Lanjut...
Malam hari aku belajar karena ada ulangan, hampir 1 buku IPS aku hafal entah masuk di ulangan apa tidak. Aku hafal saja siapa tahu keluar saat ujian. Mendapat juara kan butuh usaha semaksimal mungkin. Sekitar jam 9 lewat belajar ku sudah usai, aku teringat kembali nomor yang Ohta berikan padaku. Aku mencoba SMS kak Budi.
Aku : Hai boleh kenalan kah?
Kak Budi : Ini sapa.
" Wih cepat banget balasnya". Kata ku.
Aku: Ini kak Budi kah?
Kak Budi: Iya, ini siapa sih ?
" Astaga, kasar betul balasannya. ih malas banget". Lagi-lagi aku kesel dan ku hapus nomor tadi dan segala macam SMS yang ku kirim padanya. Gumpalan kertas tadi ku buang dan ku bakar. ( Aneh juga sih aku waktu itu, antara aku yang baca nya dengan nada kasar atau apa? Maafkan aku😜 ).
Paginya di sekolah. Saat itu detik-detik kelas 3 sibuk dengan ujian prakteknya. Kelas 1 dan kelas 2 pun sibuk ulangan tengah semester sebelum ulangan semester genap dilaksanakan.
Aku dan yang lain sibuk belajar, aku berusaha untuk tidak mengingat nama-nama cowok yang pernah aku suka demi peringkat ku. Aku semakin rajin ke perpustakaan belajar dan mencatat atau bisa di bilang merangkum beberapa materi. Apa saja aku lakukan demi mewujudkan mimpi ku.
Setiap kali aku berpas-pasan dengan Kak Heri, Kak Mardi atau Kak Budi aku berusaha bertingkah biasa saja. Bercampur kesal dan kecewa. Kalau aku histeris malah kesannya, ganjen.
********
Hari Selasa kelas ku ada pelajaran Agama Islam. Setiap pelajaran Agama kelas ku bergabung dengan kelas X Penjualan. Saat itu temanku yang non muslim adalah Era. Jadi dia belajar di perpustakaan. Anak-anak Penjualan pun datang ke kelas kami. Bisa dihitung perempuan nya cuma 5 sisanya cowok semua.
Dengan rusuhnya mereka datang, kelas ku kekurangan kursi. Jadi mereka mengambil kursi di ruang kelas sebelah alias Lab. Bahasa. Namanya kelas ribut dimana aja tetap ribut dan rusuh nya minta ampun. Ditambah lagi cowok 7 di kelas kami jadi nambah nakalnya. ( Sekolah ku dulu kalau pelajaran Agama selalu di gabungkan. Bukan karena Gurunya kurang ya ).
Setelah semua mendapatkan kursi dan duduk. Guru agama didepan menjelaskan pelajaran. Kelasku dengan tenang mendengar kan. Namun barisan kelas Penjualan asik mengobrol sendiri.
" Aduhhh berisik". Keluh Ohta.
" Tolong diam dong yang jurusan penjualan". Tambah Yeti teman sekelas ku yang berparas tomboi. Akhirnya mereka diam dan kembali mendengar kan penjelasan Ibu Nadiroh guru khusus Agama Islam untuk kelas 1.
" Kerjakan soalnya, ibu mau ke kantor dulu". Kata Beliau lalu membuka pintu kelas yang tertutup tadi dan keluar meninggalkan kelas.
" Huhhhhhhhhhh lanjut !!!!!!". Seru anak Penjualan dengan girang. Karena bagi mereka seorang Guru hanya menghambat kesenangan mereka. Jadi kalau tidak ada Guru, jiwa rusuh kembali menghantui diri dan jiwa anak-anak itu.
Aku, Ohta, Eshi dan Susi tidak peduli keributan dari mereka. Kami fokus mengerjakan soal yang Ibu Nadiroh berikan. Kami pun membuat lingkaran lalu mengerjakan dengan teliti.
" Sapa disini namanya Ayu?". Teriak cowok Penjualan. Aku melirik suara tadi ternyata dia Putra. Aku hanya melihat tapi tidak peduli.
" Kita sudah semester 2, masa iya kamu tidak kenal sama nama anak SK ?". Tanya temannya. SK adalah Sekretaris.
Aku semakin tidak peduli,tapi teman-teman ku melirik aksi mereka.
" Aku !". Ceplos Eshi.
" Ohhh katanya dia putih kok hitam". Ejek mereka pada Eshi. Eshi memang gadis berkulit sawo matang.
" Biarlah !!!". Eshi menjawab dengan nada santai dan melanjutkan tangannya menulis jawaban-jawaban.
" Minta nomormu kamu dong Ayu". Teriak Putra lagi.
Putra Setia Agung, salah satu siswa jurusan Penjualan yang terkenal sangat-sangat bandel. Kalau jam pelajaran selalu tidur terkadang mengobrol dengan yang lain.
" Yu dia kesini". Jelas Susi melirik arah belakang ku.
" ihh aku tidak peduli". Ujarku masih fokus menulis huruf per huruf di atas kertas.
" Makin dekat yu". Tambah Susi lagi. Malah dia yang kepanikan.
" Biarin, gak peduli Si". Aku tetap menulis.
" Yu in-.....".
" Ayu lihat jawaban nomor 5 dong". Tiba-tiba Heru dibelakang ku.
" Hah, gitu aja gak tau?". Gumam ku tercengang. Anak itu sudah tidak jelas. Isi kepalanya mungkin kosong.
Heru menarik kursinya di dekat ku dan duduk di antara kami. Entah saat itu Susi bilang ada Putra tapi hanya ada Heru yang mendekati ku. Mungkin saja Susi bercanda. Aku kembali belajar dan membiarkan Heru melihat jawaban yang ku tulis.
" Sudah gak?". Ibu Nadiroh kembali ke kelas.
" Sudah !!!". Jawab serempak anak SK.
" Belum !!!". Jawab serempak anak Penjualan.
Heru lalu menarik kursinya kembali ke kumpulan Budi dan lain-lain. Tak lama pelajaran agama usai. Ibu Nadiroh pun keluar ruangan disusul cewek-cewek penjualan sambil mendorong kursi untuk dikembalikan.
Aku kembali ke posisi tempat duduk ku di dekat pintu kelas. Tenyata tempat duduk ku di duduki Putra. Saat itu Putra belum beranjak dari situ. Aku mendekatinya lalu berdiri menunggu dia pergi.
" Siapa?". Tanyanya memandang diriku yang memang lagi jengkel sama tingkahnya.
" Itu ayu ****** !". Jawab Alif temannya Putra yang menonjol kepala Putra.
" Aduhhh !!!". Lirihnya mengusap ujung kepala. Aku hanya diam memperhatikan mereka." Ohhh boleh minta nomor mu?". Tanya nya kembali.
" Maaf, aku gak punya hp !". Jawab ku judes.
" Oke nanti ku minta lagi, tunggu kamu ada hp". Dia lalu pergi bersama teman-temannya.
Aku meletakkan tasku kembali dan merapikan buku-buku ku. Syukurlah nilai aku hari ini tinggi. Kebutalan saat aku keluar kelas, aku melihat Era lagi duduk berbincang bersama Bobi dan Isa mereka anak Penjualan yang non muslim.
" Mojok terus !!!". Sorakku pada Era.
" Biarin wekkkk😝😝😝". Balas nya padaku. Aku lalu mencubit pipinya dan berlari jauh dari Era. Ku tinggal Susi, sudah jauh dari jangkauan Era, ku tunggu lagi Susi.
Kamipun berjalan ke kantin. Terlihat dari jauh saat itu kantin dipenuhi X Penjualan yang masih membawa tas. Ada yang makan ada juga yang sekedar duduk bercanda. Dasar bikin penuh saja !.
Aku dan Susi membeli p*p mie dan beberapa cemilan untuk teman makan. Mie nya disiram di kantin lalu aku memberi sekitar 3 sendok makan sambal bakso ditambah perasan jeruk dan kuahnya itu loh di kasih hampir penuh cup (maknyusss). Jam istirahat pertama ramai terkadang harus antri berdesakan.
Aku sudah siap dengan p*p mie ku sedangkan Susi masih menunggu mie nya disiram tapi sudah dia beri sambal dan jeruk. Aku menunggu sambil duduk di kursi kosong. ( aku sungguh rindu makanan saat di sekolah ).
" Ayu !!". Suara cowok memanggil ku.
Aku mencari suara itu ke kanan ke kiri. Pas ku lihat ada lambaian tangan. Ya ternyata Putra lagi. Dasar sok kenal sok akrab.
Saat itu ada beberapa kakak kelas makan di kantin sebelah. Kantin sekolah ada 3 berjajar. Langganan biasa kami beli berada di tengah. Yang jual pun sudah hafal nama ku dan yang lain. Kadang dikasih bonus.
Putra berada di kantin kiri. Dia bersama temannya makan. Malas banget melihat dia. Mata ku, ku alihkan ke kanan. Ternyata ada Kak Heri disana lagi makan bersama temannya, tapi disampingnya malah ada cewek.
Baju warna hijau tosca, simbol baju jurusan Multimedia sedangkan kuning melambangkan jurusan Penjualan. Karena lagi ujian praktek,mereka diwajibkan memakai baju jurusan dan praktik. Ternyata itu cewek yang di bilang Susi. Cantik banget, putih, rambut keriting, hidung mancung. Jauh beda dari aku.
" Ayok yu !!". Ajakan Susi. Kami membawa p*p mie tadi ke kelas. Untuk makan bareng disana berdua.
Saat kaki ku berjalan keluar kantin,belum sampai pagar yang membatasi kantin dan halaman kelas. Kak Heri lagi-lagi menatapku. Sekilas aku lihat tapi langsung ku tepis aku takut pacarnya menjambak rambutku. ( Geer kali aku ini ).
Sampai lah dikelas lalu kami berdua makan. Sesekali Era dan Eshi mencicipi racikan mie kami berdua.
" Hambar!!". Eshi mencoba mie ku.
" Manis nya!!". Era mencoba mie Susi.
Setelah makan selesai kami mengembalikkan sendok dan garpu milik ibu kantin tadi. Lalu kembali ke kelas lagi.
****
Ujian semester genap berlangsung. No pacar karena sudah janji sama Ayah harus dapat peringkat 2. Jadi aku belajar sungguh-sungguh. Beberapa Guru memberikan kisi-kisi jadi aku mudah mempelajari nya, aku hafalkan biar mudah menjawabnya.
Aku bersaing sehat bersama kedua temanku. Aku begitu fokus dengan belajar dan belajar sudah tidak berpikir lagi untuk terlibat sama cowok yang gak jelas.
Sekitar seminggu ujian berlangsung. Kelas 3 saat itu libur jadi kelas-kelas dipakai untuk ulangan. Duduk sesuai urutan absen dengan posisi sendiri-sendiri.
Hari pertama ulangan aku sekelas sama Eshi yang lain diruang sebelah. Sebelum ulangan dimulai, kembali ku ingat-ingat hafalan ku tadi malam sambil duduk didepan kelas.
" Mulut komat Kamit kek Mbah dukun aja". Gurau Heru.
Ku balas dengan tatapan tajam padanya. Dia hanya tertawa tidak jelas. Itulah hobinya, susah senang ya ketawain aja. Oya, aku seruangan sama Heru dan Edo. Tapi posisi mereka jauh dari aku.
Ulangan dimulai. Aku mengerjakan soal dengan lancar dan aman. Aku menjawab semua soal. Tak lama, aku selesai duluan dari yang lain. Yang selesai boleh keluar dari ruangan. Aku membawa buku-buku keluar untuk ulangan selanjutnya.
Beberapa menit kemudian, ku lihat Ohta pun keluar dari ruangan sebelah. Kami sambil tos-tosan dan tersenyum. Lega rasanya bisa menjawab semua soal.
Detik-detik terakhir ulangan selesai, Eshi dan Heru masih mengerjakan soal. Aku berdiri di depan pintu yang terbuka.
" Ayok Eshi semangat". Kata ku menyemangati.
" Fighting !!!". Tambah Ohta ikut-ikutan.
" Aku gak kah?". Tanya Heru memandang ke depan pintu kelas.
" Siapa Lo?". Jawabku lalu menjulurkan lidah. Tidak ada untungnya menyemangati dia.
****
Singkat cerita , seminggu setelah ujian semester genap. Aku dan yang lain lega dan puas. Akhirnya terlepas dari buku-buku yang membuat kepala sakit. Seperti biasa selesai ulangan pasti mengadakan classmeeting antar kelas. Kelas ku mengikuti lomba futsal cowok.
Saat pertandingan di mulai. Kelas ku sangat-sangat kompak saling berteriak mendukung Budi dkk. Saat itu Budi sebagai pelatih, yang mengarahkan mereka sedangkan yang lain jadi pemain.
Bertanding melawan AP 1. Aku menonton dari dekat bersama Susi. Dekat banget di bangku pemain. Tak lama jam istirahat, mereka berkumpul mendengar kan arahan Budi. Saat itu berada pas di dekat Heru. Heru yang berkeringat dan letih sambil mendengarkan Budi. Tak lama Pluit berbunyi tanda permainan dimulai kembali.
" Heru semangat". Seru ku padanya yang masih mengikat tali sepatu nya.
" Hah. Em iya". Jawabnya singkat lalu kembali ke permainan.
Skor kelas ku unggul dan kami lolos. Kelasku bermain lusa melawan X KP alias Penjualan. Melawan Putra dan teman-temannya.
Usai pertandingan, aku dan Susi kembali ke kelas yang dekat dengan lapangan futsal. Para pemain pun mengambil barang-barang mereka lalu ke kelas. Aku kembali duduk di depan pintu dengan menarik kursi ku keluar.
Di temani Susi, ku duduk sambil melihat pemain lain bersiap-siap. Sepertinya jurusan Multimedia vs Akuntansi . Aku kehausan sambil duduk diluar meminum sebotol air dingin.
" Ayu !!". Suara Heru memanggil ku dari dalam kelas.
" Iya!". Jawabku sambil berteriak.
" Sini dulu !!". Balasnya lagi.
" Yang perlu ke sini !". Sahutku keras dari luar kelas.
Tak lama, Heru keluar dari kelas dengan pakaian masih baju futsal yang basah penuh keringat. Berjalan tanpa menggunakan alas alias sepatu mendekati aku dan Susi.
" Aku haus". Dia duduk di kursi kosong mendekatiku.
" Ini minum aja !". Aku menawari minuman ku yang tersisa setengah.
" Gak papa kah?". Tanya nya.
" Iya minum dulu sambil ku beli minuman lagi ini . Tunggu ya". Aku dan Susi berjalan menuju kantin membeli minum.
Tak lama, ku lihat Heru masih duduk ditempat tadi dengan kondisi botol yang kuberikan kosong.
" Ini !!". Aku ajukkan botol minuman mineral biasa.
" Makasih ya ".
" Sama-sama". Jawabku lalu kembali duduk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
nuellubis
heran kenapa kata pop aja kena sensor. apa karena merek?
*PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN*
2021-11-23
0
Lisa Haruna(Izin hiatus guys)
bgs
2021-01-22
0
@Tiarapetirr
alur nya lambat bngt
2020-07-31
0