HAPPY READING...
***
Malam.
Langit Ibukota telah sepenuhnya gelap. hembusan angin sesekali terasa menusuk tulang. membawa aroma khas tanah, menandakan bahwa musim hujan akan segera tiba.
Anna, baru selesai menidurkan Arion. meninggalkan kamar putranya dan tak lupa mematikan lampu kamar untuk membuat bocah yang terlelap itu semakin tenang beristirahat.
Anna, tak bisa langsung ikut beristirahat. ada hal lain yang telah menantinya.
Sean.
Dilihatnya pria itu tengah berdiri di balkon Apartemen Anna. terdiam seorang diri sengaja menunggu kesempatan untuk bisa berbicara berdua dengan Anna. setidaknya tanpa gangguan Arion.
"Arion sudah tidur?". begitu yang diucapkan Sean membuka pembicaraan.
menyambut kedatangan Anna sambil terus mengamati wanita di sampingnya itu.
tatapan mata Sean seperti merekam kegiatan Anna yang tengah mengikat rambut panjangnya dengan ikat rambut. hingga leher jenjang wanita itu terekspos jelas.
"Heem..." jawab Anna.
Anna ikut juga menyenderkan kedua tangannya di besi pembatas balkon. menatap jalanan Ibukota dari atas sana.
lampu kendaraan di bawah sana seperti sebuah mainan. bergerak kesana kemari tanpa ujung.
"Apakah Arion tidak pernah menyusahkanmu?" tanya Sean penasaran.
Ha?
"Maksudku selama kau mengandung Arion..." ralat Sean. ia bahkan tak tau bagaimana kondisi Anna saat mengandung putranya. apakah gadis itu baik-baik saja? atau mungkin Anna tidak bisa melakukan apapun karena morning sickness?
Sean hanya penasaran. setidaknya ingin membagi bagaimana pengalaman Anna waktu itu. saat tak ada Sean di sampingnya.
Anna tersenyum. mengingat bagaimana ia menjalani hidup yang sendirian kala itu.
apakah ia baik-baik saja? ck... tak ada yang baik-baik saja ketika kita harus mau tak mau terpaksa menjalani hidup ini.
Hidup bahkan seperti sebuah neraka bagi orang-orang seperti Anna. sendirian, gunjingan, kesepian, susah ia lalui semuanya.
tapi entah takdir yang bagaimana hingga membuat Anna sampai di titik seperti ini.
nyatanya ia semakin menjadi wanita yang kuat dan berani. bahkan tak takut lagi dengan sesuatu yang ada di depannya.
"Aku pernah mencoba untuk bunuh diri..." jawab Anna. mengatakan hal itu, dada Anna terasa sesak. seperti ada sebuah beban yang menindihnya hingga kesulitan bernafas.
senyum yang terukir saat ini bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum penuh luka dan trauma.
Tatapan Sean kepada Anna seketika berubah.
mengisyaratkan ada rasa kasihan dan iba pada wanita itu.
Apa? bunuh diri?
"Aku pernah meminum obat dengan dosis tinggi...". Anna beralih menatap Sean dan melanjutkan ucapannya. "Berharap semuanya berakhir... walaupun harus mengakhiri nyawaku juga...".
Itulah yang Anna lakukan saat pertama kali tau bahwa ia tengah mengandung. mencoba untuk mengakhiri hidupnya sendiri.
"Tapi Arion seperti ikut berjuang di dalam sana... ia semakin kuat, tumbuh... seperti menguatkanku bahwa tak apa jika hanya hidup dengannya saja... tak apa jika dunia menolak kami, kami hanya perlu kuat untuk satu sama lain...".
Air mata wanita itu kian menetes dengan derasnya.
Sedangkan Sean semakin pias. ia tak tau kalau Anna sampai seperti itu disaat taka da siapapun yang menemaninya.
bahkan Sean, mungkin saja saat itu dirinya selalu berusaha untuk membenci Anna dalam hidup.
"Arion lah yang menjadi alasan untukku tetap hidup sampai sekarang..." lanjut Anna.
"Kalau ditanya siapa orang paling sabar menghadapi ku, dialah Arion... sekeras apa nada bicara ku ketika aku memarahinya, Arion tak pernah meninggalkan ku. bahkan ia menangis untuk memelukku...".
Pertama kalinya Anna menangis di hadapan seseorang seperti ini. dulu, ia tak bisa seperti ini. menangis saja Anna pendam sendiri atau menumpahkannya di toilet. karena Anna tak mau terlihat rapuh dihadapan Arion.
Kalau ditanya siapa penyemangat ku, dia adalah anakku.
Dia yang menjadikanku kuat saat semua orang meninggalkan ku..
"Hiks...".
Masih terdengar jelas isak tangis Anna. sedangkan Sean, pria itu hanya diam dan menjadi pendengar saja. tak ada yang bisa ia lakukan untuk Anna.
"Kenapa kau tidak kembali saat itu?" tanya Sean. bukankah Anna bisa kembali dan mengatakan semuanya kepada Sean?
mereka bisa menyelesaikannya sama-sama. Sean akan bisa menemani masa sulit Anna.
"Kembali? haha... Kenapa aku tak kembali?" ulang Anna menirukan pertanyaan Sean barusan.
Kenapa aku harus kembali sedangkan dirimu-
Anna tak bisa melanjutkan ucapannya.
"Buktinya aku bisa menyelesaikannya sendiri bukan?".
Inilah Anna yang saat ini. tak bergantung pada orang lain. ia bisa berdiri sendiri dengan kedua kakinya.
"Kalaupun aku kembali, apa yang aku dapatkan?" tanya Anna semakin pelan nada bicaranya.
Aku tidak akan mendapatkan apapun...
"Setidaknya kau bisa membagi penderitaan dengan ku... aku bisa bertanggung jawab atas kehamilan mu Ann..." jawab Sean.
Bohong... jika aku pulang, mungkin aku tidak akan sekuat ini... mungkin Aku tidak akan bisa bertahan sampai detik ini...
"Agghh... sudah sangat malam..." keluh Anna. merenggangkan ototnya dan sedikit menyindir pria di sampingnya saat ini. akan lebih baik jika Sean segera pulang bukan? tak baik berlama-lama disini.
"Hm, sudah malam..." ucap Sean. walaupun sebenarnya ada banyak sekali yang ingin pria itu bicarakan dengan Anna. tapi waktunya yang tak tepat. sudah sangat malam bagi mereka untuk sekedar bercerita. apalagi Sean cukup tau diri untuk bertamu di rumah seseorang tanpa harus diusir lebih dulu.
"Baiklah, aku pulang..." pamitnya.
"Oh iya Yan, terimakasih telah menjaga Arion seharian..." ucap Anna dengan tulus.
"Dan untuk selanjutnya, aku akan memasukkan Arion penitipan anak... jadi aku bisa bekerja dengan tenang tanpa harus mencemaskannya...".
Kali ini Sean terkejut. Kenapa tiba-tiba? begitu hatinya bicara.
"Jadi kau tidak repot mengurus putraku..." ucap Anna lagi. kali ini ucapannha justru terdengar ameh. wanita itu seperti menekankan pada Sean bahwa sampai kapanpun Arion adalah putra Anna. ya... hanya putra wanita itu. walaupun Sean memiliki tes DNA asli, tapi tak bisa dipungkiri kalau Anna lah ibu dari Arion.
"Arion juga putraku Ann... apa kau lupa hal itu?" sela Sean.
"Dia darah daging ku juga... dan kau berpikir aku akan kerepotan mengurus Arion?".
Sean seperti tak percaya kalau Anna akan mengatakan hal itu kepadanya.
Sepanjang malam.
Anna tidak bisa tidur. yang dilakukan wanita itu hanyalah duduk di kursi makan sambil menikmati segelas air dingin. setidaknya air itu bisa membantu meredam emosi dalam jiwanya. menghilangkan rasa panas di dalam kepalanya.
Aku tidak salah bukan? memasukkan Arion agar bisa belajar dan menunggu kepulangan ku setelah bekerja sambil belajar?
Sedangkan di tempat lain.
Mobil yang dikendarai Sean telah berhenti. di tepi jalanan, pria itu hanya duduk di kursi kemudi tanpa melakukan apapun. wajahnya terlihat sekali guratan kemarahan. hanya saja Sean mencoba untuk menahannya. karena sia-sia meluapkan rasa kekesalah hatinya saat ini. yang mana justru akan menghancurkan dirinya sendiri.
Apa sebenarnya yang Anna pikirkan? batinnya bicara. tak paham dengan jalan pikiran Anna.
dengan memasukkan Arion ke tempat peuniti anak, justru akan mengurangi kesempatan baginya untuk sering bertemu dengan Arion. dan jika itu terjadi, Sean tak punya kesempatan untuk mendekati keduanya.
Apa yang harus aku lakukan?
Sean terus berpikir apa yang harus ia lakukan saat ini.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Nunung Suwandari
Arion terlalu kaku ngk sih 🤣
2023-12-08
1
Yuni Setyawan
lunakkan hatimu an,supaya Arion merasakan kasih sayang seorang ayah🤭🤭🤭
2023-11-02
1