Gara-gara Nilai

Pagi ini, sepeti biasa, Clara ngampus, dan Arya mengajar. Satu lagi yang membuat ia kesal pada Arya. Dia pelit banget ngasih bocoran soal ulangan yang bakal di kasih di kelas. Parah kan? Apa gunanya punya suami yang berprofesi dosen, ngasih bocoran sebiji enggak dapat.

"Pagi."

"Pagi, Clara." Jawab Hani dan Vera yang sedang asik bergosip ria.

"Lagi ngebahas apaan, sih? Ada gosip terbaru?" Tanya Clara ikutan antusias.

"Dosen killer." Jawab Vera dan Hani serentak.

"Memangnya Pak Arya kenapa?" Tanya Clara ikut penasaran. Ya kali aja ada berita penting gitu kan.

"Cie-cie.... tumben amat antusias gitu nanyainnya." Ledek Vera.

"Lah, kan cuma pengen tau doang. Kalau mau jawab sok. Kalau nggak ya udinlah." Terang Clara tak terlalu perduli.

"Gini, Clara... Dengar-dengar nih, pak Arya itu udah tunangan," ucap Vera.

"Astaga!" Kaget Clara.

Kali ini kagetny kebangetan, apa jangan-jangan semua rahasianya dan Arya bakalan terbongkar? Tapi ia belum siap untuk menghadapi semuanya.

"Clara, kaget Lo lebay deh." Komentar Hani.

"Soalnya gue nggak nyangka, gitu." Balas Clara sambil senyum-senyum enggak jelas.

"Iya, soalnya di jari manisnya Pak Arya ada cincin tunangan. Nggak mungkin jugalah itu tu cincin hadiah dari jajan-jajanan yang di jual di SD." Jelas Vera yang membuat Clara sadar akan cincinya.

'untung tadi udah titipin sama mas Arya.' batinnya sambil bernafas legah.

"Lo, kenapa gelisah gitu?" Tanya Hani bingung melihat Clara yang duduk gelisah layaknya orang yang lagi PMS.

"Enggak. Itu, anu, gue ketoilet bentar ya. Mules." Ujar Clara berbohong dan langsung ngacir meninggalkan kelas.

Clara berjalan tergesa-gesa menuju ruangan Arya. Sebelum masuk, ia terlebih dahulu memperhatikan keadaan sekitar. Setelah dirasa aman, barulah ia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Mas...... Ada berita gaswatttt," histeris Clara langsung duduk di kursi yang berhadapan dengan meja Arya.

"Bisakah kamu mengetuk pintu dulu sebelum masuk?" Tanya Arya dingin, tanpa melihat kearah Clara dan masih fokus memeriksa kertas-kertas u kelas lain.

"Maaf," lirih Clara.

"Gawat apanya?"

"Mas, maksudnya Pak. Aduh, jadi bingung," ujar Clara sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Clara. Kamu bicara apa? Saya sibuk!" Kesal Arya.

"Saya, itu berarti pakai panggilan pak," gumam Clara berpikir. "Gini, pak. Semua orang di sekolah udah pada tau kalau bapak udah tunangan atau nikah gitu. Gara-gara pakek ini, nih." Tunjuk Clara pada cincin yang berada di jari manis Arya.

"Masalahnya?" Tanya Arya menyandarkan badannya ke kursi sambil berpangku tangan.

"Ya itu masalahnya. Kan sudah saya bilang tadi, satu sekolah udah pada tau kalau bapak udah tunangan atau nikah gitu." Sepertinya jaringan otak Arya sedang konslet, hingga kurang nyambung.

"Kan, mereka gak tau siapa istri saya." Balas Arya santai.

"Iya.... Tapi, kan...."

"Sudah kembali ke kelas sanah. Saya sibuk," suruh Arya pada Clara.

"Ih, nyebelin banget, pengen gue jambakin ni orang," gerutu Clara sambil keluar menuju pintu ruangan Arya.

"Jangan merutuki suami, dosa! Awas nanti kalau nilai ulangan kamu jelek lagi. Ciuman kedua kamu saya ambil," ancam Arya.

Ayolah, itu bukan ancaman. Melainkan sebuah peringatan buat Clara.

"Ihhhh..."

Clara langsung kabur dan kembali ke kelas. Apa jadinya nanti kalau nilai ulangannya anjlok lagi. Ciuman lagi gitu? Oh, no!

"Lama amat di toilet. Kirain Lo udah di telen ama closet." Ledek Hani sekembalinya Clara.

"Enak aja, Lo kira gue apaan. Tai?"

"Mirip." Jawab Hani dan Vera serentak, dan langsung tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Clara, malah mendengus kesal.

"Pagi semua."

Kehadiran seseorang yang mereka takuti, membuat suasana yang tadinya ribut dan heboh langsung diam seketika.

"Pagi, Pak." Jawab semuanya.

"Oke, hari ini kita ulangan, Dylan bagikan kertas ulangannya," pinta Arya.

"Siap, Pak." Jawab Dylan.

"Tumben nggak amnesia kayak kemaren," bisik Vera pada Clara.

"Tau, ah." Balas Clara.

"Padahal tadi gue ngarepnya Pak Arya amnesia lagi kayak kemaren. Apa doa gue kurang manjur, ya." Pikir Vera.

"Harusnya Lo doain supaya kepalanya Pak Arya kejedot." Sambung Hani yang berada di kursi depan Vera.

"Lo, apaan sih. Yang bener dong doanya." Dengus Clara tak terima dengan saran Hani. Kalau Arya beneran amnesia, gimana nasibnya.

"Kenapa Lo yang sewot sih, Clara."

"Aneh."

Setelah semua mendapat soal ujian, waktunya memeras isi otak sampai kering.

Suasana kelas jadi hening. Semuanya berada di pikirannya masing-masing. Sedangkan Clara, dari 20 pertanyaan, hanya 5 yang berhasil ia jawab. Sisanya nihil.

"Ver, kasih contekan dong."rengek Clara pada Vera yang ada di sampingnya.

"No, ntar malah gue lagi yang dikira nyontek ke elo sama Pak Arya. Gue nggak mau berurusan sama tu dosen," bisik Vera.

"Uh, dasar pelit," balas Clara mendengus kesal.

"Ehem. Clara, ada masalah?" Tanya Arya dengan tatapan tajamnya, hingga membuat si pemilik nama hanya menjawab dengan gelengan.

Setelah waktu yang ditentukan habis, semua mahasiswa mengumpulkan kertas ulangannya. Sedangkan Clara, memilih maju paling akhir.

"Terserah Bapak mau ngapain sama nilai saya," ujar Clara pasrah dengan nada sedikit berbisik pada Arya, dan pastinya Arya bisa mendengarnya.

"Bukan nilai, tapi kamu yang bakal saya apa-apain." Balas Arya melambatkan suaranya.

Bulu kuduk Clara langsung mendengar perkataan Arya barusan. Ia langsung balik badan, kembali ke kursinya.

"Oke semua, kita lanjutkan pelajaran." Aryapun berdiri di depan kelas, sambil menerangkan pelajaran. Di sela-sela menerangkan pelajaran pandangannya seolah tertuju pada Clara.

"Gue ngerasa dari tadi Pak Arya dari tadi terus ngelirik Lo, deh Clara." Bisik Vera.

"Lo tau karena apa? Karena nilai gue paling anjlok tau gak," balas Clara.

"Wah, siap-siap deh Lo kena amukannya Pak Arya," Vera bukannya prihatin malah justru meledeknya.

"Oke. Lusa kita ulangan materi barusan, saya harap jangan ada yang mendapatkan nilai jelek seperti...." Arya tak menyebutkan nama, tapi langsung mengarahkan telunjuknya ke arah Clara.

Tentu saja itu sangat memalukan baginya.

"Ya ampun." Gerutu Clara sambil menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Terima kasih. dan kamu." Tunjuknya pada Clara. "Ikut ke ruangan saya." Tambah Arya lagi sebelum meninggalkan ruang kelas.

'glek.' saking tegangnya, tenggorokannya beserta kering seperti habis berjalan jauh di tengah Padang pasir.

"Hahaha, Sono Clara. Di bawa rileks aja," ledek Hani.

"Rileks-rileks pala lu. Udah keringet dingin nih gue." Balas Clara dengan ekspresi tegangan.

"Santai. Ntar kalau Pak Arya ngomel-ngomel anggep aja suara nyamuk. Tinggal lu tabok, pasti langsung diem dah tu," tambah Vera.

Memang ya, kedua temannya tak ada yang beres satupun. Bukannya memberi solusi malah memberinya ledekan penuh arti.

Clara masih ragu, akan pergi menemui Arya di ruangannya atau tidak. Di saat itu ia masih berpikir panjang, tiba-tiba ponselnya bergetar karena ada pesan masuk ke WhatsApp-nya.

-suami nyebelin.

"Kalau kamu nggak kesini juga, saya akan jemput kamu ke kelas."

-clara.

"Iya bentar,"

Gue pergi dulu guys. Doain gue ya. Semoga gue kembali ke kelas dengan selamat dan masih bernafas," ujarnya pamit.

"Sip, doa kami menyertai Lo, beb."

Dengan langkah pasti, Clara menuju ruangannya Arya.

"Gue harus tenang, rileks, dan nggak boleh tegang." Gumamnya sebelum membuka pintu ruangan Arya.

Tanpa ketuk pintu ataupun permisi, Clara langsung saja menyelonong masuk ke ruangan Arya.

"Bisakan kalau masuk ketuk pintu dulu. Kalau belum di kasih izin ya jangan masuk. Siapa tau saya lagi ngapa-ngapain," jelas Arya masih sambil memeriksa kertas-kertas yang ada di hadapannya. Enggak di kantor, dirumah, dan dikampus. Urusannya pasti dengan tumpukan kertas.

"Lagi ngapa-ngapain, maksudnya?" Tanya Clara sambil duduk di kursi yang berhadapan dengan meja Arya.

"Jangan di tanya, bodoh." Omel Arya sambil menyentil kepala Clara dengan pena yang ada di tangannya.

"Sakit tau, Mas. KDRT nih," rengek Clara memegangi kepalanya yang barusan di sentil Arya. "Ini pasti gara-gara bapak sering menyentil kepala saya, makanya nilai saya anjlok. Kemaren-kemaren nilai saya bagus-bagus aja."

"Jangan ngeles lagi, jelas-jelas semalem kamu nggak belajar." Tambah Arya sambil berjalan dan berdiri di belakang kursi Clara.

"Itu juga, sih," ujar Clara cengengesan. "Udah selesai ngomelnya kan. Jadi saya sudah boleh balik ke kelas dong ya." Ujar Clara langsung beranjak dari tempat duduknya dengan cepat, tanpa mengetahui kalau Arya berada di belakangnya hingga mereka berduapun langsung bertabrakan.

Posisi mereka saat ini adalah Arya berada di bawah Clara.

Suasana menjadi hening....

Hingga tiba-tiba seseorang mengetuk pintu ruangan Arya, membuat keduanya kaget.

Spontan Arya langsung membekap mulut Clara dengan tangannya. Jangan sampai Clara mengeluarkan suara, atau enggak mereka akan ketahuan. Bisa gawat. Masa iya seorang dosen dan mahasiswinya saling tindih begitu.

Clara yang mulutnya dibekap pun awalnya sempat berontak, tapi Arya mengisyaratkannya untuk tetap diam.

Terdengar suara pintu di buka dari luar.

"Pak Arya, hello... Anda di dalam?" Panggil seseorang yang ternyata adalah seorang dosen.

"Kemana Pak Arya, di kelas kata mahasiswa udah keluar, di ruangannya juga nggak ada." Gumamnya sambil keluar dan kembali menutup pintu ruangan Arya.

Mendengar pintu yang kembali di tutup, Aryapun melepaskan tangannya yang membekap mulut Clara. Membuat Clara yang masih berada diatas Aryapun menjadi lemas, karena kehabisan nafas dibekap oleh Arya. Udah, jangan berpikiran yang iya-iya. Eh, maksudnya yang enggak-enggak.

"Seneng ya, bisa peluk-peluk," ujar Arya santai, karena Clara masih betah berada di depannya.

"Ih, seneng apanya. Udah mau mati kehabisan nafas, nih. Kalau aku mati gimana? Bapak udah siap jadi duda?," Omel Clara sambil bangun dari tempat yang tak mengenakkan untuk di lihat itu. Tapi, Arya kembali menariknya dan mencium pipinya.

Kedua bola mata Clara langsung terbelalak karena kaget dengan perlakuan Arya padanya. Ia ingin segera mengakhiri ciuman itu tapi tengkuknya malah di tahan oleh Arya. Hingga beberapa saat, barulah Arya melepaskannya."

"Ciuman keduamu aku ambil." Ucap Arya berbisik.

"Ih, mas jahat banget, sih." Clara mengelap pipinya. "Ngeselin. Dasar mesum." Kesal Clara langsung beranjak dari atas tubuh Arya sambil memukulinya.

"Jangan kuat-kuat. aduh." Ringis Arya sambil meringkuk memegangi dadanya.

"Ya ampun. Mas kenapa? Apanya yang sakit? Tadi aku nggak maksud bikin mas sakit, kok. Becanda doang." Jelas Clara dengan tampang khawatirnya.

"Saya juga bercanda." Ujar Arya mengagetkan Clara yang panik.

"Nyebelin." Kesal Clara langsung berdiri dan menyambar sebuah spidol yang ada di atas meja. Tanpa basa basi, langsung tu spidul mendarat di pelipis Arya. Setelah itu, ia segera berlalu pergi tanpa permisi.

Arya sedikit meringis sambil memegangi pelipisnya yang luka karena lemparan spidol dari Clara. "Lumayan ganas juga ternyata kamu, Clara." Gumam Arya.

Clara segera kembali ke kelas.

Setibanya di kelas, Clara langsung di interogasi Vera dan Hani.

"Gimana, Clara. Aman?" Tanya Hani dengan tampang penasarannya.

"Lo, nggak di apa-apain kan, sama Pak Arya?" Giliran Vera yang bertanya.

"Nggak di suruhnya yang macem-macem kan?" Tambah Hani.

"Hei hei stop! Gue nggak kenapa-kenapa," jawab Clara.

"Tapi kan...."

"Ssssttt.... Pusing nih pala gue habis denger omelannya tu dosen. Jadi, jangan berisik." Kesalnya.

Mereka enggak tau aja, kalau ia kesal gara-gara Arya menciumnya. Pertama, dia yang mengambil. Dan sekarang untuk yang kedua kalinya, dia juga.

"Ih, Clara aneh," ujar Hani.

"Ho'oh," tambah Vera menyetujui omangan Hani.

Setelah beberapa jam, jadwal kuliahpun telah usai semua mahasiswa dan mahasiswipun berhamburan keluar, dan pulang. Clarapun beranjak dari kursinya dan keluar menuju parkiran untuk segera pulang.

Sesampainya dirumah, seperti biasa ia mengganti pakaiannya lalu berbaring dikasur empuk itu. Karena dia bingung, dan juga bosen enggak tau mau ngapain, akhirnya ia memutuskan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah layaknya seperti seorang istri karena memang itu sudah menjadi kewajibannya.

2 jam kemudian...

Pekerjaan rumah pun telah selesai ia lakukan. Baru pertama kali ia merasakan hal seperti ini. Merasa capek, lelah, mengantuk dan lain-lain. Karena dari kecil ia tak pernah membantu pekerjaan orang tuanya. Clara sangat dimanja, sampai-sampai ia tidak mengerti bagaimana cara memasak makanan yang enak. Hingga dia menikahpun juga tidak tau bagaimana caranya.

Karena merasa capek sekali ia langsung menghempaskan badannya ke kasur, tanpa di sadari ia pun tertidur dengan pulas.

Episodes
1 Awal mula kehancuran
2 Pertengkaran yang hebat
3 Berakhirnya Hubungan
4 Berita tak terduga
5 Tunangan
6 Mendadak menikah
7 Status Baru
8 Tugas pertama istri
9 Perang Di Dapur
10 Ternyata Dia Cerewet
11 Hampir Ketahuan
12 Terlambat
13 Menolak Cintanya Dia
14 Pindah rumah
15 Antara Kesal Dan Bahagia
16 Perhatian seorang dosen killer
17 Gara-gara Nilai
18 Kebocoran hubungan
19 Cemburu
20 Pengakuan Clara
21 Sidang
22 Kebahagiaan Tak Terduga
23 Terserah
24 Imam Dan Makmum
25 Liburan
26 Cobaan dalam rumah tangga
27 Positif hamil
28 Clara Merasa Kesepian
29 Mau Anak Cewek Or Cowok?
30 Arya khawatir, Clara Pergi Sendirian
31 Ngidam mangga muda
32 Jalan pagi
33 4 bulanan
34 Pernyataan Clara
35 Diamnya Clara
36 Penjelasan
37 Kontraksi
38 Lahiran
39 Marya Intan Zivani
40 Aqiqah hari ke-7 baby zivani
41 Tangisan baby zivani
42 Main Ke Time Zone
43 1 tahun
44 Firasat
45 Kecelakaan
46 Perasaan yang hancur sebab musibah yang datang
47 Kepulihan Clara dan Zivani
48 Keluh kesah Arya
49 Doa yang belum terjabah
50 Demi Sang Istri Apapun Di Lakukan
51 Menjadi Lelaki Yang Kuat Dalam Keluarga
52 Zivani Mimpi Buruk
53 Sholat Berjamaah
54 Makan Es Krim Bersama
55 Kembalinya keceriaan Clara dan Zivani
56 Perdebatan Membawa Kebahagiaan
57 Ketagihan Minuman Clevo
58 Zivani menangis
59 Ketiduran
60 Clara Terjatuh
61 Clara drop Kembali
62 Fisik Bukan Utama Untuk Menjadi Setia
63 Pijatan Bikin Nyaman
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Awal mula kehancuran
2
Pertengkaran yang hebat
3
Berakhirnya Hubungan
4
Berita tak terduga
5
Tunangan
6
Mendadak menikah
7
Status Baru
8
Tugas pertama istri
9
Perang Di Dapur
10
Ternyata Dia Cerewet
11
Hampir Ketahuan
12
Terlambat
13
Menolak Cintanya Dia
14
Pindah rumah
15
Antara Kesal Dan Bahagia
16
Perhatian seorang dosen killer
17
Gara-gara Nilai
18
Kebocoran hubungan
19
Cemburu
20
Pengakuan Clara
21
Sidang
22
Kebahagiaan Tak Terduga
23
Terserah
24
Imam Dan Makmum
25
Liburan
26
Cobaan dalam rumah tangga
27
Positif hamil
28
Clara Merasa Kesepian
29
Mau Anak Cewek Or Cowok?
30
Arya khawatir, Clara Pergi Sendirian
31
Ngidam mangga muda
32
Jalan pagi
33
4 bulanan
34
Pernyataan Clara
35
Diamnya Clara
36
Penjelasan
37
Kontraksi
38
Lahiran
39
Marya Intan Zivani
40
Aqiqah hari ke-7 baby zivani
41
Tangisan baby zivani
42
Main Ke Time Zone
43
1 tahun
44
Firasat
45
Kecelakaan
46
Perasaan yang hancur sebab musibah yang datang
47
Kepulihan Clara dan Zivani
48
Keluh kesah Arya
49
Doa yang belum terjabah
50
Demi Sang Istri Apapun Di Lakukan
51
Menjadi Lelaki Yang Kuat Dalam Keluarga
52
Zivani Mimpi Buruk
53
Sholat Berjamaah
54
Makan Es Krim Bersama
55
Kembalinya keceriaan Clara dan Zivani
56
Perdebatan Membawa Kebahagiaan
57
Ketagihan Minuman Clevo
58
Zivani menangis
59
Ketiduran
60
Clara Terjatuh
61
Clara drop Kembali
62
Fisik Bukan Utama Untuk Menjadi Setia
63
Pijatan Bikin Nyaman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!