Sebelum aku menduduki kelas 2. Aku janjian bareng sahabat-sahabat ku untuk daftar ulang di sekolah. Setelah semua urusan selesai nama kami terdaftar di kelas 2. ( Di sekolahku memang tiap kenaikan kelas harus wajib daftar ulang. Kalau tidak di anggap berhenti ).
*******
Hari pertama masuk sekolah, penampilan baru, kelas baru dan serba baru. Aku memasuki kelas . Awal pagi itu di mulai dengan upacara seperti biasa hanya yang berbeda tingkatan kelas saja. Setelah upacara selesai. Semua siswa kembali ke kelas masing-masing. Aku dan yang lain duduk seperti biasa.
" Pagi !!". Sapa KaJur ( Kepala Jurusan ) AP.
" Pagi Bu". Sapa kami barengan. Ibu itu lalu duduk di kursi Guru.
" Begini, kami ada kebijakan baru. Mulai kelas 2 ini kelas kalian di acak sesuai peringkat yang kalian dapatkan kemarin".
" Hah". Kami sedikit terlonjak dan mengeluh.
" Kok hah, sekalian kalian di seleksi nanti siapa yang mengikuti lomba di luar kota ".
" aissssss". Keluh kami berbarengan. ( Di kota asal ku bahasa itu memang sebagai tanda berkeluh kesah ).
" Jangan bicara begitu. Tidak ada Sekretaris bicara begitu ". Ucap Beliau tegas.
" Iya Bu !!!". Kembali menjawab lagi.
" Antara peringkat 1-10 atau 1-9 saja yang kami pilah sisa nya random". Tambah Bu Guru. Kami tidak menjawab. " Ibu pergi dulu. Mungkin siang pengumuman nya di tempel di Mading".
KaJur kami pun pergi dari kelas. Sebenarnya tidak terima di acak-acak takut berpisah sama teman yang sudah 1 tahun bersama.
" Pasti ku pisah sama kalian". Kata Susi.
" Gak Si". Kata Ohta berbalas.
" Gak mau". Aku lalu memeluk Susi karena yang paling dekat itu sama Susi. Sampai kami dibilang kembar sama Guru atau siswa lainnya. Entah kembar dari mana.
Setelah drama-dramaan, kami ke kantin sebentar membeli cemilan. Berjalan ke kantin. Ada yang beda saat itu, jembatan kecil yang menghubungkan antara bangunan Sekretaris dan Akuntansi di beri atap. Jadi kalau hujan tidak perlu lari-larian menyebrang. Oiya, karena ada kolam ikan di antara gedung SK dan AK jadi dibuatkan jembatan.
Terlihat dari jauh kantin lumayan ramai di penuhi muka-muka lama. Belum terlihat anak baru pagi itu. Mungkin sibuk membersihkan kelas atau diam di kelas. Setelah membeli cemilan kami kembali sambil jalan juga nyicip makan yang dibeli.
Sudah di kelas, kami duduk seperti biasa membuat lingkaran sambil mengobrol drama yang tayang di tv kemarin. Asik mengobrol tertawa kecil.
" Bisa pinjam si jelek ini". Heru menunjukku.
" Em. Ambillah !!!". Jawab Eshi spontan.
" Hah?!!". Ujarku. Seperti biasa. Heru pasti memegang lengan kiri ku sangat kuat. Seperti tidak mau aku lari. Padahal aku juga tidak akan lari karena tidak mau tangan ku putus.
" Aduh sakit Heru Pramono Anwar !!! ". Keluhku.
" Oh maaf". Dia melepas nya lalu memegang kecil helaian rambutku. Pagi itu rambutku tergerai karena sudah panjang sepinggang ku, aku malas mengikat nya butuh tenaga ekstra untuk menyisirnya.
Heru membawaku ke belakang kelas. Kelasku berada di tengah antara gedung. Belakang kelasku pun sepi tidak ada yang lewat. Jendela nya pun tinggi tidak mungkin ada yang mengintip kami.
" Apaan ??". Tanya ku.
" Gak papa ".
" Hah, narik-narik gak jelas dari tadi cuma bilang gak papa ".
" Ayu !!!!". Panggil nya sekali lagi.
" Apaan?". Jawabku jutek.
" Em..dengar kan Ibu kata kan tadi pagi. Pasti kita gak sekelas ".
" Terus kenapa ?".
" Aku gak bisa usil lagi sama kamu". Entah kenapa wajah itu di tekuk makin absurd.
" Ya bagus. Hidup ku jadi tenang". Gumam ku lagi.
" Yaelah ".
" Udah lah mau ke kelas". Pamit ku padanya.
" Etssss tunggu !!".
" Hem". Jawabku singkat membalikkan tubuh yang sempat ingin pergi.
" Itu, gelangnya makasih sudah dipakai ".
" oh ini.. iya makasih juga hadiahnya ".
" Kamu suka?". Tanyanya.
" Iya suka kok hehehehe". Aku tersenyum tulus pada Heru. Heru terdiam sejenak melihat aku." Ehhh.... Kenapa diem ?". Aku memegang pundaknya lalu ku goyang kan tubuhnya dengan kuat. Aku sengaja soalnya kesal.
" Hah?". Mendongak
" Kenapa ?"
" Gak papa. Aku sudah dapat yang aku mau".
" Kamu mau?". Pikirku.
" Makasih ya hehehehe". Heru senyum padaku. Aku merasa ada yang beda dari senyum itu, tidak seperti biasa nya. Aku pun membalas dengan senyum. Kami saling bertukar senyuman. Tapi senyum itu berubah seketika ketika Heru menjitak jidat ku dengan keras. Lalu pergi lari dengan wajah seperti mengolok ku.
" Apa-apaan sih tu anak. Suka cari gara-gara sama aku". mengerucutkan bibir ke depan. Berjalan sedikit, baru beberapa langkah. Putra di depanku.
" Kamu gapain ?". Tanyaku melihat dia.
" Hah ?". Dia kaget karena ketahuan merokok di depanku.
" Apa itu? ".
" Ga-gak gak papa kok". Dia lalu menyembunyikan rokok tadi di belakang nya.
" Bohong. Sini aku mau lihat ". Aku berusaha mengambil rokok tadi yang di sembunyikan di belakangnya. Bukanya aku dapat, aku terkena api nya. Sedikit sakit sih.
" Aw !!!". Aku memegang jariku, perih juga rasanya.
" Maaf". Dia ikut memegang jariku tadi. Tapi aku menjauh dari dia .
" Jangan dekat-dekat". Keluhku. Putra bukannya menjauh tapi malah mendekati ku. Aku hanya fokus ke tanganku bukan nya lari dari situ. Makin Putra mendekati tubuh ku.
" Kamu ada hubungan apa sama Heru ?".
" Hah gak ada !". Sahutku masih mengibas jari yang terkena api kecil dari rokoknya.
" Bohong !!!!!". Teriak Putra.
" Astaga gapain sih teriak gak jelas. Ketahuan kamu nanti disini lagi merokok ".
" Bodok amat !!!".
" Put, dengarkan aku. Terakhir aku bilang apa. Kamu perbaiki sikapmu". Saranku kedua kalinya. Mungkin saran apapun kebal.
" Buat apa baik. Kalau kamu tetap gak mau sama aku".
" Apaan sih. Udahlah". Aku pergi dari nya tapi tidak jadi karena dia memojokkan ku di tembok kelas.
" Aku akan ubah sikapku". Dia menatapku makin dekat. Aku langsung duduk agar terhindar dari dia. Dia melihat ku lalu pergi meninggalkan begitu saja.
Diperjalanan ke kelas aku mengeluh jari dan jidatku dapat musibah. Baru saja masuk sekolah sudah sial dipagi hari. Tiba di kelas. Aku sudah melihat Heru duduk dikelas. Aku kembali ke tempat temanku.
" Kenapa ?". Tanya Era.
" Ku kira penting tahu nya cuma mau numpang jitak jidat ku doank". Keluhku lalu duduk.
" Wahahahahaha". Eshi tertawa.
" Tapi ini kenapa ?". Tanya Ohta melihat jariku.
" Oh gak papa. Ini tadi pagi kena rokok Ayah aja". Alasanku pada nya.
Singkat cerita,
Pengumuman pun sudah di tempel di Mading. Kami berlomba-lomba melihatnya paling depan. Ketika aku dan Susi melihat. Ternyata Susi beneran tidak sekelas dengan kami. Yang masih bertahan Aku, Ohta, Eshi, Era, Sari, Tami, Mai, Lia dan Hani di kelasku. Semua cowok dikelas ku di kelas AP 3.
Kelas pun berubah. Kelasku dulu AP 3 berubah menjadi AP 1. Jadi mulai hari ini aku sekelas sama cewek-cewek pintar dan terpilih. Hanya ada 1 laki-laki tapi dia minta di tukar sama yang lain. Kami menyarankan Susi tapi KaJur tidak mendengar kan usul ku dan Ohta. ( Sungguh hal yang menyedihkan saat itu, berpisah dari Susi ).
Setelah jam sekolah usai. Aku keluar dari kelas sendirian karena yang lain sudah pulang duluan. Aku melewati ruang Guru. Terlihat jelas ada Putra di ruang guru bersama Guru BK.
" Kenapa lagi tu anak ?". Intip ku. Ku hanya melihat dia dari belakang nya saja. Tapi aku sudah kenal pasti itu Putra. Sudah sampai depan ruang Guru ada wajah anak baru keluar.
" Itu kenapa ?". Tanyaku padanya.
" Gak tau kak. Tapi tadi saya dengar dia dimarah karena merokok di depan kelas ".
" Hah". Kaget ku.
" Iya kak. Permisi ya Kak ".
" Makasih ya". Pungkas ku. Aku hanya menggelengkan kepala ku lalu berjalan keluar sekolah menunggu Ayah menjemput ku. Aku duduk di dekat gerbang yang sudah di sediakan. Ada beberapa wajah baru di dekatku. Pikirku mungkin Ade kelas.
Tak lama aku duduk dengan posisi tas ransel di depanku, ada motor berhenti di depanku. Matic hitam. Ternyata Putra, aku memandang kaget saja. Dia hanya tersenyum mengajukan jempolnya padaku. Lalu melaju dengan kecepatan tinggi.
" ih itu kenapa, kesambet kali. Padahal tadi sudah dimarahi malah senyum". Aku bicara sendiri.
" Anu kak ".
" Em ya". Aku memandang siswi di sebelah ku.
" Itu siapa kak?".
" Namanya Putra jurusan 2 KP".
" Ganteng kak ".
" Hah?". Kaget ku.
Entah dari mana gantengnya aku hanya tahu dia nakal saja. Aku tidak begitu mementingkan wajahnya. Tapi beneran dia memang Good lah dari segi tampang saja. Tinggi, putih tidak hitam pun tidak, hidung mancung, mata nya kecil. Alis tebal bulu mata lentik.
" Tapi nakal". Ujar temannya tadi.
" Betul". Tambah ku. Kamipun tertawa. Tak lama Ayah datang menjemput ku. Aku berpamit dengan mereka.
****
Esoknya aku ke sekolah. Suasana baru dari kelas baru. Saingan makin ketat. Belajar pun harus benar-benar serius. Aku masih duduk di dekat Ohta. Karena di depanku Era dan di depan Ohta adalah Eshi. Kami duduk di dekat pintu kelas seperti dulu. Hari-hari aku jalani dengan tenang. Tanpa si Usil Heru.
Beberapa bulan setelah aku beradaptasi dengan teman-teman baru di kelas. Kami makin akrab dan kompak. Karena kelas kami dikenal kelas kumpulan cewek-cewek pintar.
Saat itu jam sudah menunjukkan detik-detik shalat Dzuhur. Seperti biasa di wajibkan shalat di mushola sekolah. Siapapun tidak shalat dikena hukum guru Agama. Guru agama Islam kali ini galak. ( Serius, sekolah ku meskipun SMK tapi memang tegas tentang agama ).
Jadi aku dan yang lain bareng ke mushola membawa mukena. Masih terlihat kosong jadi aku dan Ohta mengambil tepat didekat kipas angin, biar segar dikit karena cuaca memang akhir-akhir ini terik. Waktu itu Eshi lagi dapet. Oiya, musholah sekolah ku berada tidak jauh sarikelasku.
Waktu itu aku dan Ohta sudah mengambil wudhu. Kami pun duduk di tempat yang kami pilih. Dinding mushola ku hanya berupa dinding kawat jadi sangat terlihat jelas di luar. Tempat wudhu nya pun di depan mushola dengan berpagar kawat.
Ketika aku memakai mukena. Aku melihat kerumunan orang diluar yang sedang mengantri wudhu. Ku lirik cowok jangkung, putih, ganteng banget, rapi pokoknya perfect. Aku lalu menyenggol Ohta.
" Ta lihat itu". Kataku semangat.
" Apa ?".
" Itu cowok yang tinggi itu ".
" Mana sih ?".
" Itu loh dekat tangga". Jelasku.
" Oh itu ".
" Hah? Kenal ?".
" Kenal lah".
" Jangan bilang searah rumahnya sama rumahmu ?". Tunjukku tepat di depan hidung Ohta.
" Baru mau bilang".
" Astaga aku tinggal tempat mu aja lah hahaha". Candaku.
" Hahaha. Kenapa sama dia?".Tanya Ohta
" Ganteng".Gumam ku sambil senyum genit.
" Iya aku tahu maksud mu ".
" Ahhh makasih". Aku memeluknya dengan Erat. Sambil tertawa kecil.
Aku masih memandang nya dari jauh. Sampai dia masuk ke mushola aku kembali fokus . Setelah selesai shalat. Kami mengantri keluar mushola karena saat itu pintu nya masih 1 belum diperbaharui. Aku sengaja keluar bareng cowok tadi dengan menunggu dia sambil berdesakan. Ketika dia muncul barulah aku menyusul di belakang.
Aku berjalan di belakangnya sambil lompat-lompat. Ohta hanya menggelengkan kepalanya karena malu melihat temannya gila . Searah menuju kelasku dia berjalan. Sampai lah aku dikelas, diaberjalan lurus sedangkan aku belok. Aku tidak masuk kelas cuma memandang dia terdiam.
Aku tidak sadar ternyata temannya cowok itu berada dibelakang ku . Aku loncat-loncat tadi mungkin saja mereka melihat ,pikir mereka mungkin aku kerasukan. Aku menutup wajahku dan berpura-pura memasang sepatu ku di depan kelas.
" Eh tu cewek gila !". Kata temannya. Kata-kata itu aku dengar. Aku lalu memandang temannya yang melihatku . Ku tatap lalu ku julurkan lidahku padanya.
" ih kamu tu yang gila". Omelku sendiri sambil memakai sepatu.
Sepatu ku sebelah kiri berada di depanku,saat itu aku memakai sepatu diluar didepan kelas bersama teman yang lain. Ketika sepatu itu ku raih sebelahnya malah ke tendang.
" Aghhhhhh !!!". Suaraku. Sepatu ku tergerak jauh.
Aku melompat-lompat ke arah sepatuku yang cukup jauh. Temanku hanya melihat sembari tertawa. Ku sudah menggunakan kaos kaki putih jadi, aku tidak mau kotor terpaksa aku berjalan melompat-lompat.
" Tu orang gak ada mata kali ya". Omelku lagi.
Sedikit lagi dekat dengan sepatuku. Malah ke tendang lagi karena anak-anak lewat berlarian mungkin ketahuan sama Guru tidak shalat. Sepatuku pun jatuh ke bawah tepatnya di atas tanah kotor. Alhasil, sepatuku kemasukkan tanah dan makin jauh dari ku.Masih lompat-lompat,tapi...
" Sepatu mu?" .Tanyanya menunjuk sepatu di tanah.
" Iya". Aku benggong karena saat itu cowok yang di mushola tadi ada didepan ku.
" Bentar". Dia lalu turun mengambil sepatu ku. Setelah dapat dia kembali ke atas dan membersihkan kotoran di sepatuku.
" Aa-aa- anu .. gak usah biar aku aja". Ucapku gagap.
" Gak papa. Ini !!". Sia memberikan sepatu tadi padaku.
" Makasih ya ".
" Sama - sama". Dia lalu pergi bersama temannya.
" Itu cewek gila yang ku bilang tadi loh". Kata temannya dengan sengaja membesarkan suaranya sambil melihatku. Mengolok ku. Aku balas dengan olokan. Ku julurkan lidahku berkali-kali padanya dia hanya tertawa.
****
Saat istirahat pertama berlangsung aku ke ruangan Guru untuk mengambil buku paket yang harus di catat di papan tulis. Oiya, aku masih bertugas menjadi sekretaris kelas. Padahal aku ingin mengundurkan diri tapi yang lain selalu menyebut namaku. Dan Ohta menjadi ketua kelas.
Ketika aku masuk ruang Guru mengambil buku di meja. Aku berpapasan dengan cowok yang waktu itu yang hobinya menjulurkan lidahnya padaku.
" Ternyata dia jurusan Multimedia, berarti temannya juga donk". Bisikku sendiri sambil melirik dia. Waktu itu dia hanya sendirian mengobrol dengan KaJur Multimedia. Aku lalu keluar. Sudah berada di depan pintu. Ada suara yang memanggil ku.
" Kak !!!".
" Hah". Aku berbalik arah.
" Boleh bicara sebentar ?".Tanya nya sambil membawa laptop yang masih nyala.
" Oh iya ". Kami lalu berjalan dan berhenti tidak jauh dari ruang Guru.
" Gini kak ".
" Ya apa ?".
" Kakak tuuuuuuuu".
" Apaan ?". Jawabku penasaran.
" Gak papa hahahahaha ".
" Hah?". Aku benggong.
" Uwekkkkkkk😝 ... Dah Kak". Dia lalu pergi sambil tertawa ngakak.
" ihhhh apaan . Salah makan tu anak".
Setelah sampai dikelas. Buku tadi ku letakkan di meja ku. Di kelas terlihat kosong. Pikirku,mungkin mereka ke kantin. Saat aku ingin mengambil uang membeli kue. Tiba-tiba buku yang ku letakkan hilang dengan sekejap. Aku mencari-cari nya disekitar kursiku tapi tidak ketemu.
" Nyari ini?". Mengangkat buku tadi.
" Astaga Heru !!!".
" Ambil aja kalau bisa". Dia berdiri didepan kelas ku.
" Gak ah malas. Ambil aja tu . Paling yang dimarahin kamu". Kataku.
" Ahh gak seru . Ini ambil kembali". Dia meletakkan kembali buku tadi di kursiku.
" Good ". Balas ku senyum .
#PAAKKKKKKKK
Heru lalu berlari menjauh .
" Ya Allah hobi nya jitak jidatku ".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dyah Agustin
yahh jdi pengen sekolah lagi
2020-07-21
0
Lara Anjaswati
suka ceritanya lucu
2020-01-30
5