Ini adalah hari minggu, hari dimana saatnya Clara dan Arya pindah ke rumah baru yang sudah di siapkan Arya. Ia tak menyangka, kalau Arya akan mengeluarkan uang segitu banyak hanya untuk membeli sebuah rumah.
"Clara sayang.... baik-baik ya, di rumah yang baru. Jangan cengeng, jangan manja, jangan nakal, jangan suka keluyuran, jangan bikin masalah, jangan buat suami kamu susah," pesan Sari yang seolah-olah putrinya adalah anak SD yang mau pergi pramuka.
"Mama apaan sih, harusnya mama sedih gitu anaknya mau pindah. Ini apaan coba, nggak banget deh Mak gue." Dengus Clara tak terima.
"Nggak boleh bicara gitu sama orang tua," jawab Arya sambil mengingatkan ucapan sang istri.
"Mas mah, sama aja kayak Mama. Cerewet." Gerutunya.
"Udah-udah. kalau kamu heboh terus sama Mama, kapan berangkatnya." Giliran firman yang mengomeli putrinya.
"Yaudah, kalau gitu kita berdua pergi dulu, Ma, Pa." Ujar Arya dan Clara pamit.
"Hati-hati, ya," pesan firman pada menantunya.
"Iya, Pa." Balas Arya.
Mereka berdua berangkat menuju rumah yang baru. Tak perlu beres-beres rumah lagi, karena Arya sudah meminta orang suruhannya untuk membereskan. Sesampainya di depan rumah, Clara malah bengong melihat keadaan di sekitar.
"Kenapa bengong? Ayo masuk," ajak Arya.
"Ini rumah apa nggak terlalu gedek ya, mas?"
"Nggak." Jawabnya singkat.
Arya langsung saja menyelonong masuk meninggalkan Clara yang masih bengong, sambil menarik dua buah koper. Milik siapa lagi kalau bukan Clara. Entah apa isinya, yang jelas itu sangatlah berat.
Setelah puas dengan kebengongannya, barulah Clara berlari masuk rumah dan mengekori langkah Arya menaiki anak tangga, hingga menuju sebuah kamar.
"Ini kamar siapa?" Tanya Clara.
"Kita."
"Aku sama mas?"
"Apa ada orang lain disini?"
"Nggak sih... Tapi kan masih banyak kamar. Kita pisah kamar, oke."
"Kamu yakin, berani tidur sendirian?"
Saat itulah, otak Clara mulai berfikir lagi. Di rumah yang sebesar ini, hanya ada dia dan Arya? Jujur saat itu, memang menakutkan. Apa lagi untuk tidur. Sepertinya itu bukanlah pilihan yang tepat. Setidaknya untuk saat ini.
Ia menarik napasnya berat. "Baiklah... Dari pada pas bangunnya aku malah meluk setan , ya mending meluk mas," ujarnya.
Sadar akan apa yang dikatakan, langsung saja ia menutup mulutnya. "Abaikan saja ucapan ngawurku barusan," ucapnya dengan tampang malu. Ini kebodohan yang haqiqi.
Sedangkan Arya, ia tak berkomentar apa-apa.
Setelah membereskan barang-barang bawaannya, Clara segera menghampiri Arya yang berada di sebuah ruangan yang di khususkan sebagai ruang kerjanya.
Asal tau aja, meskipun ini hari minggu tapi tetap Arya tak bisa jauh dari yang namanya laptop dan berkas-berkas kantornya yang nggak jelas itu. Ia saja yang melihat, berasa mumet... Apa lagi Arya yang tiap hari ngurusi itu semua.
"Mas," panggil Clara menghampiri Arya.
"Ya," balas Arya masih tetap fokus pada pekerjaannya.
"Mas Arya." Ulang Clara dengan tampang kesalnya.
"Apa sih." jawab Arya melihat ke arah Clara yang duduk di sampingnya.
"Mas, ini kan hari minggu, hati libur, masa iya masih kerja. Mas nggak bosen lihat tumpukan kertas ini tiap hari. Aku aja pusing liatnya," terang Clara mengeluarkan pendapatnya.
"To the point aja. Saya nggak suka dengan penjelasan yang berbelit-belit." Ujar Arya santai.
"Mm, kita jalan keluar yuk. Shooping kek, atau makan di luar. Yang penting nggak di rumah, ngebosenin tau." Jelasnya mengeluarkan pendapat.
"Kerjaan saya masih banyak."
"Ayolah, mas. Cuma sekali seminggu kok," rengeknya memasang wajah puppy eyes. Ya, siapa tau aja Arya bisa tergoda.
"Jangan sok imut."
"Ini bukan sok imut, mas. Tapi aku kan beneran imut," ujarnya sambil tertawa. Pujilah diri sendiri sebelum di puji orang lain. Itu motto hidupnya.
Clara tak tahu, kenapa ia bisa merengek-rengek seperti itu pada Arya. Rasanya membutuhkan cowok ini. Jangan bilang kalau ia mulai menyukai Arya? Suka loh ya bukan cinta.
"Ayoklah mas...aku bosen dirumah terus." Bujuk Clara sambil terus merengek.
"Yaudah, saya selesain ini bentar. Jam 2 kita jalan," ujar Arya sambil melirik waktu di jam tangannya.
"Wahh, makasih mas." Ujar Clara girang, tanpa sadar langsung memeluk Arya.
Arya yang di peluk pun juga bingung, heran, dan kaget mendapat perlakuan seperti itu. Ada getaran aneh yang merasuki hatinya.
"Eh, maaf mas. Aku nggak sengaja. Kalau gitu aku kekamar dulu," ujar Clara tersadar dengan sikapnya dan langsung melepas pelukannya pada Arya.
"Oke," balas Arya.
Setibanya di luar ruangan itu, Clara langsung mengibas-ngibaskan tangannya karena gerah. Tiba-tiba saja ia merasa suasana di sekitarnya menjadi panas.
"Gila! Kenapa gue jadi agresif gini," gumamnya sambil geleng-geleng kepala tak percaya atas kelakuannya barusan. Sungguh memalukan.
Ia sudah rapi dari 20 menit yang lalu, bahkan ia sudah hampir lumutan menunggu di ruang tamu.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, Clara segera menuju ke lantai atas menuju ruang kerja Arya, tapi ternyata ia tak ada di sana Clara menuju ke kamar, ya siapa tau Arya berada di kamar.
"Mas, udah jam dua nih." Teriak Clara, tapi tak ada jawaban. "Ih, ni orang dimana sih. Apa di kamar mandi," pikir Clara sambil berjalan menuju kamar mandi. "Bapak Arya anda dimana,"panggil Clara sambil teriak-teriak.
Pintu kamar mandi tiba-tiba dibuka dari arah dalam.
"Kamu ingat ancaman saya kemarin?" Arya tiba-tiba keluar dari dalam kamar mandi cuma mengenakan handuk sepinggang.
"Astaga, mas! Kalau mandi itu, pakaiannya di bawa langsung dong ke dalam." Racau Clara sambil menutupi mata dengan kedua telapak tangannya.
"Lupa." Jawabnya singkat.
Bayangkan saja, di depan kita berdiri cowok ganteng, keren, cool, yang cuman pakek handuk doang... Dengan rambutnya yang masih basah, itu sukses membuat kegantengannya naik 10 kali lipat. Apa yang mau kalian lakuin padanya?
"Ya ampun, mata gue udah ternodai, udah nggak suci lagi," gumam Clara dengan kesal.
"Ngomong apa barusan?" Tanya Arya
Baru saja Clara hendak melangkah pergi dari hadapan sosok yang menggoda imannya itu, tiba-tiba kakinya malah tersandung keset.
Brughhhh
'kok nggak sakit ya. harusnya sakit kan nemplok di lantai.' batin Clara masih menutup matanya.
Ia membuka kedua matany yang tadinya di tutupi. Seketika itu juga, pandangannya fokus pada seseorang yang berjarak sangat dekat dengannya.
'deg deg deg.' suara jantung Clara.
Waktu Clara tersandung, sebelum jatuh ternyata Arya sudah lebih dulu menarik tangannya hingga ia berakhir di pelukan cowok itu.
Hingga beberapa saat kedua tatapan mereka beradu.
"Kamu betah ya, pelukan sama aku? Seneng?" Tanya Arya menyadarkan gadis yang masih diam seribu bahasa di pelukannya.
Mendengar itu, Clara langsung melepaskan diri dari Arya, sambil mengkondisikan jantungnya yang sepertinya sedang mengalami guncangan yang hebat.
"Apaan sih... Siapa juga yang seneng." Ujarnya salah tingkah.
"Terus kenapa blushing gitu.mm?" Tanya Arya sambil menunjuk pipi Clara yang sudah merah seperti kepiting rebus.
"Terserah mau ngomong apa. Cepetan, aku Tunggu dibawah." Elak Clara sambil segera berlalu keluar dari kamar.
"Ngaku aja susah banget," gumam Arya.
Sepuluh menit menunggu,akhirnya Arya turun juga. Terlihat Arya mengenakan baju berwarna biru, jeans selutut dan sepatu kets. Kebayang kan kerennya kayak apa. Bikin meleleh.
"Kita mau kemana?" Tanya Arya masih sambil fokus mengemudi.
"Mm, shooping," jawab Clara sok mikir. Padahal kata-kata shooping sudah dia simpan di otaknya dari tadi.
Arya hanya bisa menghembuskan napas beratnya mendapat jawaban itu. "Hah, kenapa cewek hobinya shooping?" Tanya Arya pada Clara.
"Udah kodratnya mungkin," jawab Clara simple.
"Jawaban apa itu?"
"Terus jawaban yang bener apa? Tanya Clara balik.
"Jangan tanya balik. Aku nanya karena memang gak tau jawabannya."
"Aduh, bapak Arya. Anda saja yang notabennya dosen, nggak tau jawabannya, gimana saya yang seorang mahasiswi. Cuma butiran debu. Fiuhhhh." Jelas Clara sambil meniup telapak tangannya seakan sedang meniup debu.
Mendengar ucapan Clara barusan, tiba-tiba Arya langsung menghentikan laju mobilnya.
"Kenapa berhenti?" Clarapun bingung.
Arya menarik tengkuk Clara. Membuat gadis itu mendekat padanya.
Kedua bola mata Clara langsung membulat. Ia bisa merasakan, sesuatu yang kenyal dan lembut menempel di pipinya. Membuat nafasnya seolah berhenti saat itu juga.tangannya spontan mencengkeram roknya sangking kaget.
Arya melepaskan ciumannya dari pipi Clara dengan perlahan.
"Saya kan sudah bilang, jangan memanggilku dengan panggilan itu lagi, tapi kamu tak pernah menganggap omonganku serius. Ancamanku nggak pernah main-main, Clara Angelista." Bisik Arya tepat di telinga Clara.
Bulu kuduknya seakan merindingsaat nafas itu menerpa kulitnya. Clara akhirnya menyadari apa yang terjadi barusan, dan ia pun menyentuh pipinya. Tak lama kemudian berlanjut dengan sebuah teriakan heboh saat ia sadari kalau Arya sudah menciumnya.
Sangking mencekam, Arya sampai menutup telinganya saat mendengar teriakan Clara.
"Mas apaan sih," ia mulai heboh.
"Mas tau nggak, itu pipi aku dan dengan mudahnya mas mengambilnya dengan sebuah ciuman!" Seru Clara tak terima.
Ia memukuli Arya karena merasa sangat-sangat geram dengan sikap cowok ini barusan. Kalau ia punya kekuatan, ia akan memukuli Arya habis-habisan tanpa ampun. Tamat sudah riwayat pipinya yang ia jaga selama ini.
"Baguslah kalau saya yang dapetin pipi kamu itu." Ujar Arya seperti tak terjadi apa-apa dan malah dengan santainya kembali melajukan mobilnya yang barusan sempat ia hentikan.
"Apa yang bagus, hah?" Tanya Clara masing dengan emosi yang berada di ubun-ubunnya. Sungguh ini sikap Arya yang paling membuatnya kesal.
"Karena memang suamilah yang berhak mendapatkan ciuman pertama seorang wanita. Bukan pacar ataupun kekasih." Jelas Arya yang langsung membuat Clara terdiam.
Pernyataan Arya membuatnya merasa ingin pingsan saat itu juga karena terlalu baper, tapi nggak jadi. Kalau ia pingsan, nanti shooping-shoopingnya batal. Jadi pingsannya di pending dulu buat lain waktu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments