan keras ke Putra." Malu Put tingkah mu begini".

Putra pun duduk terdiam . Mami Putra lalu memaksa Papinya masuk ke dalam dan meninggalkan kami di ruang tamu. Aku duduk didekat Heru sedang kan Putra bersama Silvi.

" Put, besok sekolah soalnya kita masih ujian". Kata ku.

" Put maaf aku tidak ingin ikut campur tapi jadilah laki-laki yang bertanggung jawab dengan kesalahan sendiri". Sambung Heru.

" Aku pusing. Bukan ini kehidupan yang aku mau".

" Kak tenang lah".Silvi berusaha menenangkan Putra dengan mengelus pundaknya.

" Diam Lu cewek gatel !!! Ini semua salahmu. Ini kan yang kau mau karena kamu aku kehilangan segalanya !!!". Bentaknya menunjuk wajah sang istri.

" Put gak bisa gitu. Dia istrimu jangan kasar". Sela Heru,duduk didekat Putra sedangkan Silvi bersama ku. Untuk menghindari kekerasan lagi.

" Aku tahu ini salah ku. Tapi aku sudah berulang kali minta maaf sama kakak". Ucapnya pada Putra dengan air mata terus menerus jatuh

" Vi, gak usah nangis jangan sedih gak baik untuk bayimu". Gumam ku menghiburnya.

" Put. Besok ikut kami ujian dengan benar lalu lulus SMK bareng, bersama seperti dulu. Apa kamu gak mau?". Tambah Heru tegas.

" Ru, aku mau !!! Tapi aku gak bisa hidup seperti ini. Aku pusing !!!".

" Kak, bagaimana caranya kakak agar mau memaafkan ku !!!". Kata Silvi nangis tersedu-sedu.

" Gampang !!! Gugurin anak itu !!!". Ucapnya dengan keras.

"HAHHHHHH !!!". Aku dan Heru kaget mendengar nya.

" Oke. Aku gugurin anak ini seperti mau kakak". Silvi beranjak dari sofa dan berjalan entah kemana.

" Vi, kamu mau kemana". Teriakku lalu mengikuti nya.

" Lo gila ya Put !!!". Heru marah-marah.

Ku ikuti Silvi ke dapur. Saat itu dapur tidak ada orang entah kemana pelayan tadi. Silvi mencari sesuatu yang tidak aku ketahui. Tak lama dia sudah memegang pisau.

" AGHHHHH!!!!". Teriakku spontan hingga termundur beberapa langkah. Sontak seluruh isi rumah ke dapur. Heru, Putra, Papi, Mami dan para pelayan lainnya .

" Nak apa-apaan kamu. Gapain?". Kata Mami panik.

" Lepas pisau itu !". Kata Papinya Putra.

" GAK AKAN !!!!". Ucap Silvi memegang tepat di depan perut besarnya. Tangannya memang gemetar tapi dia begitu berani.

" Vi, ku mohon lepas. Kasihan bayi nya". Sahutku sedikit mendekat.

" Vi,sabar !!!". Heru. Putra hanya diam menyaksikan Silvi begitu ingin membunuh bayinya dan dirinya sendiri.

" Put, tarik kata-kata mu tadi !!!!". Teriak Heru. Seantero dapur sangat ramai, kepanikan terus terjadi.

" Vi, tenang lah ". Aku dan Heru makin mendekati Silvi. Silvi tetap memegang pisau di tangannya. Semakin dekat kami semakin dia mundur.

#BAKKKKKKK

Silvi terpleset ke belakang. Dengan disusul darah yang deras terus keluar dari ************ nya. Silvi pingsan. Malam ini penuh drama, Putra dengan cepat mengendong Silvi membawanya ke RS. Aku dan Heru ikut menyusul mobil mereka.

Sampailah kami di RS dan menunggu Silvi di ruang IGD. Aku dan yang lain duduk menunggu sedang kan Putra terus bolak balik di depan pintu nya.

#PAKKKKK

Tamparan lagi yang Putra dapat

"Pi sudahlah ini rumah sakit". Kata Maminya melerai pertikaian.

" Sampai terjadi apa-apa dengan cucu Papi, kamu Papi kurung di bawah tanah !!".

Kondisi pun mulai tenang, sekitar jam 9 malam aku belum juga pulang kerumah. Aku lalu menelepon Ayah yang hari itu baru pulang dari kerjanya.

Ayu : Yah. Kakak di RS.

Ayah : Kenapa. Kakak kenapa?

Ayu : Bukan yah. Ceritanya panjang. Silvi masuk RS karena pendarahan.

Ayah : Jadi gimana . Apa ada Papi dan Mami putra disana?.

Ayu : Lengkap Yah. Kakak nanti pulang ya yah. Masih nunggu kabar Silvi di IGD .

Ayah : Ayah dan Ibu kesana ya . Tunggu !!.

Ayu : Elli gimana?.

Ayah : Elli tempat nenek sayang. Sebentar lagi Ayah sampai ya. Wassalamu'alaikum.

Ayu :Walaikumsalam.

Ku pun mendekati Papi Putra. " Om, Ayah dan Ibu ingin menjenguk Silvi". Kataku pelan. Aku tahu saat ini Beliau tidak sedang baik-baik saja. Bisa-bisa tersulut emosi meskipun hal sepele.

" Makasih ya Nak. Ayah mu sudah perhatian pada kami".

" Sama-sama Om ".

" Sebenarnya Om malu bertemu Ayahmu. Karena kemarin-kemarin Om marah pada Beliau".

" Gak papa Om. Ayah bilang sudah memaafkan om kok ".

Episodes
Episodes

Updated 53 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!