Antara Kesal Dan Bahagia

Sesampainya di sebuah pusat perbelanjaan ternma yang merupakan milik keluarga Arya, mereka berdua pun masukke sebuah cafe dan memesan makanan.

"Kamu kenapa, masih mikirin ciuman yang tadi? Apa mau kita ulang?" Tanya Arya menggoda.

Kesal, dengan sengaja Clara malah menyikut lengan suaminya itu. "Udah jangan bahas cium-ciuman lagi," dengusnya.

Arya malah tersenyum mendengar ocehan Clara yang menurutnya sangatlah lucu.

'dia senyum. Ah, mungkin cuman gue cewek yang paling beruntung bisa nyaksiin si Mr. Killer senyum kayak gini.' batin Clara memandang fokus kearah Arya.

"Jangan memujiku dalam diam." Ucap Arya.

Clara sedikit tersentak saat pikirannya di ketahui Arya. "Apa? Siapa yang memuji? Pede sekali." Balas Clara mengelak

"Terserah, karena saya tau isi hatimu, Clara."

"Iss, nggak sopan." Clara memberengut.

"Oiya, saya mau bilang makasih sama kamu," ujar Arya mengubah topik pembicaraan. Terus membahas, justru membuat situasinya dengan gadis itu malah semakin ribet.

"Makasih buat apa?" Clara bingun. "Ah, mas pasti cuma mau bilang gini 'makasih Clara kamu udah ngerelain pipi kamu buat saya' gitu kan." Tebaknya seolah-olah ia juga pintar membaca pikiran Arya.

"Sepertinya kamu memang senang membahas ciuman tadi ya. Apa saya harus ambil ciuman kedua kamu di sini?" Tanya Arya kesal karena Clara tidak mendengarkan omongannya terlebih dahulu.

"Enak aja." Responnya tak terima.

"Makanya, dengerin dulu apa yang saya katakan."

Clara sedikit bingung dengan perubahan Arya yang mulai sangat cerewet. Sebelumya, mana ada kalimat yang keluar dari mulut Arya dengan jumlah yang sebanyak ini.

"Aku mau bilang, makasih kamu udah nolak pernyataan cinta dari Angga." Jelas Arya sambil menatap fokus ke arah Clara.

"Hah, kok mas tau kalau Angga nembak aku?" Tanya Clara heran.

"Nggak penting saya tau dari mana."

"Trus, makasinya kenapa?"

"Karena kamu udah nganggep hubungan kita ini ada, meskipun cuma perjodohan." Jelas Arya sambil menyeruput segelas green tea yang ada di hadapannya.

Clara tak berani memandang ke arah Arya. Ia memang menyadari sesuatu telah terjadi pada hatinya. Entah kapan rasa itu muncul, tapi yang pasti, ia tak menganggap hubungannya dan Arya hanya sekedar perjodohan.

•••••000•••••

Kringggggggg

Bunyi alarm berteriak tepat saat waktu menunjukkan pukul lima subuh.

"Hadehhh, udah bunyi aja nih alarm. Perasaan baru tidur deh gue." Ujar Clara menyambar jam weker yang ada di meja samping tempat tidurnya.

Dengan mata yang masih separuh melek, Clara beranjak dari tempat tidur dan keluar dari kamar.

"Gila bener, mau masak nih gue ceritanya? Sulit di percaya." Ucap Clara sambil geleng-geleng tak percaya.

"Ngapain di dapur?" Tanya seseorang mengagetkannya.

"Astaga, mas, bikin kaget tau nggak. Bisa nggak sih kalau muncul itu nggak tiba-tiba kayak hantu. Lama-lama aku punya penyakit jantung juga nih." Balasnya.

"Berlebihan," balas Arya sambil berpangku tangan di hadapan Clara. "Kamu lagi ngapain?"

"Tadinya sih, pengen masak, tapi..." Clara menggantung ucapannya.

"Tapi?"

"Nggak bisa masak." Jawabnya cengengesan.

"Dasar cewek manja."

"Aku bukan cewek manja. Cuma nggak pernah masak aja." Ujar Clara ngeles.

"Apa bedanya?"

"Adalah."

"Ya udah nggak usah masak." Balas Arya sambil berlalu meninggalkan Clara.

"Iss gue ditinggal. Kebiasaan banget tuh orang. Ini omongan masih panjang, dianya main langsung pergi aja," gerutu Clara mendaratkan bokongnya di sebuah kursi sofa.

Saat Clara kembali ke kamar, ternyata Arya baru keluar dari kamar mandi. Untung kali ini ia tak keluar memakai handuk doang. Bisa-bisa ia tak konsen menerima materi yang disampaikan di kampus, karena memikirkan hal itu.

"Kenapa?" Tanya Arya pada Clara yang duduk di atas kasur sambil menopang dagu dengan kedua tangannya.

"Kalau aku nggak masak, mas sarapannya gimana?"

"Saya biasa sarapan pakai roti atau sendwich. Bisa siapin, kan?" Tanya Arya sambil merapikan pakaiannya.

"Bisa." Angguk Clara bersemangat. " Tapi makan siang sama makan malam gimana?" Kembali dengan keluhannya.

"Pikirkan nanti saja. Sana mandi, kalau lama aku tinggal. Jelas Arya mengancam.

Tentu saja Clara langsung lari ngibrit menuju kamar mandi. Ya kali ia di tinggal. Mana ia tak di ijinkan membawa mobilnya. Kan asem banget orang tuanya.

20 menit kemudian Clara sudah rapi dengan pakainnya, serta membawa jas Arya yang ternyata masih tertinggal di kamar.

"Ini, ketinggalan mas," ujar Clara sambil menyodorkanjas tersebut pada Arya yang duduk di sofa sambil membaca koran.

"Sengaja."

"Hah?"

"Iya sengaja, kira-kira kamu akan membawanya turun atau tidak." Terangnya.

Clara menghembuskan nafas beratnya... Sambil tangannya sibuk menyiapkan sarapan untuk Arya.

Arya berpindah duduk dari sofa ke meja makan.

"Nanti pulang sekolah aku nggak bisa jemput kamu."ujar Arya sambil memulai sarapannya.

"Bukannya jam 12 mas ngajar di kampus?"

"Iya, tapi saya ada urusan." Terangnya.

"Nggak ngajar?"

"Izin untuk hari ini."

"Wah, kenapa bukan saat ngajar di kelasku aja sih, yang izin. Kan bisa nggak belajar terus pulang." Jelas Clara tak terima.

"Kamu udah mau ujian, jadi jangan mikirin buat main-main terus. Nanti aku suruh supir buat jemput kamu."

"Baiklah." Balas Clara dengan nada malas.

Setelah sarapan Arya mengantar Clara ke sekolah. Seperti yang sudah-sudah Arya mengantar hanya sampai jalan depan kampusnya, supaya tidak ada yang mencurigai mereka.

"Oh iya mas, gimana masalah liburan? Jadi kan. Trus, kapan waktunya?" Tanya Clara antusias sebelum turun dari mobil.

"Liat aja nanti kapan waktunya," balas Arya.

"Iss, pelit banget, sih, ngasih info doang. Sia-sia dong punya suami yang notabennya dosen di kampus, ketimbang ngasih info aja nggak mau." Cerocos Clara karena pertanyaannya tak mendapat jawaban dari Arya.

"Kamu mau ke kampus atau nggak? Atau mau ngomel terus disini?" Tanya Arya yang capek mendengar ocehan Clara yang tiada henti.

"Iya, iya, aku ke kampus dulu." Clara pamit sambil mencium punggung tangannya Arya. Yap, tiba-tiba saja itu menjadi kebiasaan baginya.

"Ini nggak dibawa?" Sambil menyodorkan handphone yang nyaris hampir saja ketinggalan.

"Eh, iya hampir lupa."

Setelah memastikan Clara memasuki kampus, barulah Arya kembali melajukan mobilnya.

"Pagi!!!" Teriaknya pada kedua sahabatnyayang ternyata sudah datang duluan.

"Pagi Clara." Balas Hani dan Vera.

"Mantenan, hari ini ada pelajaran bahasa Inggris sama matematika nggak? Tanya Clara pada seisi kelas.

"Mana ada, inget sekarang tu hari Senin." Sahut temannya yang lain.

"Ngapain lo nanya-nanya pelajaran matematika sama bahasa Inggris? Sok keren amat lo sama tu dua pelajaran." Ledek Hani dengan suara cempreng ala panci jatoh.

"Iyalah, dosennya aja keren." Tambah Vera ikut-ikutan.

"Eh dasar cewek nggak bisa ngelihat cowok keren dikit aja langsung diembat. Kalian udah kayak kucing yang lagi kelaperan aja. Inget tuh, pak Arya itu dosen kita woyy." Ucap si Reno yang terkenal alim langsung memberikan ceramah pagi.

'jadi gue kucing kelaperan dong.' batin Clara.

Tiap hari cewek-cewek satu kampus pembicaraannya enggak jauh-jauh dari yang namanya Arya. Clara tak bisa membayangkan, bagaimana kalau semua orang tau ternyata dia adalah istri dari orang yang mereka puji-puji. Omaigat, kira-kira ia bakal di apain ya? Digantung, diculik, digorok, dibuang ke jurang, atau di lempar ke kutub Utara? Ah, semoga itu semua tak terjadi.

Jam 12 ada jadwal kegiatan di luar kelas.

"Ayo semuanya ke halaman kampus." Teriak pak dosen yang berada di depan kelas mereka.

Tanpa jawaban, semuanya mengikuti arahan dosen itu.

"Lah pak, itu kenapa kelas lain cepet banget pulangnya?" Tanya Hani tak terima.

"Pak Arya hari ini izin tanpa ninggalin tugas, jadi mereka di perbolehkan pulang." Jelas pak dosen.

"Enak bener." Gumam Hani.

"Pak Arya izin kenapa ya?" Tanya Vera ikut-ikutan penasaran.

"Dia izin katanya ada urusan mendadak." Jawab Clara tanpa sadar.

Tentu saja jawaban Clara membuat Hani dan Vera memandang aneh kearahnya.

"Maksud lo?"

'omaigat ni mulut.' batin clara sambil menutup mulut dengan telapak tangannya.

"Kan gue cuman nebak doang. Ya, kali aja tebakan gue bener."elak Clara sambil memaksakan tawanya agar tampak meyakinkan.

"Kirain." Balas Hani dan vera menanggapi.

Satu jam sudah, akhirnya semua mahasiswa dan mahasiswi di kelas itu di perbolehkan pulang.

"Clara, lo bawa mobil?" Tanya Hani saat di parkiran kampus.

"Nggak, tadi pagi gue dianterin papa." Jawab Clara berbohong.

"Kalau gitu gue aja anterin lo." Usul Hani.

"Ah, nggak perlu. ada supir yang jemput, kok." Tolak Clara.

Disaat yang bersamaan, tiba-tiba sebuah mobil jazz berwarna putih berhenti di hadapan mereka bertiga.

"Siapa?" Bisik vera bertanya pada Clara dan Hani yang menunjukkan tampang bingung.

Clara mengangkat kedua bahunya pertanda tidak tahu. Begitupun dengan Hani yang ikut-ikutan memberi respon yang sama.

Seorang lelaki keluar dari dalam mobil dan menghampiri ketiganya. "Maaf non Clara...saya di perintahkan bapak untuk menjemput non di kampus dan mengantarkan pulang dengan selamat." Jelasnya.

Hani dan Vera memandang ke arah Clara, seolah bertanya siapa? Yang dibalas gelengan dari Clara.

"Maaf, tapi saya nggak kenal sama anda dan bapak? Bapak siapa yang meminta untuk menjemput saya?" Tanya Clara.

Papanya? Enggak mungkin. Karena ia mengenal semua orang suruhan papanya.

"Saya di perintahkan oleh bapak Ar..."

"Stop!!"

Teriakannya tentu saja membuat laki-laki itu, Hani dan Vera begitu kaget. Ya Tuhan, ia sampai lupa kalau tadi pagi Arya mengatakan kalau dia bakalan minta supir untuk menjemputnya. Otaknya nyangkut dimana tadi ya... Sampai ia jadi lup gini. Apa nyangkut di kegiatan tadi.

"Bentar-bentar, anda disuruh bapak Aldi kan?" Sambar Clara langsung.

"Bapak Aldi?" Tanya supir dengan raut wajah yang kebingungan.

Ya iyalah dia bingung. Aldi? Aldi siapa cobak. Clara yang ngomong aja nggak kenal. Itu cuma nama yang terlintas di kepalanya untuk nama yang awalan Al.

"Aldi?" Hani dan Vera ikut-ikutan bertanya.

Iya, guyss... sepupu yang gue bilang kemarin, namanya Aldi." Kebohongan Clara untuk yang kesekian kalinya.

'gue bohong lagi,' batinnya.

"Oo..." respon Hani dan Vera.

"Ayo pak... anterin saya pulang." Clara meminta si supir untuk segera mengantarnya pulang. Bukan meminta juga, sih, tapi lebih tepatnya, memaksa.

"Duluan ya guyss." Pamitnya pada kedua sahabatnya itu.

Sepeninggal Clara, Vera dan Hani masih berdiri kokoh di tempatnya, menatap kepergian Clara dengan penuh kecurigaan.

"Ver, kok gue ngerasa kayak Clara lagi nyembunyiin sesuatu dari kita." Tebak Hani.

"Lo bener Han. Gue juga ngerasanya gitu." Balas vera menyetujui pendapat Hani.

Episodes
1 Awal mula kehancuran
2 Pertengkaran yang hebat
3 Berakhirnya Hubungan
4 Berita tak terduga
5 Tunangan
6 Mendadak menikah
7 Status Baru
8 Tugas pertama istri
9 Perang Di Dapur
10 Ternyata Dia Cerewet
11 Hampir Ketahuan
12 Terlambat
13 Menolak Cintanya Dia
14 Pindah rumah
15 Antara Kesal Dan Bahagia
16 Perhatian seorang dosen killer
17 Gara-gara Nilai
18 Kebocoran hubungan
19 Cemburu
20 Pengakuan Clara
21 Sidang
22 Kebahagiaan Tak Terduga
23 Terserah
24 Imam Dan Makmum
25 Liburan
26 Cobaan dalam rumah tangga
27 Positif hamil
28 Clara Merasa Kesepian
29 Mau Anak Cewek Or Cowok?
30 Arya khawatir, Clara Pergi Sendirian
31 Ngidam mangga muda
32 Jalan pagi
33 4 bulanan
34 Pernyataan Clara
35 Diamnya Clara
36 Penjelasan
37 Kontraksi
38 Lahiran
39 Marya Intan Zivani
40 Aqiqah hari ke-7 baby zivani
41 Tangisan baby zivani
42 Main Ke Time Zone
43 1 tahun
44 Firasat
45 Kecelakaan
46 Perasaan yang hancur sebab musibah yang datang
47 Kepulihan Clara dan Zivani
48 Keluh kesah Arya
49 Doa yang belum terjabah
50 Demi Sang Istri Apapun Di Lakukan
51 Menjadi Lelaki Yang Kuat Dalam Keluarga
52 Zivani Mimpi Buruk
53 Sholat Berjamaah
54 Makan Es Krim Bersama
55 Kembalinya keceriaan Clara dan Zivani
56 Perdebatan Membawa Kebahagiaan
57 Ketagihan Minuman Clevo
58 Zivani menangis
59 Ketiduran
60 Clara Terjatuh
61 Clara drop Kembali
62 Fisik Bukan Utama Untuk Menjadi Setia
63 Pijatan Bikin Nyaman
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Awal mula kehancuran
2
Pertengkaran yang hebat
3
Berakhirnya Hubungan
4
Berita tak terduga
5
Tunangan
6
Mendadak menikah
7
Status Baru
8
Tugas pertama istri
9
Perang Di Dapur
10
Ternyata Dia Cerewet
11
Hampir Ketahuan
12
Terlambat
13
Menolak Cintanya Dia
14
Pindah rumah
15
Antara Kesal Dan Bahagia
16
Perhatian seorang dosen killer
17
Gara-gara Nilai
18
Kebocoran hubungan
19
Cemburu
20
Pengakuan Clara
21
Sidang
22
Kebahagiaan Tak Terduga
23
Terserah
24
Imam Dan Makmum
25
Liburan
26
Cobaan dalam rumah tangga
27
Positif hamil
28
Clara Merasa Kesepian
29
Mau Anak Cewek Or Cowok?
30
Arya khawatir, Clara Pergi Sendirian
31
Ngidam mangga muda
32
Jalan pagi
33
4 bulanan
34
Pernyataan Clara
35
Diamnya Clara
36
Penjelasan
37
Kontraksi
38
Lahiran
39
Marya Intan Zivani
40
Aqiqah hari ke-7 baby zivani
41
Tangisan baby zivani
42
Main Ke Time Zone
43
1 tahun
44
Firasat
45
Kecelakaan
46
Perasaan yang hancur sebab musibah yang datang
47
Kepulihan Clara dan Zivani
48
Keluh kesah Arya
49
Doa yang belum terjabah
50
Demi Sang Istri Apapun Di Lakukan
51
Menjadi Lelaki Yang Kuat Dalam Keluarga
52
Zivani Mimpi Buruk
53
Sholat Berjamaah
54
Makan Es Krim Bersama
55
Kembalinya keceriaan Clara dan Zivani
56
Perdebatan Membawa Kebahagiaan
57
Ketagihan Minuman Clevo
58
Zivani menangis
59
Ketiduran
60
Clara Terjatuh
61
Clara drop Kembali
62
Fisik Bukan Utama Untuk Menjadi Setia
63
Pijatan Bikin Nyaman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!