***
Acara melukis masih berlangsung. Arion masih sibuk mewarnai gambar di atas mejanya dengan penuh hati-hati. Acara kali ini begitu meriah, ditambah dengan banyak sekali hadiah untuk membuat suasana jati anak-anak tidak jenuh.
Anna masih tenggelam dalam pekerjaannya. sejak beberapa jam terakhir hanya duduk dan mengamati Tab di pangkuannya.
bahkan tak menyadari bahwa Arion tengah berlari menghampirinya. menabrak tubuh Anna dan memeluknya dengan erat.
"Astaga..." ucap Anna terkejut.
Menghentikan pekerjaannya dan fokus melihat Arion. "Sudah selesai?" tanya Anna penasaran. bahkan ia tak sempat melihat bagaimana hasil karya putranya barusan.
"Sudah... Mama bagaimana kalau Arion kalah?". celoteh anak kecil penuh keraguan.
Arion tak tau apakah gambarnya bisa mendapatkan juara atau tidak.
"Kalah menang tidak masalah bukan? Mama akan tetap membawa Arion bermain nanti..." jawab Anna.
Ia bukan sosok Ibu yang menuntut Arion untuk menjadi juara. Anna hanya mengajari Arion untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan belajar berani berbaur dengan anak-anak yang lain. karena Anna juga sadar, Arion tak memiliki seorang teman pun di rumah. terlebih lagi mereka tinggal di Apartemen. Arion hanya sering menghabiskan waktunya dengan melukis ataupun menonton televisi. bahkan ketika Anna harus bekerja, Arion tinggal dengan seorang pengasuh yang memang Anna pekerjakan untuk membantunya di rumah.
Tapi walaupun begitu, Arion tumbuh menjadi anak yang baik. tak pernah sekalipun usil ketika berbaur dengan anak seusianya seperti sekarang.
"Arion..." panggil seorang anak yang mampu membuat Arion dan Anna sama-sama menengok ke arah sumber suara.
"Halo..." sapa Anna dengan ramahnya.
"Ayo main.." ajak gadis kecil seusia Arion sambil menampakkan senyum indah di bibirnya. gadis berponi yang entah siapa itu seolah mengenal Arion. Anna juga tidak tau siapa gadis kecil itu, tapi ia yakin kalau gadis itu adalah salah satu anak yang juga ikut memeriahkan acara pagi ini.
"Ma, Boleh?" tanya Arion hati-hati. sama seperti anak lainnya, Arion juga ingin bermain dengan yang lain.
"Iya..." ucap Anna yang langsung membuat Arion senang. meloncat-loncat dan meninggalkan Anna untuk bermain dengan anak-anak lain.
Bersamaan dengan itu, Acara melukis hari ini telah sampai di puncak acara.
semua orang terlihat antusias untuk melihat siapa yang akan menjadi juaranya. bahkan banyak orang tua yang berharap bahwa anak mereka lah yang menjadi juara.
termasuk juga Anna. entah kenapa tangannya berkeringat dengna detak jantung yang berdegup kencang.
Di atas panggung, seorang MC tengah berbincang dengan seseorang yang cukup penting. mungkin saja sponsor dari event melukis kali ini, betul pikir Anna. karena ia tidak bisa melihat lebih dekat karena sesaknya orang-orang yang memenuhi tempat itu.
"Arion...". Anna celingukan mencari putranya yang entah sejak kapan sudah hilang dari pengawasannya. Anna hanya takut Arion tersesat atau justru terhimpit orang-orang di depan sana.
"Arion..." panggil Anna lagi. tapi tak kunjung menemukannya.
"Permisi..." ucap Anna sambil sesekali membelah kerumunan. "Maaf ya Pak.. permisi..". dimana anak itu..
Saat Anna tengah sibuk mencari, beda lagi dengan Arion.
anak laki-laki kecil itu justru terlihat senang bermain petak umpet dengan anak-anak lain. termasuk dengan anak perempuan yang tadi mengajaknya.
sembunyi di sudut-sudut tempat itu, juga tempat lain yang sulit untuk di ketahui.
Hingga, Buuggg...
"Aww...". Arion tak sengaja menabrak seseorang. menyentuh keningnya sambil mendongak untuk melihat siapa orang yang ia tabrak barusan.
pandangan Arion seketika tertuju pada wajah pria dewasa di depannya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya pria dewasa di depannya. sedikit membungkuk untuk melihat wajah Arion dari dekat. memastikan bahwa anak kecil yang menabraknya tidak terluka.
"Jangan lari-larian di tempat ramai seperti ini...bahaya".
Sedangkan Arion hanya terdiam tanpa mengatakan apapun. tangannya terus saja menyentuh keningnya. sedikit nyeri karena mungkin saja membentur ikat pinggang yang dikenakan pria dewasa di depannya tadi.
"Sini aku lihat...". membuat Arion mendekat dan memperlihatkan keningnya.
"Siapa namamu?".
"Arion..." jawabnya dengan nada khas anak-anak.
"Hanya sedikit memar... mau permen?" tanya pria itu sambil merogoh saku jas yang dikenakan.
Arion menggelengkan kepalanya.
"Tidak mau? kenapa?".
tentu saja pria dewasa di depannya penasaran. apa alasan anak bernama Arion itu tidak mau menerima permen pemberiannya.
"Kata Mama tidak boleh menerima pemberian dari orang asing, termasuk permen juga..." jawab Arion. padahal Arion tergiur dengan permen susu di depan matanya. hanya saja Arion ingat perkataan dari Mamanya yang melarang menerima pemberian orang tidak di kenal.
jawaban Arion membuat pria dewasa itu tersenyum. paham dengan situasi saat ini.
"Mama mu benar, tapi kamu menyukai permen ini bukan?" selidiknya. lihatlah bagaimana cara Arion menatap lekat permen itu. berbinar tapi takut untuk mengambilnya.
Arion mulai goyah.
Sesekali ia mengangguk pelan tapi tak bisa berbuat apapun.
"Ambilah.." perintahnya.
Pria dewasa itu kembali menyodorkan permen lebih dekat ke arah Arion.
Beberapa detik, tak ada pergerakan dari Arion.
Anak yang pintar... batinnya bicara.
"Bagaimana kalau aku menutup mata dan ambil permen ini lalu pergi? aku tidak akan melihatnya bukan?" tawarnya lagi.
Tapi tanpa terduga jawaban Arion justru semakin membuatnya tercengang.
"Mencuri? tidak! aku tidak mau mencuri...". Arion jelas menolak. bahkan sampai mundur beberapa langkah menjaga jarak dari pria dewasa itu.
"Mencuri itu dosa..." lanjutnya.
"Pak, mengambil apapun tanpa sepengetahuan orang sama dengan mencuri..." sela Asisten yang berada di belakang pria itu sambil teranyum geli.
Agghh.. iya juga...
"Bukan- bukan seperti itu maksudku...".
Agghh... bagaimana aku menjelaskannya sih... pria dewasa itu bingung menjelaskan pada Arion.
"Ambilah nak... nih...". Asisten itu pun bergerak. mengambil permen dari tangan bosnya dan langsung menyerahkannya kepada anak laki-laki di depannya itu.
tanpa basa-basi dan tertele-tele, semua terselesaikan.
"Kembalilah ke orang tuamu sekarang..." pintanya dengan lembut.
Arion tersenyum bahagia menerima permen pemberian pria tak dikenal itu. "Hm..." mengangguk pelan dan berucap, "Terimakasih Om...". lalu berlari meninggalkan tempat tersebut.
Lucu sekali... batin pria dewasa itu sambil menatap kepergian Arion yang semakin menjauh.
"Apa anda tidak mau memiliki yang seperti itu Pak?" goda Asisten kepada Bosnya.
"Diam!" jawab Bosnya dengan sewot.
Ck...
Anna lega melihat Arion yang berlari dari kejauhan. "Darimana saja kamu? Mama kebingungan mencarimu Arion.." keluh Anna. sbil menampakkan wajah marahnya. tapi tetap tidak meninggikan nada bicaranya sedikitpun.
"Maaf Ma..." sesal Arion. tadinya ia hanya ingin bermain dengan anak-anak lain.
"Sudah tak apa-apa, tapi lain kali bilang sama Mama dulu ya.. jangan seperti ini lagi, Mama sampai bingung mencari anak Mama ini..." menoel hidung Arion saking gemasnya.
"Dan apa itu?" tunjuk Anna pada sesuatu yang Arion genggam di tangan kanannya.
"Permen...".
"Siapa yang memberi?" selidik Anna.
"Tadi Ma, Arion bertemu Om-Om yang baik... lalu Arion diberi permen ini...". Arion bercerita sambil menggandeng tangan Anna mendekati panggung acara yang telah mereka tinggalkan beberapa saat yang lalu.
"Benarkah?".
"Hm..".
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Sennja
msh bgus...nggk brteletele❤❤
2023-11-08
1
Tara
aduch.. takut diculik
2023-10-25
1