"Bapak, ngapain sih, hobi banget ya, nabrak saya!" Kesal Clara mengomeli seseorang yang menabraknya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Arya.
Clara tak habis pikir, baru beberapa hari mengenal sosok Arya yang berprofesi sebagai dosen, dan sekarang yang telah menjadi tunangannya, tapi, sudah menabraknya sebanyak tiga kali. Apa ini yang dinamakan tabrakan cinta. Tentunya tidak.
"Sekali lagi kamu panggil saya dengan panggilan Bapak, saya bakal nikahin kamu sekarang juga. Nggak ada acara tunang-tunangan." Ancam Arya dengan kesal.
"Benarkah? Memangnya Bapak berani?" Tanya Clara mengetes ancaman Arya.
Tanpa komando dan aba-aba, Arya langsung saja menarik tangan Clara dengan paksa untuk mengikutinya.
"Eh, ini mau ngapain sih, kenapa Bapak narik-narik saya." Ujar Clara yang bingung karena ditarik paksa oleh Arya yang entah mau dibawa kemana.
Ternyata Arya membawanya menuju meja, dimana kedua orang tua mereka berkumpul.
"Ada apa, nak?" Tanya Laras yang bingung dengan putranya datang sambil menarik Clara.
"Ma, Pah, Om, dan Tante. Nggak akan ada acara tunangan," ujar Arya masih sambil menggenggam tangan kanan Clara.
Mendengar pernyataan Arya barusan, seolah terpampang tanda tanya yang besar diatas kepala mereka masing-masing. tapi tidak dengan clara, ia malah senang sekali saat Arya mengatakan itu.
"Hwahhhh." Girang Clara.
"Maksud kamu apa bicara seperti itu?" Tanya Hendri, papanya Arya dengan sedikit emosi.
"Kita langsung nikah, sekarang!" Seru Arya singkat, tapi mampu membuat semuanya kaget bahagia. Tentu tidak dengan Clara, yang kagetnya bukan main-main.
Tadinya ia sudah bernafas legah saat Arya mengatakan enggak ada acara tunang-tunangan. Tapi sekarang, ia ingin sekali menangis sejadi-jadinya.
"Astaga, ya ampun, omaygat." Gerutunya sambil menepuk jidat. "Buat tunangan hari ini aja aku udah mikirinnya semaleman, dan nggak bisa tidur, apa lagi buat nikah dadakan. Aku nggak bisa!"
Clara tak terima dengan keputusan yang dibuat Arya secara tiba-tiba begini.
"Bukankah kamu yang mencoba mengetes ucapanku," balas Arya.
"Iya, tapi aku bercanda doang, yaelah serius banget sih nanggepinnya pak." Ujar Clara takut.
"Maaf, saya bukan tipe orang yang suka bercanda."
"Oke, keputusan sudah diambil. Intinya adalah kalian nikah sekarang."
Mendengar ucapan Papanya, Clara merasa kepalanya seolah di pukul pakai palu yang super besar, terus dilempar ke kutub utara yang dinginnya buka main. Rasanya ia ingin pingsan saat itu juga, tapi kok enggak pingsan-pimgsan.
"Yeeeee." Teriak para mama yang merasa menang tanpa berperang.
"Tamat sudah riwayatmu, clara. Kamu terjebak dengan ucapanmu sendiri," gumam Clara yang masih bisa di dengar oleh Arya, tapi hanya ia respon dengan senyuman.
Akhirnya dengan sangat-sangat terpaksa, Clarapun menikah dadakan dengan Arya. Tanpa adanya persiapan fisik dan mental, lahir maupun batin. Ia saja masih merasa kalau ini hanyalah mimpi belaka. Apa iya harus menemui ketua KPAI untuk mengadu? Tapi ia tak ingin orang tuanya bermasalah dengan hukum.
Saat ini pasrah adalah cara terbaik yang mesti ia pilih.
S
K
I
P
Semua acara sudah selesai di laksanakan. Acara apa? Jangan ditanya lagi. Apa lagi kalau bukan pernikahannya dengan Arya.
Percaya gak percaya, Arya yang notabennya, adalah dosen sekarang statusnya juga bertambah menjadi suaminya yang sah secara hukum maupun agama.
Dia yang tadi pagi masih berstatus ABG, sekarang dalam jangka waktu beberapa jam saja sudah berubah status menjadi seorang istri. Yap, sulit dipercaya. Tapi inilah kenyataannya.
Satu lagi, kalau sudah mendengar kata suami, hal yang dipikirkan Clara adalah kewajiban seorang istri. Jujur saja, itu menurutnya sangat menakutkan.
"Bapak, eh maksudnya mas mau ngapain?" Tanya Clara heran karena Arya yang terus mengikutinya hingga ke kamar.
"Tidur."
"Disini?"
"Nggak lupa kan, kalau aku ini suamimu?" Tanya Arya langsung saja menyelonong masuk kamar, tanpa menunggu jawaban dari clara.
"Aku nggak lupa, tapi kita nggak perlu tidur sekamar juga," protes Clara tak terima.
"Bukannya suami istri memang begitu?"
"Tapi aku nggak mau!" Tolak Clara tak setuju.
"Gimana kalau nanti ntar, Bap....eh maksudnya mas ngapa-ngapain aku, gawat kan."
Maaf saja bukan mau mikir yang gimana-gimana. Soalnya otaknya udh mencar kemana-mana. Tidur sekamar sama cowok, meskipun statusnya sudah suami istri. Tapi menurut Clara, tetap saja itu enggak banget.
"Ya..... Itu," jawab Clara gugup.
"Itu?" Arya menunggu penjelasan clara.
"Aahhh, sudahlah." Pasrah Clara.
"Pokoknya mas nanti tidur di sofa, aku nggak mau tau," ujar Clara menuju kamar mandi sambil ngomel-ngomel.
"Dasar ABG." Gumam Arya.
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Clara yang awalnya tidur dengan nyenyak, sekarang matanya malah tak bisa tidur gara-gara pandangannya terus tertuju pada Arya. Ia terus memperhatikan Arya yang bergerak miring ke kiri dan ke kanan, mencari posisi tidur yang nyaman.
"Oh, ayolah Clara, tidur saja dan jangan hiraukan dia." Batin Clara.
Hingga sepuluh menit kemudian....
"Euhhh, bikin gue nggak bisa tidur." Gerutunya bangun, dan mendekat ke arah Arya yang berada di sofa.
"Mas Arya, bangun." Ujarnya mencoba membangunkan Arya dengan ragu-ragu.
'duh gantengnya. Justin bibir mah lewat.' Batin Clara.
"Kamu bilang apa barusan?" Arya tiba-tiba langsung bangun.
"Apa? Aku cuman bilang cepetan bangun. Apalagi? Ya nggak ada lagi." Elak Clara.
"Setelah itu?"
"Nggak ada lagi. Sanah pindah ke tempat tidur." Pinta Clara.
"Apa?" Bukannya Arya tak mendengar, tapi ia sedikit tak percaya dengan apa yang di katakan Clara.
"Budek ya? Tidurnya ke tempat tidur. Tapi awas, jangan macem-macem!"
Arya pun menuju ke tempat tidur dan langsung tidur pulas. meskipun perkataan, jangan macem-macem yang di ucapkan Clara, sangat lucu.
Jam 05.30 Clara terbangun dari tidurnya. Ia mengarahkan pandangan ke seluruh penjuru kamar, mencari keberadaan Arya, suaminya.
'hah mungkin tu orang udah bangun.' pikirnya.
Clara beranjak dari tempat tidur, dan berjalan santai menuju kamar mandi. Tapi, disaat pintu terbuka, disaat itulah ia kaget dengan kedua bola matanya langsung membulat.
"Aaaaaaa." Teriaknya histeris, dan segera menutup mata dengan kedua telapak tangannya.
"Ya ampun, ni anak." Dumel Arya yang tengah berdiri, di hadapan Clara hanya menggunakan handuk.
Jangan berfikir kalau ia melihat Arya dalam keadaan tanpa pakaian alias telanjang. Melihat Arya dalam keadaan hanya menggunakan handuk begini saja, membuat otaknya konslet. Apa lagi kalau tak pakai apa-apa, mungkin ia akan langsung pingsan.
"Apa kamu pingin semua orang mikirnya kita lagi ngapa-ngapain, gitu? Suaramu sangat memekakkan telinga," ujar Arya sambil berpangku tangan dihadapan Clara
"Abisnya salah Bapak sih. Ngapin juga nongol-nongol cuman pakek handuk doang." Terang Clara sambil masih menutup kedua matanya.
"kalau kamu masih panggil saya Bapak, saya cium kamu ni!" Ancam Arya mendekati Clara.
"Eh, maaf, mas," ujar Clara langsung ngacir ke dalam kamar mandi, dan segera menutup pintu.
Bisa-bisa kalau ia terus berada di hadapan Arya, sebuah ciuman mungkin saja ia terima. Tentunya ia tak akan rela kalau itu sampai terjadi.
Setelah mengenakan pakaian, begitupun dengan Arya yang juga sudah rapi dengan stelan gaya seperti guru killer. Mereka berdua langsung turun menuju meja makan. Disana sudah ada kedua orang tua Clara yang sekarang yang Juga sudah berstatus sebagai mertuanya Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Asri Irwansyah
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
2023-10-24
1