Di mobil Clara masih shock dengan kejadian barusan. Ia membayangkan, entah apa yang terjadi kalau kedua sahabatnya itu sampai tahu tentang hubungannya dan Arya.
"Maaf, Pak...... Kita langsung pulang?" Tanya Clara pada supir.
"Iya, non. Bapak memerintahkan saya untuk mengantar non pulang sampai kerumah," jelasnya masih sambil mengemudi.
Setelah 15 menit perjalanan dari kampus ke rumah, akhirnya sampai juga.
"Makasih, Pak." Ucapnya pada supir saat sampai pada tujuan.
Oke, setengah hari yang membosankan pun akan di mulai. Ya, dirumah yang segede Gor ini, ia cuman sendirian. Bayangkan saja, enggak ada satpam,, enggak ada asisten rumah tangga, enggak ada tukang kebun, benar-benar sendirian.
Takut? Ialah. Kalau ada perampok, gimana? Ia dimutilasi, dimasukin ke kantong kresek, terus dibuang ke kali dan Arya bisa jadi duda dong. Ah, ia tak kuat membayangkannya.
Setelah mengganti pakainnya dengan hot pants dan atasan tanpa lengan, Clara menuju ruang keluarga untuk nonton TV. Ya, mau ngapain lagi.
"Aduh, ini mas Arya mana sih, lama amat. Apa jangan-jangan dia lembur." Pikir Clara.
Jam sudah menunjukkan pukul 17:30, itu tandanya sudah magrib dan malampun akan tiba. Ia masih sendirian dirumah.
"Gila, gue nggak kuat lahir batin nih, dirumah sendirian. Ih, serem."
Clara berlari menuju kamar mengambil dompet, kemudian turun lagi. Ia segera mengunci pintu dan menyetop taxi yang kebetulan lewat.
15 menit di perjalanan menuju kantor Arya, ia pun sampai. Segera menuju lobby dan bertanya tentang keberadaan Arya pada receptionist.
"Mbak, mas Aryanya mana?" Tanya Clara.
"Bapak masih meeting mbak, mbak tunggu aja bentar."jelasnya pada Clara masih dengan ragu. Ia ragu, apa benar seorang bos mereka yg cuek dan dingin nikah sama gadis seperti Clara, yang grasak grusuk nggak jelas.
"Oke, aku tunggu."
Clara duduk menunggu Arya di sebuah sofa yang terletak di sudut lobby. Awalnya sih, receptionist jutek banget tampangnya, mungkin saat datang pertama kali kesini dia mengira ia layaknya anak ayam yang kehilangan induknya. Tapi karena sekarang mereka tau kalau ia adalah istrinya Arya, langsung semuanya berubah.
Saking lamanya menunggu Arya, Clara sampai ketiduran di sofa.
"Maaf, Pak, saya mengganggu." Ujar sekretaris Arya yang menghampirinya saat meeting baru saja usai.
"Ada apa?" Tanyanya dengan dingin seperti biasa.
"Itu, Pak... Barusan saya terima telfon katanya istri bapak ada di lobby," jelasnya tak berani menatap kearah pimpinannya nya itu.
"Apa?"
Sekretaris itu merasa jantungnya seakan mau berhenti berdetak saat bosnya itu menunjukkan respon penuh emosi.
"I-iya, Pak."
Tanpa pikir panjang, Arya langsung saja berlalu dari hadapan sekretarisnya itu. Kemana lagi tujuannya kalau bukan menemui Clara.
Setibanya di lobby, ternyata benar... Ia menemukan Clara yang sudah tertidur di sofa. Yang Arya tak habis fikir adalah pakaian istrinya itu. Byaangkan saja seorang istri dari Arya Dika Pratama datang ke kantor hanya mengenakan hot pants, atasan tanpa lengan, dan sandal rumah alias sandal jepit.
"Apa dia sudah nunggu lama?" Tanya Arya pada sekretaris nya.
"Su-sudah dari jam 6 pak." Ucapnya dengan sedikit takut.
Ia tersentak saat mendapatkan jawaban dari sekretaris nya itu. "Kamu lihat, sekarang sudah jam berapa? Hampir jam sembilan malam! lalu kenapa kamu tidak menghubungi saya?" Tanya Arya penuh emosi.
"Ma-maaf, Pak. saya takut mengganggu kerjaan bapak," jawabnya dengan wajah memucat layaknya mayat hidup. Sepertinya separuh nyawanya sudah diambil Arya.
Mendengar suara ribut-ribut, Clara terbangun dari tidurnya.
'kok suasananya jadi tegang gini, ya. ada mas Arya juga.' batinnya beranjak dari sofa dan menghampiri Arya.
"Mas Arya." Panggil Clara, membuat si pemilik namapun mengarahkan pandangan padanya.
"Ada apa? Kok barusan aku dengar mas marah-marah?" Tanya Clara bingung. Ditambah lagi semua karyawan yang ada di sana mukanya pada tegang.
"Nggak ada apa-apa. Ayo kita pulang." Ajak Arya menyambar tangan gadis dan membawanya menuju mobil yang sudah di siapkan supir.
"Ayo masuk," Perintah Arya setelah membukakan pintu mobil untuk Clara, yang langsung dia turuti.
Setelah memasuki mobil, baru beberapa menit perjalanan, Arya menghentikan mobilnya tiba-tiba
"Kenapa berhenti?" Tanya Clara.
"Kenapa ke kantor?" Arya tak menjawab pertanyaan Clara, terapi ia justru malah memberikan pertanyaan.
"Hmmm, itu....aku takut sendirian di rumah, makanya aku susulin. Eh, tau-taunya malah ketiduran." Jawab Clara tanpa melihat kearah Arya. Ngeri, takut, itulah yang ia rasakan.
"Kalau bicara lihat orangnya. Bukankah kamu yang bilang begitu." Arya menatap tajam ke arah Clara.
"Mas kalau marah nakutin. Berasa kayak mau dimakan hidup-hidup akunya."
Arya menarik nafasnya dengan panjang mendengar pernyataan Clara. Apa benar ia semenakutkan itu?
"Dan juga...." Arya menggantung ucapannya sambil melirik Clara dari ujung kakinya sampai kepala sambil geleng-geleng enggak jelas.
Clara sendiripun tau kemana arah ucapan Arya barusan.
"Sorry, mas...habisnya tadi buru-buru. Jadi ya, nggak sempet make up, ngerol rambut, ganti baju, pakek hels dan dan bawa hand bag." Jelas Clara menyadari itu semua.
"Aku nggak mempermasalahkan kamu mau make up atau enggak. Tapi satu hal yang harus kamu ingat. Jangan pakai pakaian kayak gini lagi kalau keluar, aku nggak suka. Kalau di rumah ya terserah... Mau pakek rok mini kek, pakek baju pendek atau sekalian nggak make apa-apa juga nggak masalah," jelas Arya.
Clara menyentil dahi Arya saat mendengar penjelasan panjangnya. "Itu sih maunya mas."
Arya menatap dengan tajam atas apa yang ia dapatkan. "Asal kamu tau... Nggak ada yang berani menyentuhku. Nah, kamu malah berani menyentilku."
"Apa yang perlu di takutkan? Bukankah kita sama-sama manusia," canda Clara. Tapi pada kenyataannya jantungnya sudah berdetak tak beraturan. Berani bnget dia melawan Arya.
"Kamu nggak takut padaku, tapi kenapa nggak berani menatap mataku?"
"Bukan gak berani, cuma males aja." Elaknya.
"Yakin? Bukan karena kamu takut benar-benar jatuh cinta padaku, kan?"
"Ih, apaan sih. Udah ah, ayok jalan." Protes Clara tak terima. Bahkan saat ini pun wajahnya sudah memerah.
Arya kembali melajukan mobilnya. Jujur saja, ya... Sebelumnya ia tak pernah bercanda seperti ini. Jangankan bercanda, hidupnya seolah-olah hanya di penuhi dengan keseriusan.
"Pa.... Eh, maksudku mas." Panggil Clara. Nyaris saja, ciuman keduanya diambil oleh Arya.
"Apa?"
"Jangan pulang dulu, ya," pintanya.
Arya kembali menghentikan laju mobilnya secara mendadak. Kini ia merasa kalau gadis ini berencana mempermainkannya.
"Ini udah jam 9 malam, Clara.... Kamu mau kemana lagi? Aku capek. Besok juga aku ngajar di kampus dan setelah itu balik kekantor," terangnya langsung heboh.
"Bisa nggak, kita makan dulu sebelum pulang. Serius, aku laper banget," jelasnya sambil mengelus-ngelus perutnya yang sudah keroncongan karena belum di isi dari siang.
"Kamu belum makan?" Tanya Arya yang di balas gelengan oleh Clara. "Tadi siang?"
"Belum juga," jawabnya.
"Astaga, Clara.... Kenapa nggak makan? Kalau magh kamu itu kambuh gimana. Kamu mau masuk rumah sakit, trus berurusan dengan jarum suntik, mau?" Sifat ke dosenannya keluar lagi.
"Di rumah nggak ada makanan. Ya mau makan apa cobak. Makan angin? Iya kalau kenyang. Ini malah masuk angin." Jelas Clara. Tapi memang seperti itulah kenyataannya.
Akhirnya Arya melajukan mobilnya menuju sebuah restoran. Setidaknya tempatnya haruslah menomorsatukan kesterilisasian.
"Tunggu," tahannya pada saat Clara hendak turun dari mobil."
"Kenapa lagi sih, mas. Aku sudah laper pakek banget loh ini." Gerutu Clara.
Arya mengambil sweater miliknya yang berada di kursi belakang.
"Pakek ini, nggak mau kan, semua mata lelaki menonton gratis tubuhmu." Ujar Arya sambil memakaikan sweater ke tubuh gadis itu.
Mendengar ucapan Arya, membuat Clara merasa meleleh. Ia merasa di perhatikan. Kalau cowok lain mungkin, malah akan melakukan hal sebaliknya. Jangankan menjaga, mungkin ia akan dihabisi saat ini juga. Bayangkan, ia saat ini sedang menggunakan tanktop dan hot pants loh.
"Kenapa, ada yang salah?" Tanya Arya pada Clara yang sedang bengong.
"Ah, nggak." Elaknya.
Keduanyapun segera turun dan memasuki restoran. Apa ini dinner? Tidak sama sekali. bahkan ia tak berpikir akan di ajak dinner oleh Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments