"Apa?" Tanya Clara kaget. Kupingnya yang salah dengar atau gimana ini. Tapi sumpah, ini tu jelas banget terdengar di telinganya.
"Apa?"
"Mas ngomong apaan tadi?" Tanya Clara penasaran dan beranjak dari duduknya menghampiri Arya.
"Apa, Aku nggak ngomong apa-apa," elak Arya masih tetap fokus pada kertas-kertas di mejanya.
"Ih, nyebelin banget sih," umpat Clara karena Arya tak mau jujur.
Jam sudah menunjukkan pukul 20:15. Arya sudah menyelesaikan semua pekerjaannya.
"Mau makan di mana?" Tanya Arya sambil merapikan mejanya.
"Sudah selesai, mas?" Tanya Clara bersemangat.
"Ya."
"Kita makan di restoran Jepang, ya?" Pertanyaan Clara hanya di balas anggukan oleh Arya.
Mereka berdua pun segera menuju ke sebuah restoran Jepang yang ada di sebuah pusat perbelanjaan.
"Aku udah mutusin kalau kita akan tinggal di rumah kita sendiri," ujar Arya pada saat menunggu pesanan datang.
"Maksud mas?"
"Aku udah beli rumah untuk kita tempati." Terang Arya yang langsung membuat Clara kaget.
"What! Kenapa pakek beli rumah segala, sih. Kan kita bisa tinggal bareng mama, papa," komentar Clara sedikit keberatan dengan keputusan Arya.
"Supaya kamu nggak terus-terusan bergantung sama mama dan papa," jelas Arya.
"Tapi..."
"Udah, nggak usah komen, lanjutin makan," sanggah Arya.
Bukannya enggak mau berpisah sama kedua orang tuanya, tapi memikirkan kalau harus tinggal berdua sama Arya lah yang membuatnya was-was.
Setelah makan malam mereka berdua pun kembali ke rumah.
"Malam, Pa, Ma," sapa Arya dan Clara pada Sari dan Firman yang saat itu berada di ruang keluarga.
"Malam," balas keduanya. "Clara kamu pasti gangguin Arya ya di kampus," omel Sari pada putrinya.
"Ih, mama kok gitu sih," sungut Clara atas tuduhan mamanya.
"Nggak kok Ma," bela Arya.
"Tuh, Mama dengar kan, mas Arya bilang apa."
"Iya, iya, tau sekarang ada yang belain," ejek Mamanya.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam, Clara bersiap untuk tidur.
"Jangan langsung tidur, belajar dulu paling tidak 15 menit!" Seru Arya yang masih sibuk dengan laptopnya.
"Capek," rengek Clara yang di balas tatapan menakutkan dari Arya, yang seolah ingin memakannya hidup-hidup.
"Gini ni, suami yang berprofesi sebagai dosen, hidup nggak bakal jauh-jauh dari yang namanya buku."gerutu Clara sambil beranjak menuju meja belajarnya dengan langkah malas.
Jadilah, waktu tidurnya tertunda hingga 20 menit karena di paksa belajar oleh Arya.
"Mas, udah bilang sama Papa Mama kan, masalah kita pindah rumah?" Tanya Clara yang sudah berada di balik selimut.
Udah," jawab Arya dengan suara seraknya.
"Trus, mereka nggak ngelarang gitu?"
"Yang bawa kamu itu adalah suami kamu, masa iya Papa Mama ngelarang," terang Arya.
"Eh, tapi kok ngerasa mas jadi banyak omong gini ya. Nggak kayak kemarin-kemarin nyebelin."
Clara yakin, omongannya barusan pasti bakal di respon Arya dengan ocehan.
2 menit...
3 menit...
Tak ada respon apa-apa, Clara mengarahkan pandangannya pada Arya yang ada di sebelahnya.
"Kok, malah tidur, sih, aku kan masih ngomong," oceh Clara karena di tinggal tidur.
Tapi tunggu, ternyata Arya hanya pura-pura tidur.
•••••000•••••
Hari ini, entah terkena serangan angin apa, Clara bangun di jam yang begitu pagi. Biasanya ia bangun jam enam, kini ia bangun di jam lima. Apa mungkin ia baru menyadari kalau statusnya ini adalah seorang istri? Mungkin.
"Astaga, kamu bikin Mama kaget aja," ujar Mama kaget, yang tiba-tiba saja di hampiri oleh Clara.
"Mama lebay, deh. Biasa aja kali," balas Clara.
"Ini mah luara biasa, apa jam di kamar kamu lagi eror ya? Secara ini masih jam 5." Jelas Mama nya yang sepertinya sedang meledek Clara.
"Aku tau Ma, kalau ini masih jam lima, tapi aku pingin bangun cepat aja," ucap Clara memberi jawaban.
"Kamu sakit?" Tanya Sari sambil khawatir sambil memeriksa keningnya Clara.
"Ih, Mama apaan sih," Clara semakin kesal saja.
"Aduh, aduh ini ada apaan, subuh-subuh ribut di dapur." Firman tiba-tiba datang menghampiri Clara dan Mamanya yang sedang heboh.
"Ini, Pa, masa aku bangun jam segini Mama bilang aku sakitlah, jam di kamar ku yang eror lah," terang Clara dengan wajah cemberutnya.
Bukannya membela, Papanya malah ikut tertawa.
"Ih, Papa, kenapa malah ikutan ketawa, sih," gerutu Clara.
"Maaf sayang. Papa seneng liat kamu jam segini udah bangun, kamu harus jadi istri yang baik. Kalau gitu kamu bantuin mama masak, ya." Ajak Sari pada putrinya.
"What! Yang bener aja dong, Ma. Masa seorang Clara masak."
Asal tau saja, terakhir ia berurusan dengan panci-pancian? Itu waktu baru-baru masuk kuliah, itu juga cuman masak air. Kerennya lagi, sampai tu panci gosong karena dehidrasi. Gimana kalau masak nasi? Ya mungkin tu nasi bakalan berubah jadi ketan hitam.
"Ya iyalah, terus mau ngapain bangun jam segini kalau bukan ngebantuin masak. Mau ngeliatin Mama doang."
"Kalau mau masak, takut kecipratan minyak. Motong bawang, nggak ah bau. Hmm, gimana kalau aku bantu doa aja ya, Ma." Elak Clara sambil tertawa.
"Dasar kamu ya, kalau urusan masak aja susah banget. Ada aja jawabannya,"
Sementara Arya yang baru saja bangun tiba-tiba tak mendapati sosok Clara di sebelahnya.
"Clara, kamu di kamar mandi?" Tanya Arya, tapi tak ada jawaban.
Arya pun keluar dari kamar mencari keberadaan wanita yang baru ia kenal, tapi sudah berstatus sebagai istrinya itu.
Ia memandangi kearah dapur, saat mendengar suara obrolan dari sana.
"Kamu ngapain disini?" Tanya Arya bingung, karena melihat Clara yang berada di dapur.
"Itu, tadinya sih, pengen bantuin Mama masak. Tapi, nggak mau berurusan sama minyak panas dan bawang-bawangan. Jadi, aku bantu doa aja," jelas Clara yang nyaris membuat Arya tertawa ngakak, tapi berusaha ia tahan. Nggak mungkin dong seorang Arya ketawa ngakak, bisa hilang galaknya.
'aku nggak nyangka bakal punya istri yang manjanya kelewat gini,' batin Arya.
Clara yang awalnya sibuk di depan cermin, mengalihkan pandangannya pada Arya yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Mas, hari ini nggak ke kampus?" Tanya Clara
"Nanti jam 12," jawab Arya .
"Bisa anterin aku ke kampus dulu, soalnya mobilku lagi di service."
"Nanti semua orang curiga," balas Arya.
"Ih, alesan doang, kalok nggak mau nganterin, ya udah."
Clara kesal dan keluar begitu saja dari kamar.
"Apa yang terjadi padanya, kenapa tiba-tiba jadi gitu. Bukannya ia yang tak ingin semua orang tau tentang hubungan ini."
Arya malah bingung dengan sikap Clara benar ternyata, Clara masih ABG yang labil. Sekarang bilang, ya, mungkin satu jam lagi dia akan bilang tidak.
Clara segera menuju ke meja makan untuk sarapan.
"Papa mana, Ma?" Tanya Clara yang melihat Mamanya berada di meja makan sendirian.
"Udah berangkat, barusan,"
"Ooo,"
"Arya mana?"
"Masih di kamar," jawab Clara dengan cemberut.
Sari merasa terjadi sesuatu kepada Clara, terlihat sekali wajah cemberutnya itu.
"Ada masalah?"
"Iya, dan masalahnya itu ada pada menantu kesayangan Mama."
"Arya? Memangnya dia kenapa?"
"Dia nyebelin banget. Masa aku minta anterin ke kampus, dianya nggak mau. Pakek alesan takut ketauan sama orang satu kampus lah," jelas Clara dengan nada kesal.
"Clara nggak boleh gitu. Dosa loh, merutuki suami sendiri." Omel Mamanya.
"Abisnya aku gregetan, berasa pingin jambak-jambakin," umpat Clara.
"Ehem."
Deheman seseorang membuat nyali Clara langsung ciut seketika. Mulut rempongnya yang tadi semangat berkoar-koar, seolah tak berani untuk bicara.
"Tuh, berani nggak ngomong sama orangnya langsung?"
Clara tak berani menjawab, ia hanya menatap ke arah piring yang ada di hadapannya. Seolah, ia benar-benar sedang menikmati sarapan dengan penuh penghayatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments